🌈 24 🌈

114 10 13
                                    

Kesedihan bukan untuk diratapi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kesedihan bukan untuk diratapi. Tapi untuk ditutupi. Agar tidak lemah dan bisa membagi kekuatan kepada yang sedang merasa lemah.

🌈🌈🌈

Setelah makan bersama, saat ini Qiana duduk bersama Umar di taman rumah belakang. Disana mereka berdua sedang duduk mengobrol bersama. Walaupun Qiana tidak nyaman dengan detak jantung yang menggangu dirinya.

"Qiana."

"Iya."

"Tolong ceritakan aku sebuah kisah nabi atau sahabat nabi."

Qiana menunduk sembari menggelengkan kepalanya, Iya benar-benar sangat gugup untuk berbicara apalagi sampai panjang bicaranya.

"Kenapa?"

"Irene dan Jhoni dua hari lagi akan datang. Aku tidak sabar ingin bertemu mereka." Ucapkan mengalihkan pembicaraan.

Sungguh Umar sangat gemas dengan Qiana yang dengan pandainya bisa mengalihkan pembicaraan. Tapi Umar tersenyum, karena apa yang Qiana katakan itu adalah suatu berita yang sangat bagus.

"Nanti Jhoni tinggal sama kamu ya, Irene nanti tinggal sama aku."

"Siap calon istri."

Lagi-lagi detak jantung Qiana semakin berdegup kencang. Akibat perkataan sederhana Umar, bahkan Qiana menjadi salah tingkah. Tapi Umur malah tersenyum bahagia.

🌈🌈🌈

Saat ini Umar berada dalam perjalanan menuju ke cafe miliknya. Karena sudah lama Umar tidak melihat cafenya, walaupun cafenya berjalan dengan lancar.

Tapi sedari tadi Umar melihat mobil selalu mengikutinya, Apakah mereka benar-benar mengikuti Umar atau memang satu arah jalannya. Sehingga Umar berpikir positif saja.

Entah kenapa mobil tersebut malah semakin mepet ke mobil Umar, singgah mobil Umar berada di tengah-tengah jalan bahkan mengambil jalan lain. Bahkan di depan sudah ada mobil tronton, tapi tidak ada jalan lain untuk menghindar. Sehingga terjadilah tabrakan antara mobil Umar dan mobil tronton tersebut.

Sedangkan dilain tempat ada Qiana yang kini sedang membersihkan kamarnya. Tapi tiba-tiba saja Assyifa masuk dan langsung memegang kedua bahu sang kakak.

"Kamu kenapa?"

Bibir Assyifa bergetar dan tangan juga, "Kk-ak Uumar kecelakaan kak."

Bidadari Berwajah DuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang