21. Kritis

4.5K 377 5
                                    

Assalamualaikum, semuanyaaa...
Ken & Naima double up
>•<
Happy reading
°°°
Ma Qadarrulah Khair, segala ketetapan Allah itu Baik maka bertawaqal lah.
❄❄❄

Menyusuri lorong rumah sakit Naima terus memanjatkan doa-doa terbaik untuk suaminya. Meminta keselamatan untuk suaminya, semua salahnya andai ia tidak lupa dengan janji itu dan memilih untuk menemui Frans pasti semua ini tidak akan terjadi. Ini semua salahnya tapi kenapa harus suaminya yang menanggung akibatnya? Kenapa....

Sampai di depan ruang IGD Naima langsung menuju pintu kaca buram itu berusaha melongok ke dalam. Lampu yang menandakan operasi sedang berlangsung, masih menyala. Senantiasa doa terbaik ia panjatkan untuk suaminya.

“Allah ... tolong selamatkan suami hamba, jangan ambil dia secepat ini. Hamba belum sempat berbakti padanya, hamba belum sempat mengatakan maaf padanya dan hamba belum sempat mengatakan bahwa hamba juga mencintainya.”

Dua orang suster lewat di depan ruangan ICU, mereka asik memperbingkan salah satu pasien yang baru saja mereka tangani.

“Kasihan ya, wanita tadi lagi hamil tapi suaminya malah meninggal.” Suster yang tengah mendorong kursi roda itu berbicara.

“Iya, nggak tega ngeliatnya. Mana masih muda lagi, dia sama suaminya juga anak tunggal dan orangtuanya juga sudah meninggal pula,” sambung suster satunya lagi dengan wajah prihatin.

“Gimana ya, nasibnya ke depannya. Jadi nggak tega deh bayanginnya,” kata suster itu lagi dengan raut wajah sedih.

Tubuh Naima luruh ke lantai, bayangan menyeramkan timbul memenuhi otaknya membuat tulang persendiannya lemas. Mendengar pembicaraan dua orang suster itu membuat tubuhnya bergetar ketakutan jika hal itu terjadi pada suaminya, sungguh ia tak tahu lagi bagaimana menjalani sisa hidupnya ke depannya karena menanggung beban berat karena rasa bersalah.

“Naima, jangan seperti ini. Ken pasti sedih ngelihat kamu seperti ini,” kata Nyonya Marlina yang baru datang langsung membantu Naima kembali berdiri, lalu membawa tubuh lemah Naima untuk duduk di kursi tunggu.

Nyonya Marlina berusaha menenangkan menantunya sedangkan dirinya sendiri, tak kalah kacau melihat keadaan Ken yang tengah meregang nyawa di dalam sana. Ken adalah anak satu-satunya, kebanggaanya dan anak yang tidak pernah mengecewakannya. Saat mendengar kabar bahwa anaknya masuk rumah sakit karena sebuah insiden, membuatnya di landa syok dan sempat pingsan.

“Ken, Mams. Ken ada di dalam sana gara-gara aku, hiks ... hiks ... hiks...!”

“Jangan menyalahkan diri sendiri, semua ini merupakan tadir dari Allah. Mamski juga sedih dan terpuruk melihat Ken meregang nyawa di dalam tapi Mamski sadar dengan menangis tidak akan membuahkan hasil apa-apa, yang bisa kita lakukan sekarang adalah berdoa meminta keselamatan untuk Ken.”

Naima menoleh ke arah ibu mertuanya yang tak kalah kacau juga, terlihat matanya sembab sehabis menangis.

“Istigfar Nai, kita harus kuat agar Ken di dalam sana juga sama kuatnya untuk tetap bertahan.”

Naima mengangguk, benar kata ibu mertuanya jika ia terus menangis mungkin saja Ken di dalam ikut merasakan kesedihannya. Dengan sekuat tenaga ia berusaha mengangkat kedua sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman.

Bidadari Salju [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang