Hai, kangen gak?
"Kak, aku belum siap."
Yerim mengeluh pelan sambil menyandarkan kepalanya ke kaca mobil. Sementara Jaehyun melirik sang istri dari balik kemudi, sudut bibir laki-laki itu sedikit terangkat membentuk sebuah senyuman.
"Tapi tadi nggak enak kalau aku bilang gitu ke bunda. Bunda kelihatan kepengen banget, Kak. Aku bener-bener nggak enak kalau nolak," keluh Yerim dengan bibir mengerucut. Membuat Jaehyun yang melihatnya terkekeh geli.
"Ya kalau belum siap, ya nggak perlu sekarang. Kita ke dokter kalau sekiranya kamu sudah siap. Nggak apa-apa kok, Sayang. Kakak nggak maksa," ucap Jaehyun dengan tangan terulur untuk mengusap kepala Yerim.
"Kalau nanti ayah sama bunda mikir jelek ke aku gimana, Kak?" Yerim menatap Jaehyun lekat.
Perasaan Yerim rasanya begitu gundah atau mungkin bisa dibilang juga dilema? Ini adalah keadaan yang lebih membuatnya pusing di bandingkan dengan pada masa ia akan melakukan tugas akhirnya untuk kelulusan kampus.
"Yerim, dengar, ya. Baik itu relatif, definisi baik bagi setiap orang itu berbeda-beda. Sama seperti melabel seseorang dengan kata 'jelek'. Kakak percaya kok ayah bunda nggak akan berpikir seperti itu," tutur Jaehyun dengan senyuman di wajahnya.
"Apa kita adopsi anak aja, ya?"
CKIIITT
"Astaga, Kakak!" pekik Yerim kala Jaehyun tiba-tiba menginjak pedal rem. Hampir saja kepalanya terbentur dashboard. Sementara itu Jaehyun mengeratkan cengkramannya pada setir mobilnya dan menatap kosong ke jalanan.
Sahutan klakson mobil dari arah belakang pun tak dapat mereka hindari.
"Hei, sudah gila, ya!"
"Menyetir yang benar, dasar gila!"
"Kakak," panggil Yerim pada Jaehyun yang kini menelan ludahnya kasar dan kembali menegakkan punggungnya.
"Astaga, Dek. Maaf-maaf, kakak kaget aja tadi. Kamu nggak apa-apa?" Jaehyun beralih pada sang istri dengan raut khawatir.
"Hampir aja kita bisa kecelakaan, Kak. Beruntung aja jalanannya nggak ramai," keluh Yerim dengan dahi berkerut.
"Maaf, Sayang. Kita minggir dulu kalau begitu," ujar Jaehyun sebelum menepikan mobilnya di pinggir jalan dan melepas seatbelt-nya dengan cepat.
Sementara itu Yerim mengeluarkan sebotol air dari tasnya dan menyodorkannya pada sang suami.
"Minum dulu. Kakak bilang tadi kaget," ucap Yerim. Jaehyun tersenyum kemudian menyambar botol air mineral itu dan meneguknya.
"Jadi gimana maksudnya, hm?" tanya Jaehyun seraya sedikit memiringkan tubuhnya untuk menatap Yerim. "Apa yang membuat kamu takut, Dek?" lanjutnya.
Yerim mengerjapkan matanya pelan sementara sepasang tangannya sibuk saling meremas. Ia melirik ke arah Jaehyun yang menatapnya lurus.
"Hm, aku takut nggak bisa ngurus anaknya kalau nanti udah lahir, Kak. Mengurus dan membesarkan anak itu 'kan bukan hal yang mudah. Banyak yang harus diperhitungin. Nggak bisa asal bikin, terus hamil dan melahirkan, terus udah biar dia tumbuh sendiri. Nggak bisa 'kan, Kak?" Yerim menatap sepasang manik mata Jaehyun yang kini tersenyum. Tangan laki-laki itu terulur untuk mengusap kepala sang istri.
"Lalu selain itu?" tanya Jaehyun lagi.
"Tapi di sisi lain, ayah sama bunda kelihatannya udah nggak sabar mau gendong cucu lagi," jawab Yerim dengan bibir mengerucut.
"Kalau mengadopsi, terus apa bedanya dengan mengaduh dan mendidik anak sendiri, Dek? Bukannya nggak ada bedanya? Walaupun bukan kamu yang melahirkan, kita juga berkewajiban untuk mendidik dia 'kan?" Jaehyun mengusap punggung tangan Yerim yang sedari tadi ia genggam.
"Kim Yerim, dengar kakak. Kalau memang belum siap, tidak apa-apa. Kita belajar dulu sama-sama. Bunda juga pasti paham," tutur Jaehyun sambil tersenyum.
Yerim melirik jemari Jaehyun yang sejak tadi mengusap punggung tangannya. Perlahan kepalanya menoleh untuk berbalas pandang dengan laki-laki itu.
"Kebahagiaan bunda memang kewajiban kakak, tapi kebahagiaan kamu juga tidak kalah penting. Jadi nggak perlu khawatir, ya? Ada kakak di sini, 'kan?" Jaehyun tersenyum lembut sebelum mendaratkan sebuah kecupan di kening Yerim.
"Iya, ada kakak," sahut Yerim membuat Jaehyun mengangguk.
"Iya, kakak di sini, Dek. Nggak perlu khawatir, oke?"
"Semuanya akan baik-baik saja, jika aku bersama kamu. Karena itu berjanjilah untuk tetap di sisiku, Yerim."
Jung Jaehyun
KAMU SEDANG MEMBACA
GOOD WIFE [✔]
Fanfiction"Jadi ibu rumah tangga ternyata nggak segampang nyalin tugas temen," keluh Yerim pada sang suami. "Nggak apa-apa. Belajar pelan-pelan saja. Practice make perfect," sahut Jaehyun pada sang istri. Jadi istri? Jadi ibu rumah tangga? Kata siapa gampang...