14. Kisma

158 15 9
                                    

" Gue muak lihat wajah lo, gue benci lihat wajah lo. Bisa gak sih lo mati aja?"

~ KISMA ~

" Apa maksud lo Kis?" tanya Lara lemah, masih di sisa-sisa kesadarannya itu.

" Seharusnya lo tanya aja sama nyokap lo itu, dia yang udah membuat keluarga gue hancur. Dia yang udah buat gue sebenci ini sama lo, kenapa? Dia udah jadi orang ketiga di antara orang tua gue, dasar pelacur murahan " kata Kisma berteriak penuh amarah di depan wajah Lara.

" Maafin gue Kis, gue gak tau apa-apa tentang orang tua kita " kata Lara menatap Kisma penuh rasa bersalah.

" Gue muak lihat wajah lo, gue benci lihat wajah lo. Bisa gak sih lo mati aja " kata Kisma benar-benar menusuk ke relung hati Lara.

" Apa kematian gue buat lo bahagia, Kis?" tanya Lara menatap gadis di depannya itu dengan tatapan mata mulai kosong.

" Yaa..... gue bahagia sekali, lo itu cuma sumber masalah bagi gue dan keluarga gue " kata Kisma dengan air mata menurun, Lara semakin dibuat tidak mengerti.

" Maksudnya apa?" tanya Lara.

" Jangan pura-pura bodoh, lo itu anak perselingkuhan bokap gue. Bokap gue selama ini sering banget bangga-banggain lo, membuat gue iri. Iri karena lo!! Lo anak perselingkuhan tapi dianggap paling istimewa " kata Kisma membuat Lara terisak.

Jadi dia anak perselingkuhan? Pantas saja ibunya itu tidak pernah memberi tau siapa ayahnya. Tidak pernah mau membahas masalah ayahnya kepadanya. Jadi ini.

" Katakan itu gak bener " kata Lara berusaha menyangkalnya. Kisma tertawa sumbang kembali.

" Percuma lo menyangkal itu semua, faktanya memang seperti itu " kata Kisma menampar Lara untuk terakhir kalinya sebelum dia pergi meninggalkan Lara yang melemas dan air mata gadis itu terus turun.

*
*
*

Lara menatap ibunya yang tengah menjahit baju-bajunya yang robek. Gadis itu menggigit bibir bawahnya cemas, dia penasaran dengan fakta yang di katakan oleh Kisma. Tapi dia juga bingung harus mengatakan apa pada ibunya itu.

" Maa " panggil Lara, ibunya hanya diam tanpa merespon, mungkin masih marah pasal uang kemarin.

" Aku mau nanya masalah ayah ku " kata Lara gugup, detik itu juga ibunya terdiam dan menaruh baju yang dia jahit.

" Kenapa kau bertanya seperti itu?" tanya ibunya tanpa menatap kearahnya, Lara semakin yakin jika yang dikatakan oleh Kisma adalah benar.

" Mama gak pernah ngasih tau aku tentang keberadaan ayah. Sebenarnya siapa ayah ku, Ma?" tanya Lara ingin menangis rasanya mengingat perkataan Kisma.

" Belum saatnya kau tau " kata ibunya yang hendak meninggalkannya.

" Jadi benar aku anak perselingkuhan " kata Lara membuat langkah ibunya berhenti, dia menatap Lara tidak mampu berkata apa-apa. Lara menangis, biarkan saja dia dikatakan cengeng.

" Benar kan, Ma? Aku anak perselingkuhan Mama sama Om Retno, direktur sekolah lu " kata Lara dengan suara bergetar, ibunya masih terdiam tidak ada respon apa pun.

" JAWAB MA!! AKU ANAK SIAPA " teriak Lara dengan emosi yang tidak terkendali, dia sungguh ingin berteriak sejadi-jadinya sekarang.

" Kamu dapat informasi dari siapa?" tanya ibunya dengan suara dingin, Lara hanya tersenyum sumbang.

" Mama gak perlu tau aku dapat informasi darimana, sekarang aku tau. Aku anak haram, gak punya ayah " kata Lara masih dengan isak tangisnya.

" Kamu bukan anak haram, kamu punya ayah dan kamu punya Mama " kata ibunya dengan suara tegas, dia ingin memeluk anaknya. Tapi ada rasa ego yang masih melekat dihatinya.

" Cukup Ma " kata Lara berlari keluar rumah, dia sudah tidak kuat lagi.

Dia berlari sekuat tenaga, tidak tau tujuan kemana. Yang ada di hatinya adalah rumah pohon dan Arga, dia memerlukan itu saat itu. Dia berlari dan segera naik ke rumah pohon itu, menyalakan lampu dan terisak. Dia kacau.

" Gue pingin mati aja, gak ada yang nerima gue. Gue penyakitan, gue menjijikan, gue anak haram, gue... AAhhraghhh " erangnya frutasi.

" La, lo kenapa?" tanya Arga yang entah kenapa bisa ada disana.

" Kapan lo ada disini?" kaget Lara, perasaan dia hanya sendiri tadi disini.

" Gue udah ada sebelum lo nangis, lo datang tiba-tiba nangis kejer. Kenapa sih?" tanya Arga yang ingin menghibur gadis di depannya itu.

" Lo ngapain disini?" tanya Lara tidak membalas pertanyaan dari Arga.

" Kabur dari rumah, nyokap gue ngomel trus gue pulang malam. Ya udah besok pagi aja gue pulang, biar gak pulang malam " kata Arga membuat Lara terkekeh geli.

" Gitu dong senyum, jangan nangis-nangis lagi. Wajah lo jelek kalo nangis tau " kata Arga menghapus jejak air mata di pipi gadis itu.

" La, boleh gak gue minta satu permintaan aja sama lo " kata Arga menatap manik mata hazel milik Lara yang sangat indah baginya.

" Apa?" tanya Lara lirih.

" Jangan pernah nangis lagi, banyak-banyak ketawa dan senyum " kata Arga mengelus puncak kepala Lara membuat gadis itu merasa sangat nyaman.

" Jangan tinggalin gue " kata Arga membuat Lara menegang, itu jelas mustahil.

" Gue gak bisa, cepat atau lambat gue bakal ke rumah tuhan. Ar, gue minta ke elo, seandainya udah gak ada. Tolong jaga Mama gue ya " kata Lara memohon, Arga semakin memperdalam tatapannya.

" Jangan pernah bilang lo bakal ke rumah tuhan, lo harus tetap disini. Disisi gue " kata Arga memeluk tubuh Lara.

" Gue gak bisa, semuanya bakal balik ke tuhan. Tapi waktunya aja yang berbeda. Ar, jangan berharap lebih sama gue. Itu akan nyakitin diri lo sendiri " kata Lara lirih.

Arga hanya diam menikmati rasa nyaman memeluk gadis itu, sedangkan Lara sudah tertidur di pelukan Arga.

*
*
*

Voment guys :)

LARA [COMPLETE] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang