24. Sosok Ayah

171 15 0
                                    

" Mulai sekarang panggil aku Ayah mu "

~ ALDO ~

Lara duduk dengan hati senang, karena empat hari lagi acara pensi sekolah dan Mamanya dengan senang hati membayar semua keperluannya. Lara ingin rasanya memeluk Mamanya lama dan mengucapkan beribu sayang.

" Sayang, kenalin ini Papa kamu " kata Vei masuk bersama seorang laki-laki yang seumuran dengannya.

Lara membelalakan matanya, apa maksudnya dengan ayah? Bukankah ayahnya adalah Retno dan ibunya adalah Sila. Lalu siapa laki-laki di depannya ini?

" Hai, kau lupa dengan ku?" tanya dengan nada ramah, dia langsung duduk di samping Lara dan memberi Lara sebuah paper bag.

" Paman siapa?" tanya Lara kebingungan.

" Mulai sekarang panggil aku ayah mu " katanya dengan nada percaya diri, Lara masih diam mencerna kejadian di pagi hari yang membingungkan ini.

" Ayah? Tapi..... " ucapan Lara terpotong dengan sebuah jari yang menempel pada bibirnya.

" Aku akan menikahi ibu mu " bisik Aldo di telinga Lara, gadis itu membulatkan matanya terkejut. Menikah?

" Kau tidak setuju?" tanya Vei dengan nada lirih, inilah yang dia takutkan. Ini akan membuat luka baru bagi Lara, dia tidak mau Lara akan menangis karena hal ini.

" Hmm.... enggak sama sekali " kata Lara tersenyum lebar, memang dia sempat terkejut saat mendengar Vei akan menikah, tapi Lara tidak boleh egois. Mamanya harus menemukan kebahagiannya yang baru.

" Lara senang akhirnya Mama menikah, setidaknya Mama ada yang jaga setelah Lara pergi " kata Lara tersenyum senang, berbeda dengan Aldo dan Vei menatap Lara kosong.

Mendengar ucapan sayu dari bibir mungil gadis di depannya itu membuat dirinya terperanggah. Dia akan berusaha membuat Lara bahagia, itu adalah tujuannya sekarang setelah berhasil mendapatkan Vei.

*

Aldo tidak henti-hentinya tersenyum kala melihat wajah Lara yang berseri-seri. Dia tahu gadis itu sangat merasa senang, dia harap ekspresi gadis itu tidak akan berubah selamanya. Dia hanya ingin Lara tersenyum bahagia tanpa ada rasa sedih lagi.

" Yah " panggil Lara untuk pertama kalinya, memang terasa aneh tapi dia menyukainya.

" Ada apa, sayang?" tanya Aldo mengelus puncak kepala Lara sambil menyetir mobilnya pelan-pelan. Hari ini dan seterusnya Lara akan diantar jemput olehnya.

" Aku pingin tahu lebih tentang Mama " kata Lara menatap Aldo penuh harap.

" Hmm.... nanti sepulang sekolah akan ayah ceritakan. Kau suka makan apa?" tanya Aldo tersenyum samar, sudah seharusnya gadis ini tau seluk beluk keluarganya yang asli.

" Chicken kastu, Lara sering makan itu " kata Lara tersenyum senang.

" Apa Mama mu sering membuatkan mu itu?" tanya Aldo.

" Enggak, Arga selalu membawakannya untuk Lara setiap pulang sekolah " kata Lara dengan nada sedih, sepertinya Aldo salah bertanya.

" Arga? Dia pasi pacar mu " kata Aldo mencairkan suasana, jika benar Arga adalah pacar Lara sepertinya dia harus super protektif terhadap anaknya sekarang ini.

" Bukan, dia teman Lara. Dulu Mama sering nyuruh Lara pulang jam 6 sore, jadi Lara diam di danau. Disana ada rumah pohon, biasanya Lara akan tertidur disana sampai sore " kata Lara bercerita, Aldo tertegun mendengarnya. Ternyata Vei selalu menyembunyikan sesuatu dari Lara.

" Tapi setelah Arga pindah sekolah, Lara senang banget. Arga kayak penyelamat Lara, setiap pulang sekolah Arga selalu bawain Lara makan ke rumah pohon. Dia selalu ngasih apa pun yang Lara butuhkan " kata Lara tersenyum senang, ada rasa lega di hati Aldo mendengar cerita anak gadis di sampingnya ini.

" Apa kamu tidak punya teman selain Arga?" tanya Aldo dengan mata yang masih fokus ke depan.

" Punya, sahabat Lara dari SMP. Dia selalu ada buat Lara, namanya Dessy. Dia juga yang bayarin Lara buat kontrol ke rumah sakit beberapa kali, padahal Lara enggak mau nyusahin dia " kata Lara dengan raut wajah kembali berubah sendu.

" Besok Lara ikut sama Ayah dan Mama ya. Kita akan terapi untuk Lara " kata Aldo mengelus puncak kepala Lara lembut.

Mereka sudah sampai di depan sekolah Lara, gadis itu tersenyum mengiyakan dan pamit untuk masuk ke sekolah.

Lara tidak henti-hentinya tersenyum, seumur-umur baru pertama kali ini dia merasa hidup tanpa beban. Dan rasanya tubuhnya sangat ringan.

" Kesambet apaan lo?" tanya Dessy yang sedari tadi menatap Lara yang hanya senyum-senyum.

" Pasti udah di bayar tuh sama Om-om kemarin, makanya senang banget. Tadi pagi gue juga lihat dia dianterin sama Om-om sekolah " kata Sandra dengan gelak tawanya, sontak seluruh kelas menertawainya dan mengejek Lara kembali.

" BISA DIEM GAK!!" teriak Dessy dengan nada marah, dia menatap Sandra kembali.

" Eh lambe nyirnyir, bisa gak sih mulut lo itu gak berkoar-koar. Gak ada faedahnya tau gak, bikin jiwa dan raga orang-orang kotor dengan gosip murahan lo " kata Dessy dengan kata-kata pedasnya itu.

" Gue gak akan nyebar gosip kalo itu bukan fakta, makanya lo tuh harus buka mata dan bathin sekalian kalo mau temanan sama pelacur " kata Sandra nyolot.

" Ngomong lo lagi jangan salahim gue kalo mulut lo udah robek " kata Dessy berdiri melipat lengan bajunya.

" Gak level banget gue berantem. Gini ya gue gak masalah lo temenan sama pelacur kayak dia. Asalkan lo nanti jangan nyesel aja temanan sama dia " kata Sandra meninggalkan Dessy dan Lara.

Lara menghembuskan nafasnya kasar, kapan semuanya akan berakhir? semakin dia bahagia, semakin banyak orang yang membencinya dan menginginkan dia mati.

*

*

*

voment guys

follow ig author ya

Demi kesenangan masing-masing

Cukup kalian follow author IG aja udah senang banget

Setidaknya jerih parah author terbayar

Gak apa-apalah kalian bilang ngemis followers

Tapi author juga pingin hasil dari kerja payah sendiri walau hanya sekedar followers

ini IG author : kwgdn_ri

Meskipun kalian gak follow author masih baik hati bakal up sampai ending

jika kalian follow terima kasih banget, karena kalian menghargai usaha author

thanks you guys

seperti sebelumnya jangan jadi silent leaders ya

author yakin kalian rakyat +62 yang baik hati

love u guys

LARA [COMPLETE] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang