" Ada kalanya apa yang kita lihat tidak benar-benar terjadi "
~ LARA ~
" Apa yang akan lo pilih kalo ada di posisi gue?" tanya seorang gadis dengan kepala yang dia tenggelamkan di atas rerumputan.
" Mungkin gue gak akan sekuat lo bertahan sampai sejauh ini. Mungkin gue udah bunuh diri aja saking depresinya " kata cowok di sebelahnya itu dengan kekehan kecil.
" Gue udah gak kuat " balas gadis di sampingnya dengan lirih.
" Lo kuat, gue yakin itu "
" Gue akan pergi, selamanya "
Brakkk......
" GAK.... GAK BOLEH " teriak Arga terbangun dengab keringat yang sudah membasahi tubuhnya, itu mimpi buruk.
Kenapa pikirannya selalu dihantui dengan Lara, gadis itu selalu membuatnya kelimpungan. Bahkan dia sudah beberapa kali menangis di dalam mimpinya, apa yang sebenarnya terjadi pada gadis itu.
" Lara " gumannya.
*
*
*" MAS " teriak Vei dari kamar Lara, Aldo terkejut mendengar teriakan dari wanita paruh baya tersebut. Dia langsung berlari ke arah kamar Lara.
" Ada apa?" tanya Aldo khawatir saat melihat Lara terkulai lemas di gendongan Vei.
" Lara, Mas. Dia dari tadi aku bangunin gak bangun-bangun " kata Vei menangis menggendong tubuh kurus Lara, Aldo mengambil alih menggendong tubuh Lara.
Aldo segera membawa keluar kompleks bersama Vei untuk membawa gadis itu ke rumah sakit. Untungnya tadi Aldo membawa mobil ke rumah Vei, jadi mereka bisa segera membawa gadis itu dengan mudah ke rumah sakit.
Sekian menit Vei dan Aldo menunggu akhirnya dokter keluar dari ruangannya dengan wajah piasnya itu.
" Ada apa dengan anak saya?" tanya Aldo khawatir.
" Dia hanya kelelahan dan juga banyak pikiran. Saya harap kalian lebih banyak memberi dukungan kepadanya, semangat hidup gadis itu sangatlah rendah " kata dokter yang selalu menangani Lara jika keadaan gadis itu memburuk.
" Bisa saya masuk?" tanya Vei yang dibalas anggukan oleh dokter tersebut.
Vei menatap Lara hanya hanya diam menatap langit-langit ruangan itu. Vei memilih duduk di samping anaknya itu, perlahan Lara menoleh kearahnya.
" Aku ingin pulang " kata Lara lirih.
" Besok kamu akan diijinkan pulang " kata Vei memegang tangan Lara lembut.
" Tapi aku tidak mau disini " kata Lara memalingkan wajahnya menyembunyikan tangisnya, perlahan air matanya jatuh begitu saja.
" Sayang, kamu kenapa? Apa ada masalah?" tanya Vei mengelus puncak kepala Lara, gadis itu hanya menggeleng sebagai jawabannya.
" Ma, aku pingin bicara sama orang tua kandung aku, cuma sebentar aja " kata Lara membuat Vei terkejut setengah mati karena mendengar permintaan anak gadisnya itu.
Vei hanya mampu mengangguk jika dia menyetujui hal tersebut. Sedangkan Aldo yang mendengar itu hanya bisa menghela nafas, biar bagaimana pun ikatan bhatin Lara dengan kedua orang tuanya masih ada.
" Aku akan menemui Retno dan Sila " kata Aldo menepuk bahu Vei.
Aldo menuju rumah kebesaran keluarga Retno, bisa dipastikan jika Retno masih ada di rumahnya dan belum berangkat kerja. Pintu di bukakan oleh satpam dengan murah senyum, secara Aldo memang masih berteman dengan Retno.
" Retno " panggil Aldo saat melihat Retno yang sudah keluar bersama Sila.
" Aldo, ada apa pagi-pagi sudah kesini?" tanya Retno dengan kening mengerut bingung.
" Ikut aku " kata Aldo menatap Retno datar, karena sikap Aldo memang seperti itu.
" Kemana?" tanya Retno kebingungan.
" Menemui Lara, dia sedang di rawat di rumah sakit. Dia meminta kalian berdua untuk bicara dengannya " kata Aldo membuat kedua orang itu menegang.
Sudah lama mereka ingin menemui Lara, tapi banyak sekali rintangan yang harus mereka lalui. Pertama, keberadaan Vei yang tidak mereka ketahui. Setelah mereka tahu, Vei mengancam akan mencelakai Lara jika mereka berusaha mengambil Lara darinya.
*
*Retno dan Sila menatap tubuh kurus di ranjang rumah sakit itu dengan perasaan campur aduk. Ada rasa sedih, senang, dan kecewa. Sedih karena melihat putri mereka menjadi seperti ini, senang bisa melihat dan berbicara dengan putri mereka untuk pertama kali, dan kecewa karena mereka tidak ada di samping putri mereka selama 17 tahun.
" Lara " panggil Sila membuat gadis itu menoleh ke arah mereka dengan tatapan yang sulit diartikan.
" Maafin Mama, Mama gak bisa bawa kamu " kata Sila memeluk tubuh Lara yang kurus.
" Saya tidak masalah, Saya hanya ingin kalian tidak membenci Kisma " kata Lara mengalihkan pandangannya pada langit-langit ruangan, mereka berdua hanya mengerutkan kening heran.
" Maksud kamu apa?" tanya Retno menatap putrinya itu.
" Kalian bisa cari tahu sendiri, seharusnya kalian lebih memperhatikan putri kalian " kata Lara dengan tatapan yang sangat sulit diartikan.
" Kembalilah ke rumah " kata Sila menangis sesengguk, Lara hanya menggeleng sebagai jawabannya.
" Kalian bisa pergi, saya hanya ingin mengatakan itu saja " kata Lara membalikan badannya memunggungi Retno dan Sila.
" Apa kau membenci kami?" tanya Retno sendu.
" Saya anak kalian, ikatan darah kita masih ada. Mau seberapa jauh kalian menghindari saya, saya tidak akan membenci kalian " kata Lara membuat mereka berdua terdiam.
" Kembalilah, kita sangat menanti kedatangan mu di keluarga besar kita " kata Retno tanpa sadar menangis dalam diam.
" Terlambat, jika kalian ingin membuat saya bahagia, itu terlambat. Seharusnya kalian membawa saya sejak lama. SEHARUSNYA. tapi kalian tidak melakukan itu " kata Lara penuh penekanan di setiap kalimatnya.
" Kau tidak mengerti " kata Sila menangis.
" Saya terlalu mengerti, rasa khawatir tidak jelas kalian. Vei adalah ibu yang baik untuk Saya. Setidaknya dia mempertahankan saya, walau saya tahu itu cara yang tidak baik, setidaknya saya pernah diperjuangkan oleh seseorang " kata Lara menghela nafasnya kasar, beberapa kali dia mengusap air mata yang jatuh dari kelopak matanya.
*
*
*Voment guys :)
KAMU SEDANG MEMBACA
LARA [COMPLETE] ✔
Teen FictionFollow dulu guys :) Jika dia bisa memilih, lebih baik dia tidak dilahirkan kembali. jika dia bisa memilih, dia akan mengakhiri hidupnya sendiri. hidup kadang selucu itu, jika roda berputar. Kenapa hidupnya tidak berputar juga? Kenapa dia selalu yan...