17; Rumah baru

9.7K 1.4K 258
                                    

Akhirnya, Ara dan Doy resmi pindah ke rumah kontrakan mereka yang baru. Ara sedang menyiapkan susu coklat dingin untuk Doy yang sedang menyusun meja riasnya Ara.

"Nih, di minum dulu.." kata Ara sambil menyodorkan segelas susu coklat dingin ke Doy

Doy langsung berdiri dan menerima segelas susu coklat dingin dari Ara. Doy pun meminum setengahnya.

"Setengahnya lagi buat kamu..." kata Doy sambil memberikan lagi segelas coklat dingin itu ke Ara. Ara melihat Doy bingung

"Dih, kenapa aku minum bekas kamu? Abisin ah..."

Doy berbalik ke arah Ara lagi dengan wajah kesal nya, "Ihh! Kamu gak romantis banget. Aku kan ngikutin cara nya Rasul yang nyisain setengah susunya buat Aisyah. Kamu gak tau ya cerita itu??"

"Ooooohhhh cerita itu! Aku tau lah!! Kang Brian pernah nyeritain itu ke aku! Hahaha, aku baru ngeh, maaf maaf."

Doy menatap Ara datar saat Ara menyebut nama Brian yang benar-benar seseorang yang gak dipengen Doy dengar seumur hidupnya

"Eh eh eh eh jangan ngambek sayang" kata Ara mengelus-elus dagu Doy

Doy yang terlanjur kesal kembali melanjutkan menyusun meja rias. Tapi kali ini, ia mengerjakannya dengan membuat suara yang keras. Palu nya ia pukul keras memberi kode kalau dia sedang kesal.

Ara hanya tertawa dan kembali ke dapur untuk menyiapkan makanan.

"Masak apa ya? Kan belum beli bahan-bahannya juga. Gofood aja apa ya?"

Ara pun kembali dari dapur ke kamar, untuk menanyakan Doy ingin makan siang sama apa. Doy terlihat sedang duduk sambil memainkan hapenya. Handuk kecil masih melingkar di lehernya.

"Doy, mau makan apa nih? Aku mau pesen gofood, mumpung ada diskon 20 ribu ongkir."

Sebelum menjawab, Doy menghelakan nafasnya, "Ternyata, istri aku dulunya pernah uwu-uwuan sama mantannya....hhhhhh" kata Doy dengan ekspresi kecewa

"Ya ampun masih aja bahas ituuuu?" Kata Ara sambil menahan tawanya dan mendekati dirinya ke Doy

Doy hanya melirik Ara sinis, "Aku mau ayam taliwang..." katanya ketus

Ara hanya menatap Doy sambil tersenyum, Doy yang menyadari akan hal itu mulai agak terusik.

"Apa, liat-liat?"

"Bener ya kata orang, kalo udah nikah tuh, sifat asli dari pasangan bakal kebuka satu persatu. Sekarang aku makin tau aja tentang kamu" kata Ara

"Hah? Emang aku kenapa?" Kata Doy bingung

"Kamutuh ya Doy, orang nih ya, kalo pertama kali ketemu kamu, pasti nyangkanya, kamu itu judes lah, kaya yang galak lah..."

Doy masih diam, menyimak Ara membicarakan tentang dirinya.

"Padahal sebenernya kamu itu soft banget kaya soklin"

"Nah kan, aku udah mulai curiga, pasti ujungnya kamu ngawur" kata Doy kesel

Ara hanya tertawa, "Bentar ih! Belum selesai..."

"Kamutuh sebenernya lembut banget, care banget... apalagi sama orang yang kamu sayang. Kadang orang salah sangka sama perilaku kamu..."

Doy hanya manggut-manggut

"Dan lagi...."

"Hah, ada lagi?"

"Kamutuh sebenernya gampang rapuh juga..."

Doy terdiam, "Kamu bisa aja nguatin aku sama umi. Padahal, kamu juga butuh orang yang nguatin kamu"

"Maafin aku yah, kalo aku masih belum jadi istri yang baik buat kamu..."

"Duhh, apaan sih jadi kemana-mana kamu tuh..." kata Doy sambil mengusap cepat matanya

"Biarin aku ulur tangan kamu, Doy..."

Ara menatap Doy penuh arti, "Aku gak mau terus berjalan di belakang kamu"

"Biarin aku berjalan bersama di samping kamu"

"Ra? Kamu kenapa?" Kata Doy sedikit bingung

"Aku mau bantu kamu Doy.... aku gak tega kalo kamu doang yang berusaha buat cari uang..." Ara mulai mengeluarkan air matanya

"Ara.... ini udah tugas aku sebagai pemimpin keluarga bu-"

"Dan udah jadi tugas aku untuk membantu dan memahami suami aku... aku gak mau terus-terusan jadi penerima... aku mau kita sama-sama berusaha, Doy"

Doy menatap sebentar Ara,"Aku tau Ra,niat kamu baik. Tapi.... aku gak mau kamu kerja"

"Kenapa?? Aku pikir, pernikahan itu langkah awal suatu pasangan untuk berjuang sama-sama menghadapi masalah? Tapi,aku ngerasa... aku selalu tau beres dan kamu doang yang berusaha"

"Karena aku mau kamu bahagia, Ra"

"Itu nggak buat aku bahagia, Doy... justru itu buat beban aku"

"Ra.... kenapa aku gak mau kamu kerja, karena aku mau lindungin kamu. Dan lagi, sekarang dosa kamu udah ditanggung sama aku, bukan lagi sama papah kamu... jadi aku mohon, kamu bantu aku buat ringanin beban itu yaa?"

"Doooyyy....." kata Ara merengek

"Ini lagian kita mau pesen gofood gak jadi terus, aku udah laper nih?" Kata Doy mengalihkan pembicaraan






Malam pun tiba, Ara sedang sendirian di rumah barunya. Sedangkan Doy sedang ke masjid sekitar perumahan untuk sholat berjamaah.

Dddrrttt....dddrrrttt

"Hallo?"

"Walaikumsalamm, salam dulu kek ukhti"

"Dih, gue pikir lo gak tau jawabannya, makanya gue gak salam. Ngape, lo nelpon gue? Kangen yaa?"

"Iya lah! Sombong banget lo sumpah setelah nikah..."

"Ntar juga lo bakal ngerasain kalo dah nikah bakalan jarang main hape"

"Apaan, gue mah gak akan nikah"

"Heh Jepri! Jangan ngadi-ngadi ya lo kalo ngomong! Kalo di ijabah sama Allah gimana?"

"Maaf sist, tuhan kita berbeda"

"Ya maap gue lupa"

"Gak bisa ini, gak bisa di biarin. Lo harus ketemu gue inimah, kita main"

"Gilelu, sekarang keluar rumah itu gak semudah waktu gue masih perawan"

"Jiaaaahhhkkkk, yang udah gak perawan"

Ara tertawa kencang, rasanya sudah lama ia tidak merasakan perasaan ini.

"Eh Ra, lo di rumah aja nih pas udah nikah?"

"Iya..."

"Gak kerja gitu lo? Ijazah lo useless dong?"

Ara menghela nafasnya berat

"Kerja di kafe gue aja kuy, lagi open recruitment buat jadi manager, manager gue yang kemaren asu sekali njir...."

"Hah? Serius lo?"

"Iya, beneran. Ayolah, lo aja yang jadi manager di kafe gue yang di dago. Kalo lo orangnya, gue bisa percaya lah"

Ara diam sejenak, ia sangat mau banget mengambil keputusan itu. Tapi, mengingat Doy yang tidak mengizinkan dirinya untuk bekerja

"Ra? Gimana? Mau kagak?"



"Oke deh, gue mau Jef"

Calon Imam • Kim Doyoung vol.2✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang