🌈 8 🌈

496 36 23
                                    

  ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ يُسْتَجَابُ لَهُنَّ لاَ شَكَّ فِيهِنَّ دَعْوَةُ الْمَظْلُومِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْوَالِدِ لِوَلَدِهِ
"Tiga doa yang mustajab yang tidak  diragukan lagi, yaitu doa orang yang dizalimi, doa orang yang bepergian (safar), dan doa orang tua pada anaknya,"
(HR Ibnu Majah).  





🌈🌈🌈

Setelah Qiana dan Irene pergi ke toko dasar kain dan ke tempat jahit. Sekarang ini Qiana dan Irene berada di taman rumah milik orang tua Irene.

Mereka berdua sedang berbicang-bincang mengenai banyak hal yang membuat mereka mengetahui apa yang terjadi sekarang ini, nanti ataupun kemarin.

Mereka berdua tidak sekolah, karena tidak ada keperluan. Bahkan kalo ada informasi di sekolah, maka ketiga pria tersebut akan memberitahu ke kedua gadis ini.

"Qi, kemarin malam kata Jhoni, kalo Erik suka sama kamu. Umar juga suka sama kamu."

Qiana terdiam mendengarkan perkataan Irene, karena ia berpikir. Inilah akibatnya jika mereka mengetahui rahasianya, dan inilah yang Qiana takutkan. Ia kira dengan mereka tau rahasianya, tidak akan terjadi lagi seperti dulu. Tapi ia salah, bahkan ia menyesal. Karena mereka mengetahui rahasia dirinya.

"Qiana, aku mengerti perasaan kamu. Tapi cobalah berpikir, mereka berdua itu tidak sama seperti pria lain."

Qiana menggelengkan kepala, ia tahu semua pria itu berbeda. Tapi kalo nafsu itu pasti sama semua. Irene memegang tangan Qiana, hingga Qiana mendongakkan wajah menatap Irene sembari tersenyum.

"Baru tiga minggu aku merasakan tenang, tenang karena tidak ada lagi teman yang merendahkan aku. Di saat kalian membela ku, aku merasa tenang. Karena kalian menerima ku apa adanya. Tapi ternyata ketenangan aku ini hanya sesaat saja."

Irene menggelengkan kepala "Tidak Qi, me_"

"Halo sayang."

Suara bass yang tidak asing lagi di telinga Irene, ya dia adalah Jhoni. Irene langsung berdiri mendekati Jhoni.

"Eh ada Qiana."

"Kamu makan dulu aja di ruang makan."

"Emang udah masak."

"Ngga tau, coba tanya bibik."

"Oke."

Lalu Jhoni pergi meninggalkan kedua gadis tersebut. Irene kini duduk lagi di depan Qiana.

"Percaya Qi, mereka tidak sama dengan pria yang dulu pernah ganggu kehidupan kamu."

Qiana menganggukkan kepala, ia berharap apa yang Irene katakan semoga benar. Karena ia tidak mau lagi terjadi, cukup sudah ia mengalaminya. Dan tidak bisa bertahan lagi jika terjadi.

"Irene, aku mau pulang. Ini juga udah siang, nanti papa nyariin aku lagi."

"Sama siapa kamu pulang?"

Bidadari Berwajah DuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang