9. Cry

178 15 2
                                    

" Kalo lo mau jauhin gue juga, silahkan. Gue gak akan maksa lo tetap jadi teman gue "

~ LARA ~

Lara mendudukan dirinya di bangku sekolah, dari awal memasuki gerbang sekolah hanya caci dan makian yang dia terima. Bukan hanya itu beberapa kali ada anak-anak yang menjahilinya. Seperti saat ini contohnya.

" Upss.... sorry sengaja " kata Sandra menumpahkan air tepat di kepala Lara, bahkan itu dengan senyuman mengembangnya.

Lara menghela nafasnya dan memilih mengganti baju sebelum jam pelajaran di mulai. Dia membuka isi lokernya.

" Astaga " gumannya miris, banyak sekali coretan 'pelacur' dan foto-foto vulgar lainnya.

" Lara " panggil Dessy dengan wajah kesalnya itu, semenjak tadi pagi Lara terus mendiaminya. Dia jadi bingung harus seperti apa.

" Lo kenapa sih?" tanya Dessy memegang bahu Lara, agar gadis itu menatap manik matanya.

" Kalo lo mau jauhin gue juga, silahkan. Gue gak akan maksa lo tetap jadi teman gue " kata Lara mengeluarkan uneg-unegnya.

" Lo apa-apaan sih, gue gak bakal ninggalin lo. Lo itu sahabat gue satu-satunya, sesusah apa pun masalah yang lo lalui. Gue bakal tetap ada di samping lo " kata Dessy dengan wajah serius menatap Lara.

" Des, makasih banget " kata Lara memeluk Dessy kuat, disaat dia down setidaknya masih ada Dessy di sampingnya saat ini. Randi? Entahlah, cowok itu belum mengabarinya.

" Lo kepikiran Randi?" tanya Dessy seakan menebak isi kepala Lara.

" Gue harus ngomong sama dia " kata Lara yang di balas anggukan mengerti oleh Dessy.

Sepulang sekolah Lara menunggu Randi di depan ruang OSIS. Walau banyak cibiran yang dia dapatkan, dia masih diam. Berusaha menebalkan telinga.

" Dasar gak tau malu "

" Udah jelas Randi bakal mutusin pelacur satu ini, iyuhh banget "

" Duhh jijik banget "

Randi keluar dari ruang OSIS dan menatap Lara datar, cowok itu seakan menjaga jarak dari Lara. Sedangkan Lara berusaha menahan air matanya yang beberapa kali akan tumpah ini.

" Mau ngapain?" tanya Randi kasar, untuk pertama kali cowok itu kasar kepadanya.

" Ran, lo benci sama gue?" tanya Lara terbata-bata.

" Udah jelas, gue gak nyangka aja. Cewek yang gue percaya malah main belakang dari gue. La, lo itu udah jadi parasit menjijikan di mata gue " kata Randi membuat jantung Lara mencelos.

Randi, cowok yang dia cintai mengatainya seperti itu. Ada goresan luka tersendiri bagi Lara, dia hanya butuh dukungan. Tapi dia tau Randi tidak akan bisa menerimanya kembali.

" Ran, gue tau lo benci sama gue. Tapi pliss dengerin gue dulu. Gue gak pernah lakuin hal menjijikan yang kalian pikir, lo tau gue kan Ran. Gue gak bakal lakuin itu " kata Lara menatap manik mata Randi yang tetap saja dingin.

" Bullshit!! Lo kira gue bodoh, lo gak pernah cerita apa pun ke gue. Sekarang gue tau, lo pasti udah tau kan respon gue bakal kayak gini kalo gue tau lo kena HIV, untungnya kemarin malam Kisma ngasih tau kebenarannya. Setidaknya gue gak bakal terjebak sama cewek murahan kayak lo, La " kata Randi mendorong tubuh Lara dan menjauh.

Tapi sebelum itu, " Jangan pernah tunjukin wajah lo di depan gue lagi " kata Randi dan berlalu pergi, dan benar-benar menghilang dari pandangan Lara.

*
*
*

" Salah gue apa? Kenapa tuhan jahat banget sama gue " isak tangis memilukan Lara memenuhi sudut danau, sudah dipastikan jika gadis itu akan selalu ada disana.

Lara menatap ke depan, bahkan Arga saja tidak datang lagi untuk sekedar membawakannya makanan. Lara tau pasti Arga juga akan menjauhinya seperti yang lain.

" AAAAAA...... GUE BUKAN PELACUR, GUE BUKAN PELACUR " teriak Lara berulang kali.

" Iya, iya gue tau. Budeg nih telinga gue dengernya " kata Arga yang tiba-tiba datang membawa dua kotak Pizza di tangannya dan dua minuman soda.

" LO?" kata Lara dengan wajah kagetnya.

" Aelah, biasa aja kalik. Kayak lihat setan aja lo, nih makan untung masih anget. Maaf lama, tadi orderannya lama banget " kata Arga cengar-cengir tidak jelas.

" Lo gak jauhin gue?" tanya Lara dengan air mata yang masih mengalir.

" Ngapain gue jauhin lo?" tanya Arga balik, cowok itu membuka kotak Pizzanya dan memakannya dengan hikmat.

" Masalah penyakit gue " guman Lara lirih.

" Oohh itu.... buat apa jauhin lo? Lagian gak bakal nular, emang lo pernah 'gitu-gitu' an?" kata Arga terkekeh geli, Lara menatap Arga kesal.

" Gue gak pernah kayak gitu " kata Lara judes, Arga terkekeh dan mengelus puncak kepala Lara.

" Nah maka dari itu, gue gak bakal ngindarin lo. Pandangan orang itu sempit, lo gak menjijikan tau, La " kata Arga memberikan Lara sepotong Pizza, gadis itu menerimanya dan memakannya dengan hati-hati.

" La, kalo lo gak salah. Lawan mereka semua, kalo lo tetap diam, mereka bakal nganggep lo memang salah " kata Arga menatap manik mata Lara.

" Gue gak bisa " kata Lara menggeleng pasrah.

" Lo jangan takut, ingin gue selalu ada di samping lo. Mulai sekarang, gue bakal bantu lo buat melawan seluruh dunia " kata Arga tersenyum memberi semangat.

" Ar, kenapa lo masih mau nerima gue? Bahkan lo tetap baik sama gue " kata Lara dengan mata sendunya itu.

" Kata Mama gue, gak ada salahnya membantu orang. Apalagi masalah orang itu berat, karena gue yakin lo gak salah. Lo kuat, La. Cuma lo butuh dukungan aja " kata Arga menatap keluar rumah pohon.

" Makasih " kata Lara.

Lara baru menyadari, Arga itu tampan, Arga baik, Arga malaikatnya, Arga penolong, Arga segalanya baginya.

*
*
*

Voment guys:)

LARA [COMPLETE] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang