" Pelacur, dasar pelacur. Uhh cewek murahan, mati aja lo. Sana mati "
Lara melangkahkan kakinya menuju lapangan basket, karena kelas sedang ada jam olahraga. Semua murid baik laki-laki dan perempuan menatapnya mencela, beberapa kali mereka menghina dan mendorong tubuh Lara hingga tersungkur.
" Kalian apa-apaan sih " kata Dessy dengan wajah sangatnya menatap yang lain.
" Mending minggir deh lo Des, kita tuh mau basmi hama di sekolah kita " kata Sandra memerintah anak laki-laki untuk membawa Dessy pergi.
Dua orang siswa laki-laki bertubuh gempal menarik Dessy pergi, sedangkan Lara sudah sangat ketakutan di kelilingi banyak orang dengan senyum mengejek. Bahkan bajunya sudah disirami dengan air yang diberi warna merah.
" Kalian mau apa?" tanya Lara dengan ketakutan, dia benar-benar takut saat ini. Bayangan saat Kisma membullynya kembali berputar.
" Dasar pelacur, dasar pelacur "
" Pelacur "
" Pelacur "
" Mati aja lo sana "
" Cewek murahan "
" Cewek gak ada ahlak "
" Pelacur "
" Pelacur "
" Jual diri ke om-om "
Teriak anak-anak bersorak heboh, hingga semua siswa-siswa yang ada di kelas ikut keluar dan menyorakinya. Lara bergetar, dia sungguh tidak tahan lagi dengan ini. Dia menutup telinga, tapi bayangkan orang-orang yang mencelanya tetap ada di otaknya.
Bughh.....
Bughh.....
Arga, Arga datang bersama ketiga sahabatnya. Mereka membantu Lara, mereka menghajar orang-orang yang menyoraki Lara sedangkan anak-anak perempuan mereka diamkan saja.
" Kalian beruntung jadi cewek, kalo enggak udah gue hancurin tuh rahang " kata Arga sengit, seluruh siswa diam tidak ada yang berani bersorak lagi.
Lara masih jongkok dengan tubuh bergetar, trauma. Ya dia trauma dengan pembullyan yang mereka lakukan, Lara bangkit dan berlari keluar sekolah. Dia tidak tahan lagi untuk ke sekolah lagi, dia tidak kuat.
Arga mengejar Lara yang pergi entah kemana, yang Arga tau gadis itu akan pergi ke danau. Arga segera melajukan motornya menuju danau, tapi gadis itu tidak kunjung datang. Apa dia salah menunggu gadis itu disini?
Dilain tempat Lara sedang menangis di pelukan orang lain, entah siapa Lara juga tidak tau.
" Kamu kenapa sayang?" tanya wanita paruh baya tersebut, Lara tadi tidak sengaja menabrak wanita di depannya itu.
Bukannya marah wanita itu menatap wajahnya yang sembab dan melihat pakaiannya yang sudah merah serta rambutnya yang acak-acakan. Tanpa Lara duga wanita itu memeluknya dengan erat.
" Hikss... hikss... aku pingin mati aja tante " kata Lara menangis sesengguk, Sila memeluk gadis itu semakin kuat.
" Jangan berbicara seperti itu " ingin rasanya Sila memberi tau Lara jika dia adalah ibunya. Tapi dia tidak bisa mengatakannya sekarang, gadis itu tampak tidak bisa diajak berbicara saat ini juga.
" Maaf tante, aku pergi " kata Lara ingin berlari pergi lagi, Tapi Sila mencekal tangan gadis itu, dia tidak mau jauh dari putrinya itu.
" Tante bakal temenin kamu " kata Sila lembut, Lara terdiam mendengar ucapan wanita paruh baya di depannya ini.
" Tapi aku akan pulang ke rumah " kata Lara sembari menghapus jejak air mata di pipinya.
" Biar tante hantar ya, tidak memungkinkan kamu pulang dengan kondisi seperti ini " kata Sila sangat lembut, Lara hanya mengangguk. Saat ini yang dia inginkan hanya pelukan Mamanya saja.
Di dalam perjalanan pulang Lara hanya bisa diam pikirannya jauh melayang. Entahlah, semua hidupnya serasa semakin sulit untuk dia jalani. Belum lagi Ibunya yang belum tau kondisinya saat ini, dia merasa bersalah telah membentak ibunya.
Setelah sampai di depan kompleksnya, Lara dan Sila turun dari mobil. " Tante hantar sampai depan rumah kamu ya " kata Sila mengelus puncak kepala Lara.
" Tapi tante gak masalah? Lingkungan rumah aku mungkin gak sebagus lingkungan rumah tante loh " kata Lara dengan wajah tanpa ekspresinya itu.
" Enggak masalah " kata Sila mengangguk menyetujui, Lara hanya mengangguk mengiyakan.
Mereka berjalan sekitar beberapa meter, Sila meringis melihat lingkungan rumah putrinya itu.
" Maa " panggil Lara saat melihat ibunya yang sedang menjemur pakaian di depan halaman rumah.
" Kau sudah pulang?" tanya ibunya yang belum menoleh kepadanya.
" Aku pulang duluan dari sekolah " kata Lara menundukan kepalanya, Sila yang melihat interaksi kedua orang itu hanya diam membiarkan saja.
" Kau bolos?" kata ibunya berbalik dan menatap putrinya itu sudah acak-acakan. " Apa yang terjadi?" tanya ibunya menghampiri Lara dan menatap semua penampilan Lara.
" Siapa yang berani memperlakukan mu seperti ini?" tanya ibunya dengan nada lembut, untuk pertama kali dia menunjukan rasa pedulinya kepada gadis itu.
" Maa, aku minta maaf " kata Lara memeluk ibunya erat yang dibalas pelukan hangat oleh ibunya itu. Sedangkan Vei belum menyadari keberadaan Sila.
" Apa yang terjadi?" tanya Vei menatap Lara yang masih menangis sesengguk.
" Maafkan Lara kemarin sudah membentak Mama, Lara minta maaf " kata Lara semakin terisak. " Kau pulang dengan siapa?" tanya Vei melihat ke depan dan menatap Sila dengan terkejut.
" Hai Vei, lama tidak jumpa " sapa Sila dengan senyumnya itu.
" Mau apa kau?" tanya Vei menatap tajam Sila yang masih terdiam menatap Lara yang masih berada di pelukan Vei.
" Sebaiknya kita bicara empat mata " kata Sila mengerti kondisi Lara saat ini.
" Tidak ada yang akan kita bicarakan, sebaiknya kau pulang dan jangan pernah menampakan wajah mu lagi " kata Vei dengan nada datar, Sila menatap Vei memohon.
Vei mengabaikan Sila dan membawa Lara masuk ke dalam rumah. Lara hanya menatap bingung interaksi kedua orang tadi.
" Ma, dia siapa?" tanya Lara.
" Kau jangan pernah menemuinya lagi, jangan pernah mau ikut dengannya dan jauhi dia " kata Vei mengelus puncak kepala Lara.
Jika itu yang membuat Vei akan sayang padanya, Lara akan melakukan apa pun demi mendapatkan kasih sayang Vei.
*
*
*Voment guys :)
KAMU SEDANG MEMBACA
LARA [COMPLETE] ✔
Teen FictionFollow dulu guys :) Jika dia bisa memilih, lebih baik dia tidak dilahirkan kembali. jika dia bisa memilih, dia akan mengakhiri hidupnya sendiri. hidup kadang selucu itu, jika roda berputar. Kenapa hidupnya tidak berputar juga? Kenapa dia selalu yan...