" Gue cuma mau kejelasan dari lo, hidup lo terlalu privasi. Lo susah gue jangkau "
~ Randi ~
Sepulang sekolah Lara menghampiri Randi yang sedang ada rapat OSIS. Lara tidak merasa bosan menunggu, toh biasanya sepulang sekolah dia akan diam di pinggir danau untuk menghabiskan waktunya itu. Tapi kali ini beda, dia harus menemui Randi, lalu menghampiri Dessy di parkiran.
" Ada apa? Tumben lo nyamperin gue " kata Randi kebingungan, setahun pacaran Lara tidak pernah mencarinya.
" Apa benar lo kemarin pulang bareng Kisma?" tanya Lara to the point, dia tidak suka basa-basi apalagi jika masalah penting.
" Tumben lo peduli " kata Randi sinis, Lara mengerutkan keningnya heran. Tumben Randi berbicara seperti itu kepadanya.
" Iya, kemarin gue anterin Kisma pulang dari sekolah. Kenapa?" tanya Randi melembut, mungkin dia tidak bisa meluapkan amarahnya kepada Lara. Entahlah, ketika melihat wajah Lara semua amarahnya menghilang.
" Ada hubungan apa lo sama Kisma? Kenapa gak bilang ke gue?" tanya Lara berbondong-bondong membuat Randi gelagapan menjawabnya.
" Gak ada hubungan apa La, kemarin Kisma belum di jemput sama supirnya. Jadi dia minta nebeng " kata Randi menjelaskan, Lara hanya mengangguk mengiyakan.
" Ya udah, gue balik ya " kata Lara yang ingin melangkah pergi, tapi tangannya di cegat oleh Randi.
" Pulang sama gue ya " kata Randi dengan wajah memelas, Lara menggeleng.
" Gue udah ada janji sama Dessy " balas Lara tidak enak, tapi mau bagaimana lagi Dessy sudah menunggunya lama.
" Gue nyerah sana lo, La " kata Randi melepaskan genggamannya, Lara menatap Randi dengan sorot mata teduh.
" Kenapa?" tanya Lara menggenggam tangan Randi, dia memang tidak tahu cara orang memperlakukan pasangannya seperti apa.
Jujur saja, Randi adalah pacar pertamanya sekaligus cinta pertamanya. Sangat indah bukan, biasanya orang akan mengeluh jika cinta pertama akan bertepuk sebelah tangan atau bahkan menyakitkan. Sebaliknya Lara tidak merasakan hal-hal seperti itu.
" Gue cuma mau kejelasan dari lo, hidup lo terlalu privasi. Lo susah gue jangkau " kata Randi mengeluarkan uneg-unegnya selama setahun mereka pacaran.
" Randi, suatu saat nanti gue pasti bakal cerita semuanya ke elo. Gue cuma mau lo sabar ya " kata Lara tersenyum meyakinkan, Randi tersenyum dan mengangguk mengerti.
" Ohh yaa La, lo mau kemana sama Dessy?" tanya Randi penasaran, karena jarang sekali kedua gadis ini berinteraksi selain di sekolah.
" Kerja kelompok di rumahnya Dessy " kata Lara berbohong, dia terpaksa. Dia tidak mau Randi khawatir karenanya, walau tidak sepenuhnya dia akan sakit.
" Ya udah hati-hati, lo jaga kesehatan ya, La. Gue rasa akhir-akhir ini lo kurusan, diet ya " kata Randi menebak-nebak.
" Enak aja, udah deh gue duluan. Kasian Dessy nungguin gue dari tadi " kata Lara tersenyum sambil berlari kecil meninggalkan Randi.
" Bye sayang " teriak Randi membuat Lara terkejut dan menahan malu, karena banyak anak-anak yang melihat ke arah Lara.
Lara melangkahkan kakinya menuju mobil Dessy, dia segera membuka pintu mobil dan menemukan Dessy sedang asik main game di dalam ponselnya itu. Selain maniak game, gadis itu juga fanatik sekali dengan artis korea, makanya selera cowok gadis itu sangat tinggi. Bisa dibilang Dessy itu cantik, bahkan jadi incaran anak sekolah. Tapi ya gitu, sering ditolak karena belum standar dengan artis koreanya itu.
" Lama banget lo, habis ngapain? Jambak-jambakan?" kata Dessy yang selalu ngaco saat berbicara, Lara hanya bisa mengedikan bahunya acuh. Dessy memang seperti itu, mau bagaimana lagi.
" Des, gue takut deh kalo cek ke dokter. Gak jadi aja deh " kata Lara merasa ketar-ketir entah apa alasannya, Dessy tidak menghiraukan Lara, gadis itu selalu keras kepala dan egois akan dirinya sendiri.
" Lo ada di bully lagi gak sama si Kisma nenek sihir?" tanya Dessy mengalihkan perhatiannya, Dessy tidak mau Lara membatalkan semuanya.
" Enggak ada " balas Lara singkat.
" Awas lo boong, sampai aja gue tau tu nenek sihir bully lo. Gue penyekin jadi empek-empek, gue lindes biar otaknya keluar " kata Dessy jengkel, kalian tau kan sekarang alasan Lara tidak ingin cerita masalah pembullyannya.
" Sadis banget lo jadi orang " kata Lara mengambil ponselnya di dalam tas.
+62.......
Kemana aja lo?
Kok gue gak lihat lo di sekolahLara mengerutkan keningnya saat membaca pesan yang sama dari orang yang sama saat mengiriminya pesan tadi lagi. Apa orang ini sering menguntitnya? Entahlah Lara tidak tau.
LARA
siapa sih? Gx jls bngtDessy yang menyadari perubahan raut wajah Lara hanya tersenyum tidak jelas saja. Sepertinya Lara sudah lupa akan pikirannya batal memeriksakan dirinya, jelas Dessy khawatir dengan keadaan Lara.
Lara adalah sahabat dia satu-satunya, yang menerima dia bukan karena harta, tapi memang tulus berteman dengannya. Bukan menumpang popularitas dan lain-lainnya. Dia bangga mempunyai Lara di sisinya.
" La, kalo misalnya gue mendadak miskin gimana?" tanya Dessy membuat Lara menatap gadis itu heran.
" Tabah aja, lagian mau lo kaya atau gak. Gue bakal tetap disisi lo, gini ya roda itu berputar. Ya walah gue gak yakin, tapi setidaknya lo harus dengan prinsip itu " kata Lara memutar bola matanya, mengingat nasibnya tidak seperto roda berputar.
" Emang hidup lo gak kayak roda berputar?" tanya Dessy berusaha menggali sebanyak-banyaknya perasaan Lara.
" Mungkin, hidup gue kayak roda kebalik. Gak bisa berdiri dan berputar lagi " kata Lara terkekeh geli.
Dessy hanya tertawa menjadikan itu lawakan sedangkan Lara hanya ikut tertawa. Menertawakan hidupnya.
*
*
*Voment guys :)
KAMU SEDANG MEMBACA
LARA [COMPLETE] ✔
Teen FictionFollow dulu guys :) Jika dia bisa memilih, lebih baik dia tidak dilahirkan kembali. jika dia bisa memilih, dia akan mengakhiri hidupnya sendiri. hidup kadang selucu itu, jika roda berputar. Kenapa hidupnya tidak berputar juga? Kenapa dia selalu yan...