"Ra? Nanti malem kita di ajak makan bareng sama sodara aku dari Jakarta."
"Siapa yang? Aku lupa..."
Doy langsung menoleh cepat ke arah Ara dengan ekspresi kaget dan bingung. "Apaan panggil 'yang'?" Tanya Doy
"Kenapa emangnya?!" kata Ara sedikit kesal
"Ya enggak, aneh aja gitu, kamu, mangggil 'Yang'..."
Ara hanya mendengus kesal sambil menilap-nilap pakaian yang baru saja kering dijemur. "Itu lho Ra... yang waktu nikahan kita, Mas Radit. Tau gak? yang punya anak kembar"
"Ohhh iya! yang istrinya orang Majalengka bukan? Teh Fitri?" Doy mengangguk sambil duduk disamping Ara
"Kapan kita diajaknya gitu?" tanya Ara
"Nanti, habis maghrib" kata Doy sambi memainkan hape nya.
"Kalo gak salah, Teh Fitri itu nikahnya umur 19 bukan sih?"
"Kok kamu tau?"
"Waktu masih di rumah umi abi, aku di kasih tau sama umi pas lagi main ke kamarnya..."
Doy hanya ber-oh ria sambil masih memainkan hapenya.
"Oh ya, Jef makin sukses aja ya?" Kata Doy
"Hooh, masa dia kan baru buka cabang baru ehh mau buka usaha lagi dong dia. Aku gak nyangka dia bakal seserius ini soal bisnis, hahahha" kata Ara sambil mengenang dirinya dengan sahabat satu-satunya, yaitu Jeffrey
Doy hanya menatap datar Ara, sedetik kemudian, Doy membangunkan badannya. "Aku masih nggak nyangka. ternyata, cinta pertama kamu bukan Jef"
Ara menatap Doy kaget. "Apaan sih? mulai bahas yang lain deh..."
"Enggak, enggak.. aku kira cinta pertama kamu Jeffrey, ternyata bukan"
"Ya bukan lah, dulu pas SMP ada yang lebih wangi daripada Jeff."
"Kalau ya ini mah Ra... Kalau suatu saat kamu ketemu sama dia, gimana reaksi kamu?"
Ara menatap Doy sebentar, "Kamu dari kemaren ngetes aku terus yaa? kamu masih gak percaya sama aku, kalo aku sayang sama kamu?"
Doy diam, nggak menjawab. Bahkan ia menelan ludahnya. Seakan, Ara tau isi hati dan maksud dari Doy, "Kamu kalo gini terus, aku males ah..."
Ara beranjak dari kasur dan membawa beberapa baju yang sudah ia tilap untuk dimasukkan ke dalam lemari pakaian. Doy hanya menatap punggung istrinya itu dengan perasaan sedikit bersalah. Doy hanya takut, kalau dirinya aja yang menyayangi dan mencintai Ara. Ada rasa sedikit ragu kepada Ara mengenai isi hatinya kepada dirinya.
Waktu Maghrib pun tiba. Ara dan Doy masih berdiam-diaman belum ada yang bisa mengajak bicara sehabis itu. Doy ingin minta maaf tapi ia masih gengsi untuk melakukan hal itu. Ara sedang bersiap-siap di meja riasnya. Ia memoleskan sedikit lipstik di bibirnya, dan blush on dipipinya. Doy hanya duduk di tepi kasur, menunggu Ara selesai berdandan
Ara pun bangkit dari duduknya, dan mengambil tasnya. Mereka pun berangkat ke rumah saudara Doy.
Sesampainya di rumah saudaranya Doy, mereka berdua mulai memasuki rumah tersebut diiringi salam dari keduanya, "Assalamualaikum"
"Walaikumsalam, ya ampun Dhika! udah dateng? ayo masuk, masuk... eh ada Neng Ara, sehat neng?"
Ara pun bersalaman dengan Mas Radit, "Sehat Mas? hehehe..." kata Ara sedikit kikuk
"Alhamdulillah, ayo masuk, kita makan. Belum pada makan malem kan?" Kata Mas Radit sambik tertawa.
Ara dan Doy mengikuti Mas Radit dan menuju ke ruang meja makan. Disana rupanya sudah ada Teh Fitri yang sibuk menyiapkan kudapan di atas meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Calon Imam • Kim Doyoung vol.2✔
Fiksi PenggemarKetika dunia kamu udah bukan milik kamu seorang aja, tapi berubah menjadi milik bersama.