30. Bad Me

204 14 9
                                    

Lara beberapa kali celingak-celinguk mencari tumpukan kardus yang sama sekali belum dia temukan nama kelasnya itu. Tumpukan kardus itu sangat banyak, anehnya kenapa anak-anak kelas menaruh bahan Pensi di gudang.

Apalagi sepertinya tumpukan kardus ini terlihat berdebu, apa mungkin Sandra mengerjainya.

" Hai Ladies "

Clekk.....

Suara pintu ditutup, Lara menengok dan menemukan Kisma dengan senyum lebarnya. Ohh okey, itu sungguh membuat Lara gemetaran.

" Wow... lo kayak ketakutan gitu, gak usah takut tahu. Gue gak bakal ngapa-ngapain lo kok " kata Kisma mendudukan dirinya di salah satu meja. Dia menatap Lara dengan senyum smirk.

" Lo tahu rasa benci gue ke elo itu udah berada di level paling tinggi. Gue gak tahu kenapa gue sebenci ini sama lo, tapi salah satu cita-cita gue selama ini adalah bunuh lo " kata Kisma tertawa kecil, Lara hanya diam meremas jari-jarinya kuat.

" Apa yang akan lo lakuin ke gue?" cicit Lara.

" Sederhana, menghunus perut lo " kata Kisma mengambil sebilah pisau dari sakunya, Lara menatap dengan perasaan campur aduk.

" Lo gila?" pekik Lara.

" May be, gue pingin banget hunus lo pakek pisau ini. Tapi sayang, gue takut banget sama darah lo itu, menjijikan " kata Kisma menatap jijik, dia mengambil sarung tangan dan memakainya.

Ohh Okey, sepertinya gadis di depannya itu memang sudah gila. Bahkan dia menyiapkan segala keperluan untuk membunuhnya, Lara menatap Kisma pasrah sepertinya hari ini akan menjadi hari terakhir dia melihat dunia.

Kisma semakin mendekat ke arahnya dengan sebilah pisau yang dia main-mainkan.

" MATI AJA LO ANAK HARAM " teriak Kisma mengangkat pisaunya, Lara memejamkan matanya.

Merasakan rasa sakit yang akan dia rasakan, tapi sepersekian menit dia tidak merasakan apa-apa. Dia membuka matanya takut-takut.

" DESSY " teriaknya kaget, Dessy menjadi tamengnya sehingga perut gadis itu tertusuk.

Sedangkan Kisma, gadis itu pergi begitu saja dengan wajah yang ketara ketakutan. Lara menatap Dessy yang hanya tersenyum kepadanya.

" Hai La " sapanya dengan suara menahan sakit, Lara menutup mulutnya terkejut, di saat-saat seperti ini gadis itu masih saja bertingkat konyol.

" Sakit loh La, lo gak mau bantu gue gitu " kata Dessy batuk darah, Lara tidak tahu harus apa. Air matanya turun dengan deras.

" Lo kenapa lakuin ini sih Des, biarin gue aja yang mati " kata Lara meniduri kepala Dessy dipahanya, Dessy hanya terkekeh geli.

" Gak akan gue biarin si nenek sihir itu lukain sahabat gue sendiri, Btw lo bisa nyabut nih pisau gak. Ngeri gue lihat " kata Dessy lirih, Lara hanya mengangguk dan mencabut pisau itu dengan ngeri.

Sekarang darah di pisau itu juga melumuri tangannya, dia tidak boleh terluka jika dia terluka dia bisa membuat Dessy tertular. Maka dari itu dia menjauhi Dessy agar gadis itu tidak tertular olehnya.

" Gue bakal nyari bantuan " kata Lara gemetar.

" Iya udah, gue mau pingsan dulu ya. Mata gue berat banget, keknya darah gue banyak yang keluar " kata Dessy lesu, sempat-sempatnya gadis itu pamit pingsan.

Lara membuka pintu gudang dan menemukan banyak orang yang sudah ada disana dengan wajah kaget mereka. Terutama Arga dan Randi yang menatap dirinya dingin.

" Tolong bawa Dessy ke rumah sakit " kata kepala sekolah dengan dingin, Lara hanya diam tidak tahu harus mengatakan apa. Yang dia tahu sekarang dia menangis, karena dirinya Dessy seperti ini sekarang.

Plak....

Satu tamparan mendarat di pipi mulus Lara, seorang wanita paruh baya menamparnya dengan tangis histeris wanita itu. Dia tahu itu adalah Ibunya Dessy.

" Kamu, KAMU BUNUH PUTRI SAYA " teriaknya histeris, Lara hanya diam mematung. Ya karena dia Dessy seperti itu.

" Bukan saya " lirih Lara menangis.

" Cihh,..... Dasar gak tahu diri, masih beruntung Dessy mau sahabatan sama lo. Tapi balasan lo malah nusuk dia dari belakang " kata Sandra mendorong bahu Lara kuat hingga gadis itu tersungkur di lantai.

" Dasar pembunuh " ejek anak lainnya, Lara menangis kencang.

Dia melihat Arga yang pergi menjauh tanpa membantunya lagi, sekarang Arga akan membencinya. Dia berlari ke arah Arga dan memegang tangan Arga kuat.

" Ar, dengerin gue " kata Lara masih dengan tangisnya yang tidak dapat berhenti.

" Apa? Gue kira lo cewek yang benar-benar baik La, mungkin gue terlalu bodoh " kata Arga tertawa hambar, Lara ingin rasanya berteriak jika itu bukan karenanya. Tapi bibirnya terasa kelu.

" Itu.... "

" Udahlah La, anggap aja diantara kita gak pernah terjadi apa-apa. Gue kecewa sama lo, kalo lo mau bilang itu bukan salah lo, lo munafik banget. Jelas-jelas semua orang liat lo nyabut pisau itu dari perut Dessy " kata Arga pergi meninggalkan Lara.

Lara hanya bisa menangis menatap kepergian Arga.

Randi mendekap tubuh Lara dengan jaket yang dia bawa. Biar bagaimana pun Randi sudah berjanji akan menjaga gadis di dekapannya itu.

*
*
*

Voment guys :)

Jangan lupa follow juga

LARA [COMPLETE] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang