" Lo pasti sembuh La, semangat. Gue akan tetap disisi lo "
~ Dessy ~
Lara menatap pintu bercat putih itu dengan mimik wajah khawatir, tadi dia sudah diperiksa dan sekarang hanya menunggu hasil dokter. Dessy berkali-kali tersenyum menyemangatinya, tapi tetap saja menunggu hasil itu sangat mengkhwatirkan.
" Lara " panggil suster yang keluar dari pintu itu.
Dessy mengajak Lara masuk dengan paksa, karena Lara seakan-akan ingin kabur saja dari sana.
" Gimana dok? Teman saya sakit apa?" tanya Dessy menatap wanita di depannya itu, Lara hanya meremas jarinya kuat-kuat.
" Apa sebelumnya kamu pernah berhubungan badan?" tanya dokter itu menatap Lara intens, gadis itu kaget ketika pertanyaan itu terlontar padanya.
" Saya tidak pernah melakukan hubungan badan, dok " kata Lara menatap dokter itu, kenapa dokter itu memberi dia pertanyaan seperti itu.
" Mungkin kau pernah ke Club malam?" tanyanya lagi, Lara semakin menggeleng keras membantah. Dia tidak pernah ke tempat-tempat seperti itu.
" Dok, sebenarnya teman saya kenapa? Kenapa dokter bertanya seperti itu? Selama ini teman saya tidak pernah melakukan hal-hal yang tadi anda katakan " kata Dessy sedikit tersulut emosi mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut dokter itu.
" Kau menderita HIV, sejauh ini saya belum tau pasti penyebabnya. Apalagi kau tidak pernah melakukan itu semua, apa keluarga mu ada yang terkena HIV?" tanyanya lagi, Lara hanya mampu menggeleng.
Dia hanya tinggal bersama ibunya, wanita itu tidak pernah terlihat sakit-sakitan. Selalu segar bugar dan melakukan aktivitasnya dengan ceria, tanpa mau diganggu olehnya.
" Sebaiknya, kau mengajak orang tua mu kesini. Ini obat yang bisa saya beri, diminum dengan rutin, dengan itu penyakitmu akan lambat berkembang " kata dokter itu menatap Lara berusaha menyemangati gadis itu.
Lara hanya mengangguk lemas, kepalanya terasa pusing. Semangat hidupnya hilang, penyakit apa ini? Kenapa harus dia? Kenapa? Dia merutuki nasibnya, dia merutuki dirinya. Dia melangkan gontai keluar sebelum air matanya pecah.
" La, nangis aja kalo itu buat lo tenang " kata Dessy memegang pundak Lara, dia tidak tega melihat sahabatnya itu.
Lara menangis dalam pelukannya, dia kacau.
" Des.... kenapa ini terjadi sama gue, kenapa? Takdir gue gini banget, apa salah gue Des? Apa? Kenapa tuhan gak adil sama gue? Gue jijik sama diri gue sendiri " kata Lara dengan tangisnya yang pecah.
Dessy hanya mendengarkan dan memeluk Lara erat, dia ikut sakit melihat keadaan sahabatnya itu. Bahkan dia juga ikut menangis melihatnya.
*
*
*L
ara melangkah gontai menuju rumahnya, tidak di sekolah maupun lingkungan rumah dia dan ibunya dianggap menjijikan. Dia sudah biasa dengan tatapan itu sejak kecil, bahkan terlalu kebal untuk anak seusianya menerima tatapan sinis itu.
" Maa " panggil Lara saat membuka pintu rumahnya, Mamanya keluar dengan wajah pusat pasi menatap putrinya itu.
" Sudah berapa kali aku bilang, jangan pulang sebelum jam 6. Kenapa kau membangkang, cepat keluar sebelum tua bangka itu melihat mu " kata Mamanya dengan marah mendorong tubuh Lara.
" Tapi Ma, aku capek. Pingin tidur " kata Lara yang tidak bisa menahan rasa sakit di tubuhnya.
" Jangan mengeluh, kau bisa kembali tidur nanti. Cepat pergi " kata Mamanya terlihat sangat marah, Lara hanya pasrah menangis meninggalkan rumahnya.
" Siapa tadi sayang?" tanya seorang laki-laki separuh baya mendekap tubuh Mamanya, tapi segera ditepis begitu saja.
" Anak tetangga, memang selalu rusuh di depan rumah orang " katanya sembari menutup pintu.
Lara hanya menangis setiap kali melihat ibunya seperti itu, dia berlari ke arah danau. Dimana tempat dia menangis, tidur, bahkan layaknya rumah baginya. Disana ada sebuah rumah pohon, entah siapa yang membuatnya, tapi dia senang.
Lara hanya berdiam diri di rumah pohon itu dengan tangisnya yang belum juga berhenti.
" Butuh teman?" tanya seseorang yang sejak kapan sudah naik ke atas dan duduk di sampingnya.
" Siapa lo?" tanya Lara dengan tangis sesengguknya. Sedangkan orang di depannya itu hanya mengedikan bahunya acuh dan tertidur di samping gadis itu.
" Gue Arga, kalo lo lupa gue pernah nyelamatin lo dari pembullyannya si Kisma " kata Arga sambil mengeluarkan sebuah permen lolipop, yang langsung dia sodorkan kepada Lara.
" Ambil!! Gak baik nolak rejeki " kata Arga tersenyum lembut, Lara menerimanya dengan enggan.
" Lo ngapain disini?" tanya Lara tidak suka waktunya di ganggu.
" Asal lo tau aja, rumah pohon ini punya gue. Gue yang buat ini waktu gue kecil, karena pindah ke AS gue gak pernah kesini. Baru pertama kali datang, udah nemu cewek nangis aja disini " kata Arga mengeluarkan lolipop lagi dari sakunya dan memakannya.
" Cerewet " guman Lara yang sangat jelas sekali di dengar oleh Arga.
" Gue denger, btw lo kok belum balas chat gue tadi sih " kata Arga membuat kening Lara mengkerut bingung.
" Ckckc.... yang tadi pagi udah chat disapa cowok ganteng. Bukannya sapa balik " kata Arga memutar bola matanya kesal.
" Oooo jadi itu lo, dapat nomer gue dimana?" tanya Lara menyelidik, dia takut jika Arga punya niat jahat dengannya.
" Santuy dong, gue anak baik-baik kali. Kalo punya niat jahat, udah gue bantu tuh si Kisma bully lu kemarin " kata Arga seakan-akan membaca isi kepala Lara.
" Gue bukan cenayang, cuma nebak aja. Muka lo kek kebingungan gitu " kata Arga kembali menjawab isi pikiran Lara.
" Ar, bisa gak rumah pohon ini gue tempatin juga?" tanya Lara pada akhirnya, Arga tampak menimang-nimang.
" Boleh, tapi syaratnya lo harus jadi pacar gue. Gak ada penolakan " kata Arga membuat kedua bola mata Lara membulat sempurna.
" Tapi gue udah punya pacar, Ar " kata Lara menolak mentah-mentah, Arga hanya mengangkat bahunya acuh.
" Putusin " balas Arga cuek.
" Lo gila ya " kata Lara tersulut emosinya.
" Hahaha gue bercanda kalik " kata Arga tertawa terpingkal-pingkal membuat Lara menatap tidak suka.
" Mulai sekarang kita temanan, kalo lo butuh apa pun, panggil gue aja. Inget panggil gue, jangan yang lain " kata Arga mengingatkan, Lara hanya mengangguk saja.
Dan mereka hanya diam memikirkan semua hal, kadang melempar candaan dan pemikiran masing-masing.
*
*
*Voment guys :)
KAMU SEDANG MEMBACA
LARA [COMPLETE] ✔
Teen FictionFollow dulu guys :) Jika dia bisa memilih, lebih baik dia tidak dilahirkan kembali. jika dia bisa memilih, dia akan mengakhiri hidupnya sendiri. hidup kadang selucu itu, jika roda berputar. Kenapa hidupnya tidak berputar juga? Kenapa dia selalu yan...