" Lo gak boleh ikut acara ini, kehadiran lo bakal bawa sial di mana pun. Bikin malu tau gak, orang pengidap HIV kayak lo cuma bikin malu. Ntar orang bakal bilang sekolah kita penampungan pelacur kayak lo "
~ KISMA ~
Dessy menarik tangan Lara agar mengikutinya ke tengah kelas. Karena semenjak pembullyan itu Lara lebih banyak diam di taman belakang sekolah bersama Arga dan genknya yang akan selalu melindungi gadis itu. Tapi Dessy tidak mau Lara terus trauma dengan sekolah.
" Des, gue mending balik deh " kata Lara menatap Dessy memohon.
" Duhh La, kalo lo terus-terusan takut kayak gini mereka akan nganggep lo itu gak berguna. Mending lo tunjukin keberanian lo, biar mereka nganggep lo itu layak untuk dihargai " kata Dessy memegang bahu Lara dan menatap gadis itu dengan sorot mata serius.
" Iya gue tau Des, tapi gue belum bisa. Kepala gue seakan berputar dan pusing kalo dikeramain " kata Lara memijat pelipisnya pelan.
" Lo kenapa? Sakit lo kambuh? Udah minum obat secara rutin kan?" tanya Dessy berbondong-bondong, Lara hanya mengangguk sebagaj jawabannya.
Sebenarnya belakangan ini dia tidak membeli obat lagi, bahkan dia akhir-akhir ini merasakan nyeri di dadanya dan batuk-batuk darah. Tapi dia berusaha menyembunyikannya dari Dessy agar gadis tidak khawatir kepadanya.
" Ya udah, lo pacaran ya sama Arga?" tanya Dessy dengan raut wajah menggodanya itu.
" Enggak, lo inget kan yang gue bilang waktu itu. Gak ada yang namanya buka hati " kata Lara segera pergi meninggalkan Dessy, tapi gadis itu tidak mau menyerah membawa Lara ke kelas.
" Lo kenapa sih, ngotot ngajak gue ke kelas " kata Lara menatap kesal ke arah Dessy.
" Di kelas anak-anak lagi dekor ruangan, niat gue bantu lo agar deket sama anak-anak yang lain. Lagipula kalo lo mau berinteraksi dengan mereka, pasti mereka cepat atau lambat bakal nerima lo, La " kata Dessy meyakinkan Lara yang masih saja terlihat ragu-ragu.
" Kali ini aja gue turutin perkataan lo " kata Lara memperingati, karena dia sudah tidak tahan lagi dengan suara-suara yang menyebutnya 'pelacur'.
Dessy mengangguk menyetujui dan mereka segera melangkah ke kelas. Pintu terbuka dan menampilkan wajah cerah Dessy dan wajah masam Lara. Sandra hanya mendecih menatap wajah Lara yang kembali hadir.
" Gue lupa nanya, emang kelas kita di dekor untuk acara apa?" tanya Lara berbisik di telinga Dessy yang hanya menatapnya kesal.
" Lo lupa dua hari lagi ada Pensi sekolah, lo pasti datangkan?" tanya Dessy mengernyitkan alisnya, Lara terdiam memikirkan.
Dia tidak mau kejadian tahun lalu terulang lagi, dimana dia di bully habis-habisan saat acara Pensi sekolah. Bahkan dengan tega teman-teman satu kelasnya menceburkan dirinya ke dalam kolam, padahal mereka tau jika Lara tidak bisa berenang.
Tapi untungnya saat itu ada Randi yang selalu menjaganya. Omong-omong tentang Randi, Lara tidak melihat wajah cowok itu sejak tadi pagi.
" Kita akan mendata disini, jadi kelas lo milih tema apa?" tanya Kisma yang suaranya dapat Lara dengar secara lamat-lamat.
" Kelas gue buat cafe kecil-kecilan gitu " kata Sandra.
" Ya udah, untuk dana lo tau kan ditanggung dari KAS kelas " kata Randi, yaa Randi cowok yang diam-diam Lara rindukan.
Saat Lara menengok keluar, matanya tidak sengaja bertemu dengan mata Randi. Jantungnya berdetak sangat cepat, segera dia alihkan pandangannya itu.
" Mantan lo " bisik Dessy menggoda, Lara mengabaikan itu dan memilih menyembunyikan wajahnya.
" Lara " panggil Randi dengan suara seraknya itu, tubuh Lara seketika menegang. Apa benar cowok itu tadi memanggilnya? Itu bukan mimpikan?
" Eh ternyata ada jalang kecil kita " kata Kisma tertawa heboh, Lara menundukan kepalanya dalam-dalam.
" Jaga omongan lo, bangsat " kata Dessy mengepalkan tangannya dan menatap tajam ke arah Kisma. Tapi tatapan tajam itu tidak akan membuat Kisma berhenti untuk membully Lara.
" Lo gak boleh ikut acara ini, kehadiran lo bakal bawa sial dimana pun. Bikin malu tau gak, orang pengidap HIV kayak lo cuma bikin malu. Ntar orang bakal bilang sekolah kita penampungan pelacur kayak lo " kata Kisma tertawa penuh hebohnya diikuti oleh anak-anak yang lainnya.
" Gak ada yang melarang Lara ikut acara Pensi, termasuk lo. Kalo Lara gak datang, lo juga gak boleh datang " kata Arga menatap Kisma datar, entah dari kapan Arga sudah ada di belakang Kisma.
" Ga, lo kenapa sih sering belain tuh pelacur? Gue mantan lo Ga, jadi lo lebih tau gue daripada pelacur yang sering keluar masuk club itu " kata Kisma dengan nafas memburu.
" Ya makanya gue bela dia daripada iblis kecil kayak lo. Munafik. Muka lo aja polos, ngatain orang sana sini, padahal lo sendiri yang suka ke club. Emang tuh selangkangan lo murahan banget emang " kata Arga dengan kata-kata pedasnya itu.
Kisma menitikan air matanya karena malu dikatai Arga seperti itu.
Bugh...
" Jaga ucapan lo " kata Randi memukul Arga.
" Ucapan gue? Terus lo udah paling bener ngomong ke Lara? Udahlah lo berdua cocok banget jadi pasangan suami istri, sama-sama bangsat " kata Arga menatap dingin Randi, sedangkan cowok itu hanya bisa diam. Karena sepenuhnya perkataan Lara benar.
" Lo jangan main-main sama apa yang gue punya Kis, satu kali lo buat kesalahan lagi. Siap-siap aja lo jadi miskin " kata Arga melangkah ke arah Lara dan membawa gadis itu pergi.
Pergi meninggalkan dua orang yang paling memuakan baginya.
*
*
*Voment guys :)
KAMU SEDANG MEMBACA
LARA [COMPLETE] ✔
Teen FictionFollow dulu guys :) Jika dia bisa memilih, lebih baik dia tidak dilahirkan kembali. jika dia bisa memilih, dia akan mengakhiri hidupnya sendiri. hidup kadang selucu itu, jika roda berputar. Kenapa hidupnya tidak berputar juga? Kenapa dia selalu yan...