Ara terduduk di hadapan meja riasnya. Memikirkan kejadian tempo hari yang benar-benar amat canggung dan aneh itu. Ara memijat pelipisnya. Ia gak suka perasaan kaya gini. Kenapa, setelah menikah, pikirannya terasa berat sekali?
Ara berpikir, mungkin kalau dirinya sekarang belum menikah, sekarang pasti dia sedang bekerja di kantor sesuai yang di harapkan, ingin menjadi karyawan biasa di sebuah perusahaan yang bergelut dengan mengkoding. Sesuai dengan keahliannya, walau memang itu adalah hal yang gak mudah.
Ara juga berpikir, mungkin kalau dia belum nikah sekarang, dia masih bebas keluar rumah, main dengan teman-temannya, menikmati masa usia per 20 tahunnya.
Ara sering membandingkan dirinya dengan teman kampusnya yang masih bebas untuk bermain keluar dengan siapa saja. Sekarang, ia gak bisa sebebas dulu. Ditambah dirinya harus menerima banyak omongan yang sebetulnya dia gak mau denger dari orang-orang rumah ini.
Ara menatap foto pernikahannya yang dipajang di dinding kamarnya. Dalam hati Ara bertanya, apa Doy juga merasakan apa yang ia rasakan?
Ara menghela nafasnya berat.
"Assalamualaikum..."
"Walaikumsalam" Ara langsung bangkit dari tidurnya, dengan menggunakan celana tidur dan kaos putih bergambar elmo. Ara meraih tas dan jaket Doy dengan malas.
Doy hanya melihat bingung Ara sambil menyerahkan jaket dan tasnya kepada Ara. Dalam benak, apa Ara sedang datang bulan? Ah, berarti malam itu belum sukses untuk menghasilkan anak. Pikir Doy.
Doy hanya melihati Ara tanpa bicara sepatah kata apapun, takut dirinya salah omong. Ara yang merasa sedang di perhatikan hanya menatal balik Doy dengan ekspresi malas.
Setelah menyimpan barang-barang Doy dan menyiapkan baju untuk salin Doy, Ara kembali rebahan di kasur dan memainkan hapenya. Doy semakin bingung, apa dirinya melakukan kesalahan? Perasaan saat berangkat kerja Ara masih baik-baik saja
Ara pun menghela nafasnya. Seperti memberi kode ke Doy, Doy yang mengerti kode itu hanya diam dan masuk ke dalam kamar mandi.
Tak lama dari kamar mandi, Ara sedang melamun sambil duduk menyender. Doy keluar sambil memikirkan istrinya. Doy berjalan ke arah meja rias untuk mengoleskan krim malam di wajahnya.
Ara masih saja melamun. Doy merasa gak enak hati, akhirnya ia menurunkan egonya dan membalikan badannya.
"Kamu kenapa sih, Ra?"
Ara masih enggan menoleh ke Doy
Doy beranjal dari duduknya dan mendekati istrinya. "Kamu kenapa sih? Kok aku jadi takut sih"
Tak lama, Ara menoleh ke arah Doy dan meneteskan air matanya, "Aku mau keluar dari rumah ini"
Doy kaget, dan membulatkan matanya. Ara masih menangis tapi tidak ada suara isakan dari mulutnya. Ara langsung memalingkan wajahnya ke lain arah, gak sanggup untuk menatap wajah Doy
"Kenapa?" Tanya Doy pelan
Ara gak menjawab, ia masih menangis.
"Aku harus tau alesannya dulu Ra..."
"Kamu waktu itu nanya kan ke aku? Apa aku mau ngontrak? Yaudah aku mau"
Doy menatap dahulu Ara. Pasti ada yang gak beres dengannya.
"Kalo kamu sayang sama aku, harusnya kamu dengerin apa yang aku mau. Aku aja selalu nurut sama kamu, kamu masa gak bisa ngabulin keinginan aku?!" Ara langsung menidurkan dirinya dan menarik selimutnya tanpa menatap Doy
Doy hanya diam, gak bisa berbicara apa-apa. Doy mengerti sekali, pasti berat bagi Ara untuk tinggal disini. Doy pun menghela nafasnya, dan menatap langit-langit dinding. Air matanya hampir jatuh, tapi langsung ia usap dengan tangannya. Ara di balik selimut pun masih menahan air matanya
KAMU SEDANG MEMBACA
Calon Imam • Kim Doyoung vol.2✔
FanfictionKetika dunia kamu udah bukan milik kamu seorang aja, tapi berubah menjadi milik bersama.