20. Kabar

4.1K 364 15
                                    

Assalamualaikum, semuanya...
Ken & Naima balik lagi...
>•<
Happy reading
°°°
Kesalahan terbesarku adalah mengabaikan janjiku padamu.
❄❄❄

Ken datang ke taman kota, rasa penasaran membuatnya langkah kakinya menuntunnya ke sini untuk menemui si pengirim pesan misterius itu. Sejauh mata memandang tidak ada orang yang terlihat mencurigakan seperti memakai jaket hitam ataupun orang berkaca mata hitam di tengah terik matahari siang ini. Seperti yang pernah ia di film-film action.

Menghela napas lelah, sudah hampir setengah jam ia menunggu namun orang misterius itu tak kunjung muncul. Seperti pesan itu hanyalah keisengan semata, ia pun memutuskan kembali ke kantor karena waktu jam makan siangnya telah habis. Baru selangkah kakinya beranjak dari sana, tiba-tiba sebuah pukulan yang sangat keras di layangkan seseorang pada tengkuknya membuat kesadarannya menghilang secara perlahan.

Dua orang pria berbadan besar dengan pakaian stelan jas, itu tersenyum puas melihat sasaran mereka masuk perangkap. Langsung saja mereka ringkus Ken, kemudian memasukannya ke dalam sebuah mobil sedan yang terparkir tidak jauh dari taman itu.

"Bos, target sudah kami ringkus."

"...."

"Oke, siap. Kami bawa dia ke markas."

Pria berkepala botak itu menoleh ke arah temannya yang berada di belakang kemudi, "kita langsung ke markas?"

Pria berambut cepak di sebelahnya mengangkat jempolnya, lalu dia bergegas menjalankan mobilnya menjauh dari taman itu.

***

Naima berjalan mondar mandir seraya mengigiti kuku jarinya. Sejak semalam Ken belum juga pulang, sudah berulang kali ia hubungi nomernya tapi ponsel suaminya sepertinya mati. Puluhan pesan ia kirimkan, meminta agar suaminya segera pulang atau paling tidak menghubunginya kembali. Meskipun itu terdengar sangat lucu setelah masalah yang ia sebabkan tadi malam.

Orang rumah sedang tidak ada, mertuanya sedang menghadiri pesta pernikahan saudaranya yang berada di luar kota. Kemungkinan besok baru akan pulang.

Tak henti bibirnya mengucapkan beribu doa meminta perlindungan untuk suaminya. Jika terjadi apa-apa dengan suaminya, ia akan merasa sangat bersalah. Kesalahannya tadi malam dapat berakibat fatal jika tidak segera di selesaikan.

"Bunda, Gibran kangen ayah. Kenapa ayah tadi malam nggak pulang?"

Naima menoleh ke arah Gibran, anak itu terlihat sedih. Matanya sembab sehabis menangis. Naima berusaha mengembangkan senyumannya lalu tangannya terangkat untuk mengusap puncak kepala anaknya, "sabar ya, sayang. Mungkin sebentar lagi ayah akan pulang. Lebih baik sekarang, Gibran berangkat ke sekolah dulu, ya?" 

Dengan berat hati Gibran mengangguk,"iya, Bunda. Tapi nanti kalo ayah udah pulang, jangan lupa bilangin sama ayah suruh jemput Gibran di sekolah."

"Iya, sayang nanti Bunda sampaikan."

Naima meraih pundak Gibran lalu membawanya ke dalam pelukannya, rasanya tak tega melihat anaknya merasakan kesedihan yang mendalam seperti ini. Perasaanya campur aduk antara sedih, kecewa, khawatir dan rasa bersalah yang paling mendominasi.

"Ayo Bunda antar Gibran kesekolah!" Naima beralih mengandeng tangan Gibran.

Gibran mendongak, lalu meraih tangan ibunya kemudian mereka berangkat ke sekolah.

***

Ken merasakan pusing yang sangat hebat, pandangannya buram tapi samar-samar ia melihat ada dua orang lelaki bertubuh kekar di hadapannya. Indera penciumannya membaui aroma besi berkarat yang cukup kental. Ada di mana ia sekarang?

Bidadari Salju [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang