2#masalah dua tahun

4.5K 429 67
                                    

" kamu begini saja tidak bisa! Saya bilang satu Senti! Satu Senti! Jangan buat terlalu pendek! Sudah saya bilang kepala saya besar! Kalau begini kelihatan seperti cilok isi! Ambil saja kembaliannya " bentaknya pada tukang cukur yang hanya bisa melongo mendengar kemarahan pelanggan setianya itu. Tumben marah-marah.

Siapa dia? Kapten inf. Argajati danishwara Wibisono. Si tentara berkulit kuning Langsat itu adalah pria kebanggaan bagi satuannya, kebanggaan keluarganya, dan kebanggaan maminya.

Brakk

" JATI! Pintunya rusak! " Bentak mami cerewet nya. Jati tak menghiraukan teriakannya.

" ARGAJATI DANISHWARA WIBISONO!! JANGAN BUAT MAMI SAKIT KEPALA! MATIKAN LAGUNYA! " Teriak Dyora lagi. Suara yel-yel bergaung di seluruh penjuru rumah akibat perbuatan Jati. Ucapannya masih tidak didengar Jati, ia segera berlari menuju kamar putra pertamanya.

" Buset ini yel-yel tengah hari begini bikin ayam pada berkokok lagi " ucap Yasa saat menginjakan kakinya didepan rumahnya.

" Berisik banget sih... Ah pengang nih kuping Sena "

Sena segera berlari menuju kamar si tersangka mendahului maminya.

" WOY JATI KUPING GAJAH! BERISIK ANJIR! SIANG BOLONG BEGINI JANTUNG GUE SAMPAI BERGETAR " teriak Sena. Jati mematikan musiknya, kini ia menatap wajah adik perempuan satu-satunya itu.

" Bisa gak Lo gak usah teriak-teriak?! " Bentak Jati. Sena balas memandang jati.

" Bisa gak Lo gak usah pake urat ngomong nya?! " Balas Sena. Kini Jati menatap wajah Sena seolah akan menerkamnya.

" Mati aja gue sekalian.. biar gak salah melulu " pungkas Jati. Detik berikutnya ia meninggalkan Sena dan maminya yang hanya diam menatapnya

" Ya Allah berikanlah hamba kekuatan menghadapi anak-anak hamba! " Ucap Dyora dengan berteriak agar didengar Jati. Tak lama jati masuk kembali kedalam kamarnya.

" Bisa minggir gak?! " Bentaknya. Sena hanya memegang dada.

" Ya Allah astaghfirullah.. jalan masih lega. Ngomong bentak-bentak. PMS Lo? "

" Minggir.. " ucap jati.

Sena dan Dyora hanya bisa menghela nafas panjang. Dua Abang nya yang selalu tarik urat leher, membuat mereka sedikit lebih rentan terkena serangan jantung.

" Abang butuh cinta tau gak? Menurut psikologi orang yang mudah marah karena hal sepele itu tandanya membutuhkan cinta, makanya cari cewek! Bukan BENTAK-BENTAK aja! " Ujar Sena. Jati hanya diam sambil menatap TV dihadapannya.

" Bang.. ke kantor papi gih. Anterin makanan " titah Dyora. Jati memandang maminya.

" Mami tahukan Jati sama papi ada masalah? "

" Masalah kamu gampar cewek itu hah? Pantas aja bang, papi udah dua tahun dingin sama kamu... Bukan cuma papi, mami aja kecewa berat karena kamu yang ambil tindakan seperti itu. Itu buat mami krisis kepercayaan diri saat bertemu orang tuanya " ujar Dyora.

Jati diam.. Masalah yang tidak pernah jati dengar lagi selama dua tahun itu. Kini kembali di ungkit, jujur selama ini ia tidak tidur tenang karena itu.. rasa bersalah selalu menghampirinya.

" Jati pamit mi.. sen ikut gak?! " teriak jati lagi.

" enggak aku ma goleran aja.. capek " jawab sena enteng.

Jati segera menghidupkan motor matic bututnya (namanya: Stela) menuju kantor papinya. terasa berat namun ya.. masalah selama dua tahun ini masa tidak ada jalan keluar.

sampai di parkiran, Jati melihat berjejer mobil dan motor. Ia menatap mobil kantor dan mobil papinya ada, artinya papinya berada didalam sedang tidak meeting diluar.

" siang.. papi ada diruanganya? " tanya Jati pada resepsionis cantik itu.

" iya bapak ada didalam.. beliau sedang istirahat "

" terimakasih " ucap Jati pada akhirnya.

jati masuk kedalam lift ia menekan angka terakhir dilift. ting.. suara lift berdenting pertanda ia sampai pada ruangan teratas itu.

Tangan jati mengepal untuk mengetuk pintu ruangan Aidan, namun tangannya turun kembali rasanya jantungnya mendadak berdegup lebih kencang.

Jati menghembuskan nafasnya kuat, ia meyakinkan diri untuk mengetuk ruangan itu, hingga suara sahutan didalamnya terdengar.

yang pertama kali jati lihat, papan besar berisi sketsa dan miniatur gedung yang pasti jika telah menjadi nyata, jadi salah satu gedung penncakar langit di kota jakarta.

" pi " ucap jati.

Aidan yang tengah berada didepan layar pintar dengan berisi denah menoleh.

" yas.. anterin makan toh? simpan saja bentar lagi papi istirahat, nanggung " jawab Aidan.

" ini Jati pi " ralat Jati.

Aidan menghentikan pekerjaannya ia segera menoleh menatap putra pertamanya yang tampan itu. sayang kemarahannya masih terpupuk didalam hatinya.

" kamu.. terimakasih. duduk " titah Aidan.

Jati duduk di sofa yang terasa panas baginya. andai semua orang tahu hubungan ia dengan papinya tidak seharmonis didepan mereka. selama dua tahun terakhir mereka hanya bertegur sapa sebanyak lima kali saja. bayangkan saja.. itupun di acara-acara Jati. dan yang terakhir kali itu 3 hari yang lalu dimeja makan.

" tumben kamu yang antar " ucap Aidan sembari membuka bekal dari Dyora.

" iya pi.. "

" Kapan kamu balik ke solo? " tanya Aidan lagi.

" senin depan. buat ngurus mutasi lagi ke jakarta " jawab Jati.

keduanya sama-sama diam. Jati merasa sedikit lega dengan papinya yang kembali mengajak bicara.

" pi jati mau minta- "

" ngapain minta maaf? sudah terjadi.. minta maaf sama korbannya, bukan sama papi. papi sudah terlanjur malu... " potong Aidan dengan cepat.

" iya pi.. tapi Oceana sudah memaafkan jati.. keluarga nya juga. cuman hati papi yang belum terima pi.. jujur selama dua tahun ini jati gak tidur nyenyak gara-gara masalah ini. siapa bilang jati gak kecewa sama diri jati sendiri, yang sudah berani tampar oceana pi.. terlebih jati juga punya hati pi.. jati sakit hati sama papi yang selalu kayak gini.. beribu maaf udah jati ucapkan sama papi " ucap Jati menggebu.

" gak kayak gitu.. papi sakit hati jati! mana didikan papi selama ini?! mana? sakit papi lihat kamu nampar wanita yang sedang berduka.. orang lain merangkulnya, mendekapnya dan kamu? papi tahu jati.. tahu! kamu ikut sedih dalam masalah ini. kamu ikut pilu liat oci seperti itu.. tapi enggak gitu caranya jati! " balas Aidan lebih kencang.

" yang jelas usaha Jati saat itu untuk menyadarkannya yang hampir membunuh dirinya sendiri pi.. jati pamit pulang "

" bahagiakan dia sebagai gantinya "

Jati menghentikan langkahnya ia kembali menatap papinya.

" itu bukan urusan papi "

nahhhh ini nih....

jadi gimana part ini?
pada komen yang banyak ya... biar aku semangat gaiss.. kalian juga ada gawe selama karantina.

kalikali jangan melekin terus tugas ditambah cucian ya.. baca dulu ni hiburan.

jangan lupa pencet bintangnya, jangan lupa juga pada komen.

aululuuu

ARGAJATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang