4. Sepotong kisah di kantin

4.8K 515 10
                                    


Assalamualaikum, semuanyaa....
>•<
Happy reading....
°°°
Tidak ada kebetulan di dunia ini, karena itu aku yakin jika pertemuan kita adalah sebuah takdir yang telah di rencanakan oleh Allah. Maka dari itu, jangan dulu lupakan aku karena bisa jadi kita berjodoh.

❄❄❄ 

Naima berjalan dengan wajah mendung memasuki lobi rumah sakit, ia gagal mendapatkan uang untuk pengobatan anaknya. Ia sudah mencoba meminta bantuan pada semua orang yang dikenalnya, namun tidak ada satu pun di antara mereka yang mau meminjamkan uang padanya, mulai dari ibu kontrakan yang berbalik menagih uang kontrakan padanya sampai bos tempatnya bekerja pun juga tidak mau.

Terpaksa Naima kembali ke rumah sakit dengan tangan kosong tanpa ada uang sepeserpun. Harapannya tinggal satu, yaitu pihak rumah sakit ini mau memberikannya dispensasi waktu untuk melunasi biaya pengobatan anaknya.

"Suster, apa saya boleh minta perpanjangan waktu untuk membayar biaya pengobatana anak saya? Karena saat ini saya belum punya uang untuk membayarnya," mohon Naima di depan meja adminitrasi.

Suster bernama Irma itu tersenyum, "Tidak perlu, Bu. Karena semua pengobatan anak Ibu sudah dilunasi."

Mata Naima membelalak terlalu terkejut, mendengar ucapan suster itu. Bagaimana bisa? Padahal ia belum membayar biaya perawatan Gibran sepeserpun, lalu siapa gerangan orang yang membayar biaya perawatan Gibran?

"Suster, siapa yang sudah membayarkan biaya perawatan anak saya?" tanya Naima kemudian.

"Oh, dia hanyalah hamba Allah yang ingin mensedekahkan hartanya untuk membantu sesama," jawab suster Irma.

Masya Allah Naima merasa begitu kagum dengan sosok hamba Allah ini, di jaman sekarang orang itu masih memiliki hati yang mulia. Allah sampaikan lah rasa terima kasihku padanya, ucap batin Naima.

***

Ken yang merasa kelaparan memutuskan untuk pergi ke kantin rumah sakit, mencari makanan yang sekiranya dapat menganjal perutnya. Ramai, satu kata yang mengambarkan suasana kantin saat ini. Ken yang sudah sangat lapar memilih ikut mengantri bersama beberapa orang.

Keasikannya menghibur anak-anak tadi membuatnya lupa untuk mengisi perutnya yang masih kosong, ia baru teringat jika perutnya belum di beri nafkah saat cacing di perutnya melakukan aksi demo dengan mengeluarkan bunyi yang cukup keras dan sangat menganggu. Karena sudah teramat lapar, ia memutuskan makan di kantin rumah sakit.

Matanya mengedar menatap sekeliling, mencari pemandangan yang dapat menghilangkan kejenuhan yang mulai melandanya, akibat antrean yang panjang bagai ular naga ini. Hingga tatapannya berhenti pada sosok seorang wanita berkhimar putih yang sedang duduk di salah satu kursi, wajahnya terlihat tidak asing di matanya tapi dimana ia pernah melihat wanita itu? Semakin di close up wajah wanita itu dalam otaknya, tiba-tiba sebuah ingatan hinggap di otak tampannya.

Sebuah senyuman manis menggembang di wajahnya, bersamaan dengan itu antrean sudah kosong. Ia pun segera memesan beberapa makanan yang mengugah seleranya, setelah pesanannya jadi ia langsung bergegas menuju meja wanita berkhimar putih itu.

"Hai! Saya ikut duduk disini, ya?" tanya Ken basa basi.

Naima yang sedang menyantap sebungkus roti coklat mendongak, ketika telinganya menangkap suara seseorang yang berada tepat di sebelahnya. Alisnya menukik, melihat seorang pria yang tengah berdiri di dekatnya dengan sebuah nampan berisi makanan di tangannya.

"Diam aja, berarti setuju!" Ken langsung mendudukkan diri di kursi sebelah Naima tanpa sungkan, "hai, Mbak pejuang! Kita ketemu lagi."

Naima mengernyitkan dahinya, merasa aneh melihat tingkah pria yang tiba-tiba datang lalu duduk disebelahnya ini. Memangnya ia pernah bertemu dengan pria ini sebelumnya? Mengapa pria ini sok akrab dengannya? Lamat-lamat kejadian tempo hari terbesit diingatannya, ah pria aneh itu ternyata!

Bidadari Salju [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang