34; Penantian...

9.4K 1.4K 225
                                    

Ara sedang berbaring, sambil dokter memasangkan alat USG di perutnya. Doy berada di samping Ara. Melihat layar monitor

"Placentanya bagus, airnya juga banyak, detak jantungnya juga bagus. Cuma yang satu ini masih sering ngumpet di kembarannya"

"Terus gimana Dok? Nggak kenapa-kenapa kan?" Tanya Ara khawatir

"Semoga pas hari lahiran, si kecil nggak ngumpet soalnya takutnya nempel terus sama kembarannya dan nggak ada jeda saat lahiran nanti bisa langsung sekaligus. Semoga dedeknya nggak malu-malu yaah nanti pas lahiran" kata bu Dokter berusaha membuat Ara untuk tidak khawatir

Ara hanua tersenyum tipis, ada kekhawatiran dalam benaknya.

Ara dan Doy pun selesai periksa kandungan Ara. Ara terlihat lemah. Karena usia kandungannya yang sudah dekat ke persalinan

Ara terlihat sedikit pucat, Doy terus menggandeng Ara

"Ra? Kamu duduk aja yaa? Aku cariin kursi roda dulu"

Ara menggelengkan kepalanya, "Bentar lagi juga sampe parkiran...hhh" kata Ara yang merasa pengap

Ara terus mengusap perutnya dan mengatur napasnya yang terasa berat. "Yaudah aku bawa mobil dulu. Kamu duduk disini yaa. Pake maskernya takut ada yang ngerokok"

Ara langsung memakai maskernya dan duduk menunggu Doy

Sesampainya di rumah Ara nggak langsung ke kamar, melainkan duduk di ruang tengah

"Dek, makan nih kurma" kata Mamah sambil membawakan Ara beberapa buah kurma

"Adek nggak suka kurma" kata Ara

"Euh makan dulu, biar dedek utunnya cepet lahir"

Ara mau nggak mau nurut kepada mamahnya dan memakan satu buah kurma

"Nak Dhika, mau balik lagi ya ke sekolah?"

"Iya mah, nitip Ara ya mah?" Kata Doy sambil salim ke mamahnya Ara

"Iya sayang. Hati-hati yaa"

"Dhika pamit dulu mah. Ra, aku pergi dulu yaa?" Kata Doy sambil mengelus puncak kepala Ara dan mengecup dahi Ara, Ara kaget tapi Doy langsung buru-buru pergi

Mamah Ara hanya terkekeh melihat anak dan menantunya.

"Dhika keliatan banget sayang sama kamunya dek"

Ara terdiam sejenak

"Mamah udah pernah bilang kan? Kalau Dhika itu bakal jadi suami yang baik buat kamu?"

Ara menatap mamahnya, "Iya.. mamah juga pernah bilang, aku bakal jadi orang paling bodoh kalau aku nyia-nyian Dhika"

Mamah mengangguk setuju

"Tapi, aku kasian sama Doy"

Mamah Ara menatao Ara bingung, "Kenapa?"

"Doy harus dapetin istri yang cuma kayak aku"

"Kok kamu ngomong gitu?"

Ara menatap mamahnya sedih dan mulai menangis, "Doy selalu ngasih yang terbaik buat aku...hiks, tapi.. aku belum bisa kasih yang terbaik buat dia"

"Lalu, menurut kamu, saat ini kamu lagi berjuang karena apa?" Tanya mamah Ara

Ara menatap bingung mamahnya

"Mengandung itu... bukan usaha yang baik kah?" Tanya Mamah Ara

"Kamu sekarang bahkan lagi berjuang untuk kamu, anak kamu dan Dhika"

"Perjuangan ibu hamil itu luar biasa, Sayang... seorang ibu harus rela berkorban menjaga anaknya 9 bulan di dalam perut, menahan rasa sakit.. kamu pikir, kamu nggak sedang berusaha ngasih yang terbaik buat Dhika?"

Calon Imam • Kim Doyoung vol.2✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang