19. When?

155 14 5
                                    

" Ma, jangan pernah nangis karena Lara. Mama bahagia terus ya walau nanti Lara udah gak ada di sisi Mama lagi "

~ LARA ~

Vei mendudukan dirinya di depan teras menunggu anak gadisnya yang belum juga datang. Padahal jam sudah menunjukan pukul 3 sore, apa gadis itu lupa jika dia sudah diijinkan pulang sebelum jam 6.

Vei menatap nanar foto di ruang keluarganya, fofo dirinya dan Lara saat gadis itu baru berusia 7 tahun. Sangat imut, dia menjadi sosok yang tegas seperti ini, agar anaknya itu bisa hidup mandiri.

Agar suatu saat nanti gadis itu terbiasa tanpa dirinya, dia tidak mau merelakan anaknya dibawa oleh Retno dan istrinya. Biar bagaimana pun dia yang mengandung Lara di rahimnya selama 7 bulan.

" Ma, kenapa diam di luar?" tanya Lara kebingungan melihat keberadaan ibunya yang terdiam bengong di teras rumah.

" Mama nunggu kamu, sayang " kata Vei memeluk tubuh Lara yang semakin hari semakin kekurangan gizi.

Karena penyakit yang menggerogoti tubuhnya itu, Vei ingin mendengar kejujuran dari Lara. Dia belum tau sebab dan akibat gadis itu terkena penyakit berbahaya seperti itu.

" Mama kenapa nangis?" tanya Lara semakin bingung dengan sikap Vei akhir-akhir ini. Apa ada yang salah?.

" Enggak ada apa-apa, ayo kita makan. Mama tadi udah masak makanan kesukaan kamu " kata Vei menuntun Lara ke meja makan dan membereskan tas gadis itu dengan telaten layaknya seorang ibu.

" Ma, jangan pernah nangis karena Lara. Mama bahagia terus ya walau nanti Lara udah gak ada di sisi Mama lagi " kata Lara menundukan kepalanya, Vei ingin rasanya menangis mendengar perkataan anaknya itu.

Tapi dia bisa apa, dia hanya bisa menyangkal semua perkataan itu. Lara pasti kuat dan hidup bersama dengannya selamanya.

" Kamu ngomong apa sih, kamu jangan ngaco " kata Vei berusaha tersenyum menatap wajah anaknya yang sayu itu, sarat akan kepasrahan.

" Ma, Lara serius. Jangan pernah nangis, karena Lara gak senantiasa ada di sisi Mama yang akan menghapus semua air mata Mama " kata Lara berusaha menahan tangisnya.

Apa dia harus bilang kepada Mamanya masalah penyakitnya ini dan harus menerima pelayan lebih banyak lagi. Tapi dia takut, takut jika Mamanya membencinya lagi. Takut jika Mamanya meninggalkannya, takut jika Mamanya mengatai dirinya 'pelacur'.

" Apa kamu gak punya teman di sekolah?" tanya Vei mengalihkan topik pembicaraan, dia tidak mau menangis di depan anaknya itu.

" Ada, Lara selalu punya Dessy di sisi Lara. Dia sahabat Lara yang sangat baik, dia selalu ada di sisi Lara saat Lara susah dan senang " kata Lara bercerita dengan sangat antusias.

" Maafin Mama yang nggak pernah ada di sisi Lara Maafin mama ya " kata Vei dengan nada lirih mengelus surai hitam anaknya itu.

" Ma, Lara benar-benar pingin tau ayah Lara siapa " kata Lara dengan nada lirih, Vei terdiam membisu. Dia tidak tahu harus mengatakannya atau tidak.

" Kalo Mama gak mau gak apa-apa kok, Lara juga gak maksa. Lara tau, mama pasti ingin yang terbaik buat Lara " kata gadis itu tersenyum kecil, Vei menjadi bingung harus bagaimana.

" Kamu bukan anak perselingkuhan atau anak haram La " kata Vei menatap putrinya itu.

" Kamu masih inget, wanita yang mengantar kamu kemarin pulang. Dia Sila istri Retno donatur sekolah kamu. Dan dia Mama kandung kamu " kata Vei menatap Lara yang kaget, kepala gadis itu seakan berputar mendengar ucapan Vei.

" Maksudnya apa, Ma?" tanya Lara dengan nafas memburu.

" Dulu Mama adalah pacar Papa kamu, Retno. Tapi kedua orang tua Papa kamu malah menjodohkan Papa kamu dengan Sila, Mama kandung kamu " kata Vei sulit rasanya menceritakan masa lalunya, Lara hanya diam membiarkan Vei melanjutkan ceritanya.

" Mereka punya seorang putri namanya Kisma, dan itu kakak kamu. Setelah hamil yang kedua, Sila mengalami pendarahan, sehingga rahimnya tidak kuat. Jadi janin yang ada di dalam rahimnya harus di pindahkan " kata Vei yang masih senantiasa menatap wajah Lara yang pucat pasi.

" Papa kamu minta tolong pada Mama buat mengandung kamu di rahim, Mama. Dan saat itu juga Mama menyetujuinya, sampai sekarang Mama belum bisa melepas kamu ikut dengan mereka. Biar bagaimana pun Mama sudah menganggap kamu anak Mama " kata Vei memangis terisak, Lara masih terdiam.

" Kenapa Mama gak bilang semua ini dari awal?" tanya Lara dengan wajah datarnya itu, Vei semakin terisak mendengar nada suara Lara yang datar.

" Mama gak mau kamu ninggalin Mama setelah kamu tau segalanya. Setelah itu mama ingin menghindari kamu, karena apa? Karena Mama takut kamu akan menuntut penjelasan tentang siapa Papa kamu, seperti saat ini " kata Vei memegang tangan Lara, tapi gadis itu terdiam tidak merespon.

" Apa setelah ini kamu akan kembali ke keluarga asli kamu?" tanya Mamanya dengan air mata yang tak kunjung mereda.

" Kasih Lara waktu Ma, Lara ingin memikirkan segalanya " kata Lara pergi menutup pintu kamarnya.

Vei hanya bisa menangis, dia tau semuanya akan seperti ini. Dia tau Lara setelah ini akan membencinya, bahkan akan menghindarinya.

Lara duduk menangis di bawah kasurnya, dia menelungkupkan kepalanya di antara kedua tangannya. Perkataan Vei masih melayang-layang di kepalanya.

" Mama jahat sama Lara, kenapa Mama sembunyiin ini dari Lara. Lara sudah cukup menderita tinggal sama Mama, Lara selalu di bully karena Mama, Lara juga sakit karena Mama. Tapi kenapa Lara gak bisa benci sama Mama?? Biar bagaimana pun, Mama selalu ada di saat Lara butuh. Mama juga udah lahirin Lara dan rawat dari kecil " katanya dengan nada bergetar.

*
*
*

Vomentnya dungs :)

LARA [COMPLETE] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang