24. Baikan

5.4K 419 13
                                    

Assalamualaikum, semuanya.
Selamat pagi.
>•<
Happy reading
°°°
Mari kita menjalin hubunga yang baru tanpa kebohongan lagi.
❄❄❄

Ken terjaga di tengah malam, tatapannya nanar melihat ke arah samping kanan, tempat istrinya tengah tertidur dengan berbantalkan tangan. Padahal ia sudah berkeras hati mengusirnya dari sini, namun istrinya tetap keukeuh ingin menemaninya.

Sebeneranya ia tak tega melihat istrinya tertidur dalam posisi duduk seperti ini, makanya ia mengusirnya tapi entah kenapa Naima berubah menjadi sedikit keras kepala.

Ken melihat pergerakan tangan Naima mengosok-gosok bahunya. Tangannya dengan otomasi meraih remot AC untuk mematikannya lalu setelahnya ia menyampirkan selimut yang tadinya membalut tubuhnya ke pundak istrinya dengan pelan.

Rasa kantuknya sudah hilang, pandangan matanya mengarah pada wajah ayu istrinya, pulas sekali tidurnya. Napasnya terdengar teratur, matany terlihat sembab karena terlalu banyak menangis. Mungkin ucapannya tadi sedikit banyak telah menyakiti hati istrinya tapi ia tidak bermaksud begitu, ia hanya khawatir dan panik saat melihat darah yang mengalir dari tangan istrinya karena tergores beling tadi.

"Maafkan, sikap Mas tadi ... Mas benar-benar tidak bermaksud membentakmu."

Ken mengusap-usap lembut puncak kepala istrinya yang masih tertutup khimar. Sebelum kembali melanjutkan tidurnya, Ken menyematkan kecupan lembut di kening istrinya.

"I love you, bidadari surgaku...."

***

Naima menatap interaksi antara Ken dengan anak-anak yang merupakan pasien di rumah sakit ini, suaminya terlihat sangat sabar dan penyayang dalam menghadapi mereka semua.

Ia tahu selama pernikahan mereka, hak Ken sebagai suami belum ia berikan. Setelah suaminya pulang dari rumah sakit, ia akan memberikan hak itu sepenuhnya.

"Hai semuanya ... Tante bawain makanan buat kalian! Pasti kalian laperkan?"

"Laper banget Tante!" sahut mereka kompak.

"Ini ambil makanannya satu persatu tapi jangan rebutan, ya?"

"Siap Tante!"

Lalu anak-anak itu mengambil makanan yang Naima bawa dengan antri. Ken hanya menoleh sebentar ke arah Naima, kemudian membuang tatapannya ke arah rerumputan taman rumah sakit.

"Mas ... masuk yuk. Udah waktunya makan siang, Mas harus makan," ajak Naima seraya meraih pegangan kursi roda yang Ken pakai.

"Mas, belum laper. Nanti kalo Mas laper juga Mas makan sendiri, biasa juga gitu nggak ada yang ngingetin Mas buat makan." Ken menjawab dengan nada ketus.

Naima tertohok, dulu memang tak pernah sekalipun ia menanyakan hal remeh seperti ini. Apakah semuanya sudah terlambat? Ia sudah tidak punya harapan lagi?

"Mas ... maafin Nai, kemarin Nai salah sudah melupakan janji sama Mas. Tolong maafin Nai...."

Ken membelalakan matanya saat Naika bersimpuh di depannya, ia tidak bermaksud seperti itu. Hanya saja ia terlalu kaget melihat perubahan Naima yang sedrastis ini.

"Nai bangun, Mas nggak nyuruh kamu seperti ini. Bangun Nai!"

"Nai nggak mau bangun sebelum Mas maafin, Nai!" balas Naima keras kepala.

Ken menghela nalas lelah, "baiklah Mas maafin kamu. Mas sebenarnya nggak marah, Mas hanya kecewa itu saja."

"Maafin Nai sekali lagi, ya Mas?"

Bidadari Salju [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang