3. Kebetulan

5.7K 531 16
                                    

{Hasbunallah wani mal wakil, sebaik-baiknya tempat berharap adalah Allah Azza Wa Jaallah dan Dia juga sebaik-baik pelindung}

❣❣❣

Sesampainya di rumah, Naima segera memeriksa belakang roknya. Meraba noda apa gerangan yang membuatnya malu tadi.

Tidak kental. Mendekatkan ke hidungnya, membauinya dan seketika Naima merutuk dalam hati. Ini noda saus. Sepertinya tadi ia tak sengaja duduk di kursi yang terdapat noda saus.

"Ya Allah, hambah malu … mana tadi udah salah mukul orang lagi." Naima memerhatikan jas yang kini berada dalam genggamannya. "Lah, terus gimana cara balikin ini?"

Memukul kepalanya. "Kebiasaan! Suka di kasih pinjem barang tapi nggak tahu cara balikinnya."

Menaruh jas itu di keranjang pakaian kotor. Semoga nanti ia bisa mengembalikannya, setelahnya Naima berlalu ke kamar mandi.

Sementara itu, di rumah megah keluarga Dirgantara. Marlina tengah heboh sendiri menyaksikan betapa hebohnya drama yang sedang viral itu.

"Hahahaha … kasihan nya. Makanya jangan jadi anak durjana!"  Marlina menunjuk gemas tokoh utama dalam drama itu.

Damian yang baru selesai menyiram tanaman kebanggaanya, menatap heran kelakuan istrinya. Meskipun sudah sering melihatnya selama kurang lebih 30 tahun, tetap saja ia kadang tal habis pikir. Tabiat istrinya yang satu ini sangat lah melekat dan itu salah satu daya pikatnya.

"Lagi nonton apa sih? Keliatannya seru banget." Damian mengusap puncak kepala istrinya, sebelum bergabung di sofa seputih salju itu. "Papski boleh ikut nonton 'kan?"

"Off course!" Marlina dengan semangat menggeser layar tabletnya agar suaminya bisa menyaksikan drama kocak tersebut.

Damian mengerutkan dahinya, merasa tak asing dengan punggung lelaki yang menjadi pusat perhatian selayaknya tokoh utama dalam film. Garis rahangnya, potongan rambutnya. "Ini Ken?!"

Marlina menjentikkan jarinya. "Betul! Gentle banget 'kan anak kita. Ya … meskipun suka ngelawan Mamski nya. Tapi liat, anak kita viral sama perempuan bercadara, Paps. Mana mereka keliatan serasi. Pokoknya dia harus jadi mantu kita!"

"Gimana caranya?"

Marlina mengedipkan matanya, genit. "Dengan bantuan Allah dan kita harus buat peluang mereka lebih deket lagi."

"Tapi 'kan kita nggak tahu siapa namanya, tempat tinggalnya."

Marlina menepuk pundak suaminya. "Serahin semuanya sama Mamski. Di jamin rebes!"

❣❣❣

Ken menghembuskan napas panjang. Menginjakkan kaki di belakang rumahnya dan langsung di suguhkan pemandangan tak mengenakan itu.

Ibunya dengan di dampingi Kusinta tengah asyik menggoyangkan tubuhnya mengikuti irama musik yang terputar. Memakai setelan serupa pula.

Ekor putih Kusinta bergeal-geol ke sana kemari. Instingnya yang kuat mampu mendekteksi kedatangan Ken lewat indera kebucinan akut sejak bertemu Ken di rumah ini.

"Miawww …."  Tiba-tiba kucing itu sudah mendusel pada Ken. Bulunya yang lebat menggelitik kulit Ken yang mengenakan celana santai sebatas lutut.

Bidadari Salju [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang