🌈 30 🌈

85 4 0
                                    

Takdir bukan permainan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Takdir bukan permainan. Jangan di abaikan, coba hayati. Bahwa takdir yang diberi, itu semua indah. Karena takdir untuk kita, semuanya karena Allah.


🌈🌈🌈

Beberapa hari kemudian, Umar terus bekerja dengan Nadhif. Yang mana kini Nadhif terus membimbing Umar dan mengajarkan Umar, yang dengan senang hati Umar menurut apa yang dikatakan papa mertuanya.

Sedangkan Qiana dirawat baik oleh mamanya, dan kedua orang tua Umar sudah pulang. Mengingat Keyza bersama Assyifa. Tapi Keyza sering menangis di tinggal lama.

Saat ini Qiana sedang duduk di kursi sembari memotong kentang. Karena saat ini Naina, sedang masak bersama Eun Jung. Juga Qiana merasa bosan di kamar terus. Jadinya Qiana ikut membantu masak juga, walaupun Naina melarang. Tapi dengan mudah Qiana merayu mamanya.

"Mama." Panggil Qiana.

"Iya sayang ada apa?" Tanya Naina yang masih bisa fokus masak.

"Qiana ingin makan sate." Ucapnya.

"Sate." Beo Naina menatap putrinya yang kini mengangguk sebagai jawabannya.

"Oke mama akan buat, tapi kamu istirahat di kamar sana. Ini biar mama sama Eun Jung."

"Ta_"

"Tidak boleh membantah." Potong Naina.

Qiana lalu pergi ke kamar dengan wajah cemberutnya. Tapi Naina dan Eun Jung yang melihat hanya terkekeh saja. Yang begitu lucu dengan ekspresi wajah anaknya. Juga Qiana jarang-jarang berekspresi cemberut.

🌈🌈🌈

Hari-hari terus terlewati, dan saat ini kehamilan Qiana sudah masuk ke bulan sembilan. Bahkan Umar tidak bekerja, agar bisa menjaga sang istri yang sebentar lagi lahiran.

Bahkan saat ini yang menggantikan pekerjaan Umar yaitu Nadhif. Karena Nadhif sendiri lah yang menyuruh Umar untuk libur kerja dulu. Dan fokus ke istrinya.

Qiana dan Umar saat ini berada di kamar, yang mana Qiana sedang duduk di kasur dan bersandar di kepala kasur. Sedangkan Umar duduk di samping Qiana sembari mengusap perut besar Qiana dengan lembut.

Umar juga sedang melantunkan ayat Al-Qur'an. Yang mana itu membuat Qiana merasa sangat tenang, bahkan ia tersenyum mendengar suara merdu suaminya ini.

Bidadari Berwajah DuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang