1#pulang

9.9K 528 85
                                    

Kini pria yang mengenakan kaca mata hitam yang berdiri ditengah-tengah lapangan itu memperhatikan tiga kompi tentara yang baru saja masuk satuan.

" Dengar saya jika saya bilang satu kalian tiarap jika saya bilang komando berguling! Sembari berteriak komando! Siap?! " Teriak Jati.

" Siap!!! "

" Satu.. satu.. satu... Komando! Satu! Komando.. komando.. komando.. satu! "

Jati kemudian menepi, ia memperhatikan para danton dan Danki berada dibawah teriknya matahari disiang hari ini. Kini ia berjalan menuju kantornya, beberapa orang dijalan mengambil hormat padanya. Jati mengangguk kecil

" Ndan! Nasi Padang kuy "

Jati melihat jam ditangannya kemudian ia mengangguk pada sahabatnya yaitu Rendi, tentara berpangkat letnan dua itu kembali mengayuh sepedanya.

" Suruh siapa pakai sepeda? Jalan! " Ucap jati dengan keras. Rendi yang tengah mengayuh sepeda dibuat kaget hingga oleng.

" Lah ngegas.. jauh ah beli nasi Padang didepan batalyon tuh. Udahlah naik sepeda aja " bantahnya.

" Saya bilang jalan! Lemah banget sih.. "

Rendi menjatuhkan sepedanya begitu saja ditepi jalan. Ia terlanjur kesal paling sepada yang ia biarkan tergeletak di pinggir jalan itu akan dipreteli rantainya oleh beberapa anak kolong.

" Lari sambil nyanyi goyang nasi Padang dong " ucap Rendi.

" Yang kalah yang bayar " tantang jati, kemudian ia berlari sembari menyanyikan lagu goyang nasi Padang itu. Banyak sekali para om-om yang berkeliaran mendadak hormat melihat dua orang prajurit muda nan gagah itu berlarian disekitar batalyon sembari bernyanyi goyang nasi Padang.

Saat jati benar-benar sampai di kios nasi Padang itu, matanya menangkap mobil dinas danyon diikuti mobil dinas bintang tiga itu. Jelas saja mereka kembali berlari.. berusaha untuk lebih cepat dari mobil itu.

Nyatanya kini jati dan Rendi berada dalam ruangan danyon, didalamnya ada pria berbintang tiga yang amat sangat jati kenal. Om Haidar dan Tante Djaviera yang paling jati jauhi.. habis ini ia akan kena omel mami dan papinya jika bertemu dua manusia ini. Ya dua orang ini, sebut saja sebagai intel mami papinya aka tukang cepu.

" Ngapain kalian lari-larian sambil nyanyi dangdut begitu. kalau mau lari-larian lebih baik pakai lagu wajib aja.. itu lebih baik... acara juga belum selesai, kenapa ada di warung nasi? " Tanya danyon yang amat sangat jati segani itu.

" Siap! Rendi ajak saya makan! "

" Siap! Kapten Jati mengajak lomba lari sambil nyanyi! "

Danyon itu hanya menggelengkan kepalanya pelan, dasar anak muda. Bisa-bisanya mereka melenceng seperti ini.

" Kalau begitu.. Jati 85 Rendi 75 "

Jati dan rendi segera mengambil posisi push up hingga melakukannya dengan selesai. Jati kini membawa tangannya hormat dihadapan Om dan tantenya.

" Jangan lupa hari ini pulang " ucap haidar. Jati mengangguk pelan. Dalam hati ia berbisik, tumben sekali Om dan tantenya tidak mempermalukan dihadapan atasannya. Biasanya, ada saja aib Jati yang dipublikasikan dua orang ini.

" Besok adalah acara korps raport dan perpisahan kalian.. siapkan segalanya. "

" Siap! "

Kini jati diam diluar kantornya bersama Rendi, kini rumah menjadi sebuah ancaman baginya. Ketidak harmonisan dirinya dan papinya membuat ia krisis kepercayaan diri. Sejak kejadian dua tahun lalu yang membuatnya kini sedikit berjarak dengan papi aidannya.

" Lo mau pulang? " Tanya Rendi.

" Gak tahu.. " jawab Jati pendek.

" Sebagai teman Lo selama 10 tahun ini.. gue rasa Lo harus pulang. Sepertinya ada suatu hal yang akan memperbaiki hubungan Lo sama Om Aidan "

Jati memandang Rendi sejenak ia kemudian memilih berjalan meninggalkan Rendi seorang diri. Terlihat kini acara penyambutan disatuan selesai.. para senior kini mencari adik asuh mereka.

Saya pulang atau tidak., besok juga korps raport. Besok saja sepertinya saya kembali menginjakkan kaki dirumah..

Setelah upacara penutupan kini jati memilih untuk pulang. Ia menatap beberapa koper yang telah ia persiapkan, beberapa kardus barang dan segala macamnya tinggal ia angkut.

Jati melihat ponselnya, Jakarta.. kota yang selama dua tahun ini bukan tempat terbaik untuk pulang. Ia masih sangat ingat betul tindakannya yang menampar keras pipi seorang wanita berakhir dengan balasan lebam-lebam diwajahnya sendiri. Sejak saat itu hubungan nya dengan Aidan tak begitu harmonis serasa ada jarak pemisah.

Ting!

Aku Minggu depan pulang

Jati hanya membacanya. Sudahlah, ia juga tidak begitu peduli dengan wanita yang hanya mencari perhatian padanya. Ia sangat tahu betul wanita itu hanya memanfaatkannya sekaligus seragamnya untuk konten media sosialnya.

Ia lebih peduli dengan wanita lembut yang belum pernah ia hubungi bahkan nomor telepon nya saja ia tak tahu. Kabarnya ia tidak tahu, segalanya ia tidak tahu.. yang ia tahu pasti hanya keadaannya di bulan November tanggal 17 dua tahun lalu.

Ia hanya pernah berbicara dengannya selama tiga kali dalam hidupnya. Dan yang sangat berbekas baginya.. pelukan hangat perlindungan baginya yang ia lakukan dua tahun lalu juga.

Selama itu pula jati menahan rasa, rasa rindu yang menjalar, tatap mata yang lembut, rasa cinta yang tak terbalas, dan rasa cinta yang ia anggap salah.

" Gila.. seorang Argajati bisa menjadi musuh dalam selimut bagi kakaknya. Memang keparat tingkat berat " gumamnya.

Drrrtrttt.. drttttt

Boy

" Assalamualaikum boy "

" Minta kinderjoy 5 awas kalau lupa! Pulsanya habis.. "

Sambungan terputus.. jati menggelengkan kepalanya pelan. Ia menatap layar ponselnya yang menampilkan pemandangan laut dan ia ada diatas perahu kano.

Sena Wibisono
Abang!!! Jangan lupa batik solo.. plus orang Solonya deh😘 cieeeeee... Pacarnya balik uhuy!

" Pacar-pacar.. Bledug! " Umpat Jati.

Perasaan ini membuat jati tidak pernah tidur nyenyak selama beberapa tahun terakhir. Papinya,, wanita itu,, dan wanita itu!

" Tidur.. tidur.. kembali ke Jakarta dan ubah lebih baik "

halo aul kembali bersama anak mami dyora dan papi aidan.

bagaimana ya.. cintanya jatiii
hmmm

baca ini selama karantina ya guyssss

jangan lupa pencet bintang dan bacot dikomen

aul

ARGAJATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang