Doy menghela nafasnya berat. Ia mengusap wajah nya dengan kedua tangannya, sajadahnya ia tilap dan di simpannya di atas meja kerjanya. Ia menatap istrinya yang sedang terlelap tidur. Mengingat, saat ini jam 01.35 dini hari.
Doy keluar dari kamarnya, mencoba untuk menenangkan pikirannya dengan menyeduh teh hangat. Sengaja, ia nggak membangunkan Ara untuk sekedar membuatkan teh untuknya, ia terlalu kasian kepada Ara.
Tak diduga ternyata ada abi di meja makan sedang menikmati secangkir kopi. Doy terlihat sedikit kaget namun ia masih bisa mengaturnya. "Gadang bi?" Tanya Doy sambil melalui abinya untuk menyeduh teh
"Yaa, begitulah.. kamu habis sholat ya?"
"Iya.."
"Besok jangan kesiangan ya?"
"Hm.."
"Abi tau, kamu agak kecewa sama abi. Tapi ini adalah pilihan abi. Sama dengan kamu, abi menghargai pilihan kamu untuk menikahi Ara yang dimana abi sama sekali gak berharap Ara yang akan jadi menantu abi.."
"Abi."
Abi menoleh ke arah anak semata wayangnya itu, ah sebentar lagi, Doy bukan seorang anak tunggal. Akan ada Ecan nanti sebagai adik tirinya.
"Abi udah janji kan gak ngebahas ini? Gimana kalo Ara denger? Bisa sedih dia."
"Sama halnya dengan calon ibu kamu, kalo tau kamu kaya gini, dia juga bisa sedih."
"Keadaannya berbeda bi... abi udah punya umi dan Dhika. Apalagi yang abi cari?" Doy mengurungkan niatnya untuk menikmati secangkir teh hangat dan berniat untuk kembali ke kamar
"Abi sekarang tanya sama kamu Dhika."
Doy menghentikan langkahnya. "Apa yang kamu dapatkan setelah kamu menikahi Ara?"
Pertanyaan itu sungguh menusuk hati Doy, Doy mengepalkan telapak tangannya. Menahan amarah dan emosi dalam dirinya.
"Ara cuma gadis yang gak tau apa-apa. Bahkan dia belum cocok untuk menjadi seorang istri. Ilmu agamanya saja masih minim. Di jilbab pun baru-baru ini. Apa yang kamu lihat dari dia? Rupanya? Masih kalah dari Annisa."
"Abi, cukup. Kalo restu dari Dhika yang abi inginkan, ya silahkan, Dhika ikhlas dan ridho abi menikah lagi, tapi tolong pembicaraan seperti ini gak usah ada lagi." Doy pun bergegas masuk ke kamar dengan perasaan emosi yang nggak terbendung
Doy memejamkan matanya, berusaha menenangkan jiwanya dan menurunkan amarah dalam dirinya. Ia melihat istrinya yaitu Ara masih terpulas tidur di balik selimut. Doy mendekatkan dirinya ke Ara, ia memandang Ara lekat dan penuh arti.
"I love you, Ra. Sampai kapan pun, aku sayang dan cinta sama kamu." Doy mecium puncak lengan Ara penuh dengan perasaan sambil memejamkan matanya
Ara yang merasakan perilaku Doy ini, langsung terbangun dan menggaruk matanya, "D-doy?" Suara Purau Ara yang terbangun oleh Doy
"Eh, aku ngebangunin ya? Maaf.."
"Kamu kenapa? Kok matanya merah?"
"Nggak.. nggak kenapa-kenapa." Kata Doy sambil memandang ke atas untuk menahan air matanya
"Kenapa ih? Nangis ya? Kamu kenapa???!"
Doy tersenyum dan mengelus rambut Ara. "Aku cuma seneng aja, sekarang kalo bangun ada kamu, kalo mau tidur, ada kamu, kalo aku pulang kerja ada kamu."
"Ish apaan sih!! Gak tau waktu banget, masa ngalus nya malem buta gini sih?" Kata Ara malu
"Ra..."
"Hm? Kenapa?"
"Aku boleh nanya gak?"
"Nanya apa?"
"Kamu sayang sama aku?"
Ara menatap bingung Doy, "Kok nanya gitu?"
"Ya jawab aja... aku mau tau.."
"Sayang dong.. kenapa sih?"
"Syukur deh, kalo boleh nanya lagi... apa kamu udah suka sama aku pas aku lamar kamu?"
"Kamu kenapa sih? Kok tiba-tiba nanya gini? Malem-malem gini lagi?"
"Jawab aja ihhhh"
"Hhhhh iya iya... iya! Aku udah suka, tapi kayanya, aku udah suka sama kamu pas dari awal deh.. cuma aku masih gak sadar aja dan tertutup sama sebelnya aku ke kamu.."
Doy hanya mamandang Ara, "Kenapa sih? Tadi nanyain, sekarang diem cuma liatin doang?"
"Aku gak akan poligami, Ra.."
"Ya Allah, Doy! Kenapa kamu teh?"
"Aku gak mau kamu mikir yang nggak-nggak. Aku mau kamu percaya dan tau, kalo aku sayang banget sama kamu. Aku udah nunggu bertahun-tahun untuk bisa dapetin momen kaya gini sama kamu."
"Aduh Doy, ini masih malem, kamu jangan buat aku jantungan dong..."
"Aku serius, Ra... aku selama ini nahan buat gak pacaran, emang kamu pikir aku dulu kuat apa gak pacaran? Panas tau aku!"
"Jadi curcol nih
"Yaudahlah, kamu tidur lagi aja sana."
"Hahahahaha malu ya? Yaudah sih... sini liat aku." Kata Ara sambil menggenggam tangan Doy
"Kamu jangan overthingking ya? Aku ada di samping kamu buat apa? Buat kamu bersandar ketika kamu lelah, capek mau ngeluh. Kalo kamu banyak pikiran, berbagi sama aku. Aku istri kamu, partner dalam segala urusan kamu. Kamu gak usah takutin hal-hal gak penting, karena sekarang aku udah milik kamu dan kamu udah milik aku... "
Doy menatap Ara haru, "Aku capek, aku mau bahagia terus sama kamu..."
"Iyaa... aku juga mau hidup sama kamu selamanya..."
Tok tok
Doy dan Ara pun menoleh ke arah pintu kamar mereka yang berbunyi itu, "Siapa?" Tanya Ara ke Doy
"Bentar, aku cek."
Doy pun membuka pintu, "Siapa?"
"Hehe, A, maaf ganggu, Ecan gak tau kamar mandi dimana?"
Kenalin Ecan, calon adik tirinya Doy
KAMU SEDANG MEMBACA
Calon Imam • Kim Doyoung vol.2✔
FanfictionKetika dunia kamu udah bukan milik kamu seorang aja, tapi berubah menjadi milik bersama.