Ara membuka matanya pelan. Menggaruk kedua matanya dengan tangannya dan bangun dari kasurnya. Melihat ke samping, Doy sudah tidak ada.
"Doy?" Kata Ara
Ara bangun dan berjalan mencari-cari Doy. Ara keluar dari kamarnya dan masih mencati keberadaan suaminya itu, "Doy??"
"Raaa!! Aku lagi di sini.."
Ara langsung berjalan ke arah sumber suara Doy. Rupanya Doy lagi di dapur. "Kamu ngapain?" Kata Ara sambil mendekati Doy
"Masak mie rebus.. kamu mau?"
Ara menggelengkan kepalanya, "Ini jam 4 kurang lho.." kata Ara sambil menggaruk matanya
"Sambil nunggu subuh, aku mau sholat di masjid.." kata Doy sambil membawa mangkok berisi mie rebus
Doy berjalan ke arah ruang tengah disertai Ara mengekorinya dari belakang sambil bermalas-malasan. Doy duduk sambil menyalakan tv, Ara pun ikut duduk di sampingnya.
Seakan malam tadi tak cukup, Ara langsung merangkul tangan Doy dan menyenderkan kepalanya di bahunya Doy. Doy hanya tersenyum dan mulai memakan mie rebus buatannya.
"Wangi ih mienya.."
"Kan kan, tadi aku bilang mau gak?"
"Cobain dikit ajaaa.."
"Nih, dikit ya awas kalo banyak-banyak.."
"Iya ih, pelit banget deh.." Ara pun mengambil mie rebus di pegangan Doy dan melahap satu suap besar
Doy kaget, "Tuh kan! Ih kamu mah!" Kata Doy jengkel
Ara ketawa sambil menelan mienya, hampir saja ia tersedak karena melihat reaksi Doy yang lucu, Doy langsung memakan mienya cepat, Ara makin tertawa melihat tingkah suaminya itu
"Ihhh gemes ih gemes ihh!!" Kata Ara sambil menguwel-uwel pipi Doy
"Ish apaan sih Ra!!"
Ara semakin tertawa dan memeluk badan Doy erat.
"I wuf yu! I wuuuuuffff you so much!" Kata Ara sambil memasang wajah so imut, Doy yang melihatnya langsung tersedak dan minum air putih.
"Jawab ih!" Kata Ara
"Nggak ah."
"Oh gak wuf yu tu?"
"Apaan sih Ra?" Kata Doy malu
"Jawab gak! Masa aku doang yang wuf yu?! Ayo jawab!" Kata Ara sambil pura-pura mencekik leher Doy. Doy hanya tertawa dan mencoba melepaskan tangan Ara dari lehernya
"Wuf yu tu.. udah nohhh.."
"Ih pinter!"
Hari ini, umi dan abi Doy sudah pulang. Ara membantu uminya membereskan barang-barang mereka.
"Nak... boleh ikut umi ke kamar sebentar?"
"Iya mi..." Ara menatap Doy terlebih dahulu sebelum ikut Uminya ke kamar
Doy hanya bisa melihat Ara yang sudah berjalan mengikuti uminya.
"Doy..." panggil Abinya
"Ya bi?"
"Bisa kita bicara sebentar?"
Ara sudah berada di dalam kamar uminya. Umi sedang membuka jilbabnya dan menaruhnya di atas kasur.
Ara pun masih berdiri di dekat pintu, menunggu aba-aba dari uminya. "Sini nak duduk disini.."
Ara pun melangkah mendekatkan dirinya ke umi dan duduk di atas kasur. Umi menatap Ara dengan wajah serius namun ada sedikit keraguan saat ingin memulai berbicara. Dalam hati, Ara merasa gugup. Baru kali ini dirinya mengobrol berdua dengan umi
"Kenapa mi? Apa ada masalah?" Ara memberanikan diri untuk bertanya terlebih dahulu
Ara bisa lihat, umi Doy terlihat gelisah namun beliau masih berusaha untuk tersenyum di hadapan Ara
"Begini, sebelum umi kasih tau ke kamu, umi mau nanya dulu.."
Ara sudha menyiapkan kedua telinganya dan otaknya untuk menangkap semua pembicaraan umi yang akan di lontarkannya kepada dirinya.
Disisi lain, Doy dan abinya sedang memberi makan ikan di depan rumahnya. Doy sedari tadi menunggu abinya untuk berbicara. Tapi Doy lebih memilih untuk diam dan menunggu
Abinya menghela nafasnya kasar.
"Minggu depan..."
"Nak Ara, kita adalah umat muslim kan?"
Ara mengangguk cepat. Umi tersenyum manis ke Ara. "Tau, kalo dalam Islam, suami boleh berpoligami?"
Ara langsung terkejut, apa maksud umi menanyakan hal itu? "T-tau mi.."
"Bagus, kalo kamu udah ngerti..."
"Kenapa ya mi? Kok tiba-tiba nanya poligami?"
Umi membuang nafasnya, "Minggu depan... abi akan menikah lagi."
Doy meninggu abinya berbicara, "Minggu depan kenapa bi?"
"Minggu depan, abi akan menikah lagi. Persiapkan diri kamu, Dhika."
Doy hanya diam. Matanya sedikit di lebarkan. Kaget? Pastinya. Doy memilih diam dan menatap dalam rumahnya, memikirkan istrinya yang akan mengetahui hal ini...
KAMU SEDANG MEMBACA
Calon Imam • Kim Doyoung vol.2✔
FanficKetika dunia kamu udah bukan milik kamu seorang aja, tapi berubah menjadi milik bersama.