"Kakak di perjalanan pulang, ya."
Pungkas sang suami pada Yerim sebelum dirinya menutup panggilan itu dengan dehaman kecil. Yerim tersenyum sambil menggulung rambutnya ke atas dan mengikatnya.
"Saatnya kita bertempur wahai ayam!" serunya sebelum membuka lemari pendingin dan mengeluarkan bahan-bahan yang akan ia gunakan untuk memasak makanan kesukaan sang ayah mertua.
Semenjak dirinya mengikuti kursus masak, rasanya Yerim tak lagi asing untuk berada di dapur. Ternyata memakai celemek dan berdiri di depan kompor dengan penggorengan di atasnya, semenyenangkan ini.
"Oke, mari kita mulai Kim Yerim," seru Yerim setelah menguncir cepol rambut panjangnya dan mengeluarkan semua bahan ke atas pantri. Ayam, bawang putih, peppercorn, jujuba, jahe, gingseng hingga beras kini berbaris rapih di depannya.
"Ah, iya. Sebelum kita mulai, mari kita buka senjata rahasia Yerim. Jeng jeng jeng," ucapnya kemudian mengeluarkan sebuah buku catatan kecil berisi resep-resep yang ia catat dari kantung celananya.
"Buku resep!" kekehnya kemudian sepasang matanya sibuk membaca kembali resep samgyetang yang ia tulis semalam.
"Hummm, cuci ayam lalu lumuri dengan garam. Gosok bagian dalam dan kulit ayan kemudian rendam dalam mangkuk selama satu sampai dua jam," baca Yerim dengan mata memicing.
"Lama juga," komentarnya kemudian mengedikkan bahunya dan mencuci tangannya. Sepasang tangannya mengambil ayam beku itu dan meletakkannya ke dalam baskom dan mencucinya dengan air mengalir di wastafel.
"Kenapa dari semua makanan harus samgyetang?" tanya perempuan itu sambil membersihkan bagian dalam ayam yang menurutnya sedikit menjijikan itu.
"Eng ... aduh geli banget ini kenyal-kenyal gini, tapi lucu juga," kekeh Yerim kemudian tertawa. Perempuan itu benar-benar tak mengira jika memasak memang semenyenangkan ini. Sepertinya kalau boleh memilih keahlian apa yang ingin ia lakukan dengan serius, memasak bisa menjadi kandidat pertama.
Yerim meraih kotak berisi garam dan berkali-kali menaburi ayam itu dengan garam. Tangannya mengusap-usap kulit ayam sambil terkekeh.
"Ya ampun, kenapa, sih? Kok aku geli sendiri. Aku jadi kayak apaan tau, ketawa-ketawa sendiri. Mana ngetawain ayam mati," keluh Yerim kemudian kembali tertawa.
Tekstur kulit ayam itu begitu gemas untuk ia mainkan. Rasanya Yerim ingin menggosok kulit ayam itu seharian saja. Oh, astaga. Ada apa dengan Yerim hari ini sebenarnya?
"Kayaknya ini efek vampir tadi pagi. Aku jadi .... aaa- kebayang terus, ih. Emang nyebelin banget Kak Jaehyun tapi aku juga sayang, sih. Ya 'kan, Ayam?" ucapnya sambil melumuri bagian dalam ayam dengan garam kemudian merendamnya dengan air hangat.
Bersamaan dengan dirinya yang baru saja meletakkan panci besar di atas kompor, pintu depan rumahbya terbuka dan menampakan laki-laki tinggi yang kini tersenyum padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GOOD WIFE [✔]
Fanfiction"Jadi ibu rumah tangga ternyata nggak segampang nyalin tugas temen," keluh Yerim pada sang suami. "Nggak apa-apa. Belajar pelan-pelan saja. Practice make perfect," sahut Jaehyun pada sang istri. Jadi istri? Jadi ibu rumah tangga? Kata siapa gampang...