Dessy berkali-kali tertawa bersama Lara, sahabatnya itu sudah mampu menghilangkan rasa luka dihatinya. Setidaknya Lara akan memiliki sumber kebahagian baru, berbeda dengan dirinya, mengingat pembicaraan dia kemarin dengan anggota keluarganya.
" Lo beneran di jodohin, Des?" tanya Lara masih terkejut dengan berita yang Dessy berikan, Lara akui baru pertama ini dia penasaran dengan berita yang Dessy bawakan.
" Iya, sama anak sahabat bokap gue. Apalagi gue gak tahu tampang tuh orang. Gue takut dia gemuk, hitam, jelek, jorok, dan paling gak level itu kalo ditambah goblok " kata Dessy dengan wajah kesalnya, sedangkan Lara tersenyum mendengarnya.
" Ngapain lo senyum-senyum? gue tahu, lo pasti senang kan gue dijodohin sama orang kek gitu. Ya tuhan, La. Kita ganti posisi aja yuk, lo mah enak deketnya sama Randi sama Arga walau masih 20% mendekati standar gue sih " kata Dessy menimang-nimang.
" Des, mau bagaimana pun tampang jodoh lu nanti. Gue harap dia orang yang baik, yang bakal lindungin lo, yang akan buat lo bahagia sampai lo lupa akan kepergian gue " kata Lara tersenyum lembut sambil memegang tangan Dessy.
" Isshh.... ngomong apaan sih lu. Pokoknya lo bakal hidup lama dan lo yang akan nganterin gue ke altar pernikahan nanti " kata Dessy dengan nada tegas, Lara hanya mengangguk walau dia tidak yakin akan hidup selama itu.
" Bukannya ayah lo bakal bayarin lo terapi? Gue harap lo bisa cepat sembuh " kata Dessy tersenyu menyemangatkan Lara.
" Gue gak pingin hidup lama " kata Lara dengan mata kosongnya itu, Dessy dengan lantang berteriak pada Lara jika gadis itu harus hidup deminya dan keluarga barunya.
" Gue gak bisa Des, hidup gue percuma saja. Gak ada yang pingin gue hidup lebih lama lagi dengan penyakit gue, ujung-ujungnya gue bakal mati. Terapi itu cuma memperlambat masa kematian gue aja " kata Lara tersenyum kecut mengetahui fakta yang sangat menyesakan dadanya.
" Plisss La, jangan ngomong kayak gitu. Pokoknya besok gue bakal kasih tau ke elo siapa jodoh gue, entar malam gue ketemu sama keluarganya " kata Dessy tersenyum, walau sebenarnya dia ingin menangis mendengar kata-kata yang keluar dari bibir kecil sahabatnya itu. Seakan-akan itu adalah kata perpisahaan untuknya.
" Okey gue tagih janji lo, jangan lupa empat hari lagi kita bakal ke acara puncak Pensi sekolah " kata Lara, dia tidak boleh melupakan acara yang dia nanti-nanti. Dia akan menghabiskan banyak waktunya untuk kesenangannya walau untuk yang terakhir kalinya.
" Ya gue pasti inget, sana pulang ayah lo udah jemput. Gue juga mau pulang, malas lihat muka lo terus " kata Dessy menjulurkan lidahnya.
" Sialan lo " kata Lara tertawa kecil.
*
*
*
Lara memakan makanannya dengan senang hati, jika memakan ayam ini dia jadi teringat akan Arga. Beberapa hari ini dia belum melihat Arga, entahlah sepertinya cowok itu sangat sibuk. Lara juga beberapa kali mengirimkan Arga pesan dan seperti biasa Arga akan membalas pesannya dengan lelucon yang laki-laki itu miliki.
" Jadi apa yang putri kecil ayah pikirkan saat ini?" kata Aldo yang menyadari lamunan Lara.
" Hmm.... bagaimana Mama dan ayah bisa bertemu?" tanya Lara mengalihkan topik yang akan sangat canggung jika di balas.
" Dulu Mama kamu dan Ayah adalah sahabat, kita tumbuh bersama sedari kecil. Ketika kita beranjak dewasa, ayah memiliki perasaan lebih kepada ibu mu. Tapi sayang sekali, Ibu mu sudah memiliki kekasih yaitu Retno dia dulu adalah Bos ibu mu " kata Aldo tersenyum sendu.
" Apa ibu tidak memiliki keluarga?" tanya Lara, karena dia tidak pernah melihat kakek, nenek, bahkan paman dan bibinya.
" Ibu mu anak tunggal, dan saat kami lulus universitas kedua orang tua ibu mu meninggal kerena kecelakaan " kata Aldo kembali memasang senyum kecutnya.
" Lalu bagaimana mama dan Om Retno bisa berpisah?" tanya Lara penasaran
FLASHBACK
Seorang wanita dengan rambut diikat dan seragam rapi memasuki ruangan dimana dia selalu diam disana bersama kekasihnya. Tapi belakangan ini kekasihnya itu menghindarinya entah kenapa.
" Mas, sudah hampir seminggu kau menghindari ku " kata Vei dengan wajah sendunya itu, Retno mengusap wajahnya kasar.
" Maafkan aku Vei " katanya lirih, Vei menatap lelaki di depannya itu dengan wajah piasnya.
" Mkasudnya apa?" tanya Vei saat menerima kartu undangan pernikahan ' Retno & Sila '
" MAS, MAKSUDNYA APA INI?" teriak Vei menangis kencang, ada rasa sakit menjalar di hatinya ketika melihat dua nama yang tertera disana.
" Maafin aku sayang, Tapi aku sudah dijodohkan seminggu yang lalu. Aku ingin memberi tahu mu, tapi itu terasa sulit saat melihat wajah mu " kata Retno memeluk tubuh Vei, tapi segera di tepis oleh wanita itu.
" Ku kira kau adalah pelindung ku, setelah kepergian orang tua ku. Hanya kau yang ku miliki, sekarang aku juga akan pergi meninggalkan ku. Mas, hubungan kita sudah 4 tahun berjalan. Dengan gampangnya kau menerima perjodohan itu " kata Vei menghapus air matanya kasar.
" Maafkan aku Vei, maafkan aku " kata Retno berulang kali, Vei langsung berlari meninggalkan Retno.
Laki-laki itu tanpa sadar menangis dalam diam, dia juga sama. Merasakan sakit yang Vei rasakan, tapi dia bisa apa. Ini semua demi perusahaannya dan juga permintaan orang tuanya.
*
*
*Voment guys :)
KAMU SEDANG MEMBACA
LARA [COMPLETE] ✔
Teen FictionFollow dulu guys :) Jika dia bisa memilih, lebih baik dia tidak dilahirkan kembali. jika dia bisa memilih, dia akan mengakhiri hidupnya sendiri. hidup kadang selucu itu, jika roda berputar. Kenapa hidupnya tidak berputar juga? Kenapa dia selalu yan...