🌈 10🌈

354 35 8
                                    

Saat ini Qiana, Irene, Erik, Umar, dan Jhoni berada dalam perjalanan menuju ke rumah orang tua Qiana. Qiana hanya bisa diam saja dengan badan yang bergetar karena kedinginan, padahal AC mobil sudah di matikan, dan tubuhnya pun di selimuti dengan jas Umar. Irene membantu Qiana mengusap-usap kedua telapak tangannya secara bergantian.

Di tempat lain, ada Assyfa dan Amel yang sedang ada di dapur yang sedang makan bersama. Tapi terhenti, mendengar mobil suara klakson mobil.

Setelah membuka pintu Assyfa terkejut melihat kakaknya basah kuyup, dan make up yang menutupi wajah cantiknya luntur dan menampilkan wajah cantiknya.

Assyfa langsung memeluk kakanya, "Kak kenapa jadi basah gini?" Tanya Assyfa menatap kakaknya dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Tapi Qiana tersenyum dan mengusap setetes air mata adiknya yang keluar.

"Syfa biarkan Qiana masuk dulu. Kakak kamu tuh kedinginan." Ucap Erik.

Syfa tidak suka dengan Erik yang selalu saja merusak keadaan seperti ini. Tapi ada benarnya juga, hingga Assyfa menuntun kakaknya masuk ke kamarnya. Sedangkan yang lain duduk di ruang tamu.

"Kakak kenapa bisa basah gini?"

"Mungkin ini cara Allah untuk mengungkapkan semuanya kepada mereka."

"Maksudnya, apa ini semua perbuatan teman-teman sekolah kakak?"

"Kan kak sudah bilang ini semua rencana Allah untuk mengungkapkan semuanya kepada mereka."

Qiana berdiri mendekati lemari untuk mengambil pakaian yang ada lemari, Assyfa hanya bisa menghela napas dengan kakaknya satu ini. Selalu semuanya karena Allah, untuk Allah dan hanya Allah. Padahal manusia juga salah, kadang manusia tidak berpikir apa yang di lakukan semunya karena Allah, bahkan apa yang mereka lakukan semuanya hanya untuk Allah.

Manusia tidak luput dari dosa karena apa yang mereka lakukan itu jahat dan tidak baik. Tapi kakaknya satu ini malah berpikir yang lain.

Assyfa duduk di pinggiran kasur milik kakaknya, sembari menunggu kakaknya yang mengganti pakaian. Beberapa menit menunggu, akhirnya Qiana sudah mengganti pakaiannya dengan celana trening berwarna hitam, dan baju panjang sampai lutut.

"Kakak tidur aja kalo masih kedinginan."

"Ngga lagi dingin dek, udah hangat tubuh kakak. Kakak juga mau temui teman kakak."

"Tapi kak pakai masker aja, wajah kakak cantik sekali. Takut nanti ketiga pria tersebut natap kakak ngga lepas."

"Iya." Balas Qiana sembari tersenyum.

Sesampai Qiana dan Assyfa di ruang tamu, mereka semua hanya diam menatap Qiana yang menutupi wajahnya. Tapi mereka mengerti, hingga mereka membuka pembicaraan lagi.

🌈🌈🌈

Keesokan harinya..
Saat ini Irene terus saja menelpon Qiana, yang ternyata ponsel Qiana tidak aktif. Hari juga semakin sore, tapi ponsel Qiana masih saja tidak aktif, hingga akhirnya Irene memutuskan untuk datang ke rumah Qiana, dan melihat keadaan sahabatnya itu.

Sesampainya Irene di depan pagar rumah yang tergembok, dan sangat sunyi. Bahkan tidak ada satpam yang menjaga rumah mereka. Perasaan Irene mulai tidak enak, dengan semua yang terjadi pada Qiana.

Irene kembali masuk lagi ke mobil, tapi terhenti karena ada orang yang memanggil dirinya. Orang tersebut adalah Erik yang berjalan mendekati Irene.

"Lo cari Qiana?"

Irene hanya menganggukkan kepala saja sebagai jawaban.

"Dari tadi gue bolak-balik ke rumah ini, tapi tetap saja seperti itu. Pirasat gue juga ngga enak, karena gue rasa Qiana pergi ninggalin kita semua."

Bidadari Berwajah DuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang