Setelah pernikahan Retno dan Sila, Vei tidak pernah lagi muncul di hadapan laki-laki itu. Bahkan wanita itu bagaikan di telan bumi. Sudah hampir dua tahun dia tidak bisa mencari keberadaan Vei.
Saat ini juga Sila sedang mengandung anak keduanya. Dia tidak bisa menghianati Sila, biar bagaimana pun wanita itu adalah istri sahnya saat ini. Tapi hatinya masih tersimpan satu nama yaitu Vei.
" Pak, tolong minggir sebentar saya mau mengambil bola di depan kaki anda " kata wanita dengan suara yang sangat familiar baginya.
Wanita itu menunduk dan mengambil bola di depannya itu, pandangannya terpaku saat melihat wanita dengan mata seindah emerald itu. Wanita itu juga sama menatapnya dengan perasaan terkejut.
" Vei " gumannya lirih.
" Apa kabar?" tanya wanita itu tersenyum lembut, senyum yang sudah lama tidak pernah dia lihat.
" Kau kemana saja?" bukannya menjawab pertanyaan Vei, malah dia bertanya.
" Aku hanya menenangkan diri sejenak, setidaknya sekarang aku kembali dengan rasa iklas dan yahh beban hidup ku terasa lebih ringan " kata Vei tersenyum lagi.
" Kau bekerja dimana?" tanya Retno penasaran.
" Aku bekerja di panti asuhan, kau tau anak-anak disana sangat baik dan imut. Kasihan sekali mereka tidak memiliki keluarga " kata Vei dengan raut wajah sedihnya.
" Bisakan aku ikut bersama mu ke panti, aku ingin menyumbangkan baju dan makanan untuk anak-anak panti " kata Retno tidak bisa mengembunyikan rasa bahagia yang dia miliki.
" Hmm.... aku sangat senang jika kau membantu membiayai anak-anak panti " kata Vei dengan nada semakin melirih.
Sekarang mereka menuju panti bersama seorang anak kecil di gendongan Vei. Jika Retno boleh berangan-angan, dia ingin memiliki keluarga kecil dengan Vei. Tapi itu hanya hyalan yang tidak akan terjadi.
" Kenapa kau menatap ku?" tanya Vei yang menyadari jika Retno sedari tadi menatapnya.
" Tidak, apakah kau membenci ku?" tanya Retno dengan wajahnya yang sayu, Vei dapat merasakan jika laki-laki di depannya ini kelelahan.
" Aku tidak pernah membenci mu, karena hidup ini singkat. Aku tidak mau menghabiskan hidupku dengan rasa benci " kata Vei mengalihkan pandangannya pada anak gadis di pangkuannya itu.
Setelah sampai di panti dia memberikan anak itu kepada petugas panti lainnya. Retno beberapa kali menggelengkan kepalanya, merasa ini hanya mimpi. Bisa bertemu cinta pertamanya dan menghabiskan waktu seharian dengannya.
Drttt.....
Drttt......
Dia segera mengambil ponselnya, ternyata Sila menelponnya. Dia segera menjawab telpon dari Sila.
" Halo "
" ....... "
" Apa? Sekarang kalian dimana?" tanya Retno dengan wajah khawatirnya.
" ...... "
" 10 menit lagi aku akan sampai " kata Retno mematikan sambungan telponnya.
Vei menatap Retno bingung, wajah laki-laki itu sangatlah panik dan juga cemas. Vei langsung menghampiri Retno dan bertanya ada apa dengan laki-laki itu.
" Sila pendarahan, aku harus pergi ke rumah sakit " kata Retno panik.
" Aku akan ikut ke rumah sakit " kata Vei memelas, dia ingin sekali melihat wajah Sila. Wanita yang sudah menikah dengan Retno saat ini.
*
*Sesampainya di rumah sakit keluarga Retno dan Sila sudah ada di depan pintu ruang operasi. Vei mengerutkan keningnya heran, apa Sila mengalami pendarahan yang banyak?
" Ma, gimana keadaan Sila?" tanya Retno khawatir, dia menatap Ibunya yang hanya bisa menangis.
Pintu dibuka dan dokter datang dengan wajah piasnya itu. " Saudara Sila mengalami pendarahan yang sangat hebat, bayi anda tidak bisa bertahan karena rahim istri anda tidak kuat untuk mengandung janin anak anda lagi " kata dokter itu menggeleng lemah.
" Gak, pasti ada cara lain kan, dok? Pasti ada " kata Retnk dengan wajah marahnya, Vei mengigit bibir bawahnya berfikir.
" Ada, kita bisa memindahkan bayi anda ke rahim yang lain " kata Dokter itu.
" Maksudnya apa?" tanya Retno lirih.
" Kita memerlukan seorang wanita yang mau mengandung anak anda di rahimnya " kata Dokter itu dengan tegas.
" Aku bersedia " kata Vei yakin, seluruh orang menatap Vei tidak percaya. Apa yang dilakukan wanita itu?
" Kau tidak bisa melakukannya Vei, kau masih memiliki kehidupan yang panjang. Tidak mungkin kau..... " ucapan Retno terpotong.
" Tidak ada cara lain, jika kau ingin anak mu hidup. Biarkan aku menyelamatkannya " kata Vei dengan suara tegasnya, Retno hanya memgangguk pasrah.
Dokter tersebut membiarkan Vei masuk ke ruang operasi. Retno hanya menatap punggung Vei yang mulai hilang di telan pintu.
Beberapa jam mereka menunggu, akhirnya operasi selesai. Nyawa bayi dan ibunya terselamatkan, tapi mereka masih belum sadar. Begitu juga Vei dengan perutnya yang sedang mengandung.
Setelah Vei sadar, Retno dan Sila menghampiri Vei ke kamar rawat inapnya. Sungguh Sila sangat berterima kasih dengan Vei karena sudah menyelamatkan bayinya.
" Terima kasih Vei " kata Sila tersenyum menatap Vei.
" Aku ada syarat " kata Vei membuat Retno dan Sila terkejut saling memandang satu sama lain.
" Aku tahu aku egois, tapi aku ingin Retno menikahi ku " kata Vei membuat Sila membeku, tubuhnya melemaa mendengar itu semua. Sedangkan Retno tampak bimbang.
" Aku tidak bisa melakukan itu, aku tidak mau menghianati istri ku Vei. Jika dari awal tujuan mu datang hanya ingin ku nikahi, aku minta maaf. Karena sekarang Sila dan kedua anak ku adalah hidup ku " kata Retno dengan tarikan nafas.
" Jika kau tidak menikahi ku, berikan anak ini untukku " kata Vei semakin membuat Retno dan Sila bimbang.
" Tapi anak itu darah daging ku dan Sila, kau tidak boleh egois " kata Retno marah, meskipun dia masih mencintai Vei. Tapi dia tidak mau anaknya diambil begitu saja.
" Aku yang akan mengandungnya dan merawatnya " kata Vei melepaskan infus secara kasar dan pergi berlalu begitu saja, tapi sebelum itu.
" Jangan pernah ambil anak ini dari ku, jika kalian mengambilnya jangan salahkan aku jika anak ini akan meninggal di tangan ku " kata Vei pergi menghilang.
Sila menangis histeris mendengarnya, baru saja dia bahagia jika anaknya selamat. Tapi anaknya sudah diambil orang lain dan di bawa pergi begitu saja. Dan bodohnya Retno tidak mencegah wanita itu dan malah diam membatu.
*
*
*Voment guys :)
KAMU SEDANG MEMBACA
LARA [COMPLETE] ✔
Teen FictionFollow dulu guys :) Jika dia bisa memilih, lebih baik dia tidak dilahirkan kembali. jika dia bisa memilih, dia akan mengakhiri hidupnya sendiri. hidup kadang selucu itu, jika roda berputar. Kenapa hidupnya tidak berputar juga? Kenapa dia selalu yan...