25#sadar

3K 385 112
                                    

Kini Jati telah kembali kekantor bahkan pimpinan langsung menyambutnya di kantor. kini Jati hanya duduk di depan 2 layar, komputer dan laptop.

" bengong mulu.. istigfar ayo. entar kerasukan " ujar Dimas.

" iya bang.. masih kepikiran Oceana. "

Dimas menghela nafas kasian sekali adik tingkatnya ini. kisah cintanya tak semulus kisahnya dengan adiknya Jati sendiri.

" kenapa kamu gak was-was sama Cila.. kenapa kamu bawa kerumah sih ti, ya ampun seseorang yang memiliki keterbelakangan mental itu berbeda "

" saya mau tolongin dia bang, dari SMA dia seperti itu. saya kalau lawan dia sama aja bohong bang, orang kurang waras masa saya lawan. saya bawa dia kesini mau saya bantu.. mau saya bawa ke om saya om Djavier.. agar dia bisa menyembuhkan gangguannya minimal dia bisa mengendalikan dirinya.. sebenarnya saya tahu keadaan dia. niatnya mau saya kenalkan saya om Djavier dan Oceana. Tapi rencana gak sesuai ekspektasi "

Dimas lagi-lagi menghela nafas, terkadang Jati terlalu baik. Dia berbeda ketika dilapangan yang begitu ganas.

" yo wes sudah terjadi.. kudu piye? kita tunggu saja keadaan Oci supaya dia lekas membaik dan kalian cepat menikah "

Jati mengangguk ia kembali mengerjakan beberapa pekerja yang begitu membosankan, bahkan Jati telah mengeprint dua ratus halaman. matanya terasa sakit, ia suka berada dilapangan bukan disini.

" abang mau kedepan mau beli nasi padang.. mau ti? " ucap Dimas.

Baru kali ini Jati tidak selera mendengar kata nasi padang. Bahkan ia sudah tak peduli dengan Rendi, yang menghiburnya dengan membicarakan duo srigala.

" yo wes saya pergi.. "

" Ren.. saya mau kelapangan ya lihat anak-anak "

" hati-hati.. mau diantar gak? " tanya Rendi.

" enggak.. saya mau belajar lari "

Rendi mengangguk. ia memakan salad buatan Dyora untuk Jati yang tidak dimakan olehnya, daripada mubazir jadi Rendi makan.

Jati berjalan menuju lapang tembak yang cukup jauh dari kantor. Jujur hatinya terus mengingat Oci, ia dengar dari Djaviera bahwa keadaan Oci membaik signifikan namun sore kemarin Oci kejang, dan Jati tidak tahu apa yang terjadi setelah itu.

" ndan.. " ucap bebera anggotanya. Jati mengangguk, ia memperhatikan beberapa anggotanya yang tengah berlatih.

" saya pinjam senjata " ucap Jati. salah satu diantara mereka memberikannya pada Jati, Jati langsung menembakan peluru di titik merah 5 buah kotak itu.

" ini.. " ucap Jati. Tak lama Jati kembali lagi menuju kantor menggunakan sepeda milik anggotanya.

" kemana Ren? " tanya Jati.

" pulang.. anak-anak sudah pada pulang. kerjaan juga beres, mau pulang bareng? "

Jati menggelengkan kepalanya sembari membereskan beberapa peralatannya.

" saya mau ke rumah sakit.. "

" Hati-hati ya. "

Jati mengangguk ia kemudian segera menjalankan mobilnya menuju rumah sakit, tak lupa Jati membawakan bunga. Ini sangat wajib baginya, karena ia serasa melihat Oceana begitu segar ketika Jati membawakan bunga.

" ambil kembaliannya mas.. makasih, mari " ujar Jati.

Sampai di rumah sakit Jati buru-buru menuju ruang perawatan Oceana yaitu sebuah paviliun yang nampak nyaman, namun tentunya jauh dari kata nyaman untuk siapa pun yang tinggal di dalamnya.

ARGAJATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang