28. Amanah Impian

4.9K 388 13
                                    


Kita tidak pernah tahu takdir yang sudah di tulis oleh Allah di Lauhul Mahfuz untuk kita itu apa. Yang aku tahu, kamu lah takdir terindah yang Allah ciptakan untukku.
❄❄❄

Ken bingung dengan tingkah Naima pagi ini, tidak seperti biasanya Naima tidur kembali setelah sholat shubuh karena biasanya Naima akan langsung meluncur ke dapur untuk menyiapkan sarapan.

Namun Ken membiarkannya saja, mungkin Naima sedang kecapean saja. Ken yang akan menyuapkan roti selai strawberry ke dalam mulutnya terhenti ketika sepasang tangan melingkari lehernya dengan erat, serasa ingin mencekiknya di susul dengan hembusan napas yang menjalar di sepanjang tengkuknya membuat Ken merinding diskon.

Menolehkan matanya ke arah si pelaku, Ken membelalakan matanya saat menemukan Naima yang sedang menggelayut manja di pundaknya.

"Sayang ... kamu kenapa sih? Kok aneh banget hari ini?" tanya Ken lembut.

Namun respon yang di dapatkan Ken sungguh luar biasa, Naima menjauhkan tubuhnya dari Ken dengan cepat di susul oleh butiran bening yang meluncur jatuh dari kedua pelupuk mata istrinya.

"Mas bilang Nai aneh? Nai udah jelek ya? Nggak cantik lagi? Atau tambah gendut?" berondong Naima yang tangisannya semakin menjadi.

Ken menyibakkan rambutnya kebelakang, bangkit dari duduk melupakan roti yang hampir di lahapnya itu. Mendekati Naima, Ken menarik wanita itu ke dalam pelukannya.

"Bukan gitu sayang, kamu masih cantik dan akan tetap cantik."

"Beneran?" Naima mendongak menatap tepat ke manik mata Ken, mencari kejujuran di dalamnya. Dan ia mendapatkan kejujuran dari tatapan lembut yang di layangkan Ken.

Ken beralih menangkup wajah istrinya, "sayang ... dengerin Mas. Cinta Mas buat kamu itu tulus apa adanya yang datangnya dari hati karna Allah bukan cinta yang ada apa-apanya. Saat Mas mengucapkan ijab kabul atas Nama kamu, Mas sudah berjanji pada Allah dan ayah kamu, bahwa Mas akan menjaga dan mendampingi kamu sampai maut yang akan memisahkan kita."

Naima langsung memeluk tubuh Ken dengan erat, ia sangat bahagia mendengar pengakuan dari suaminya barusan.

"I love you, suamiku!" pekik Naima bahagia.

"I love you too, istriku!" sahut Ken seraya membalas pelukan istrinya.

"Ekhm!" deheman itu membuat keduanya merenggangkan pelukan mereka, serentak menoleh ke arah asal suara yang baru saja menganggu momen mereka berdua.

"Ekhm! Ada kamar yang bisa di pakai buat romantis-romantisan, jadi bisa di kondisikan sesuai tempatnya."

"Ini ada anak di bawah umur yang belum boleh lihat hal seperti ini," Nyonya Marlina menutupi mata Popoy yang sedang di gendongnya.

Ken menghela napas jengah melihat ibundanya yang bersikap seolah-olah anak abege, Naima tersenyum malu-malu pada ibu mertuanya yang menangkap basah dirinya bermesraan dengan Ken.

"Maaf, Mams." Naima menunduk, menyembunyikan rona kemerahan di wajahnya akibat malu yang ia rasakan.

"Sudah sayang, tidak usah malu begitu. Lagian apa yang Mamski pikirkan itu nggak ada dalam otak kita,"

"Emang kamu tahu apa yang mamski pikirkan?" tanya Nyonya Marlina balik.

"Nggak tau sih, tapi yang jelas pikiran Mamski itu nggak sama dengan yang ada di pikiran kita."

Bidadari Salju [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang