"Kakak, bangun."
Yerim berbisik tepat di telinga Jaehyun selepas dirinya mandi. Membuat sang suami tersenyum kecil dan melenguh pelan.
"Hm, iya. Sebentar lagi, ya," jawab Jaehyun kemudian kembali merapatkan selimut di tubuhnya. Yerim terkekeh pelan dan mengecup singkat kepala sang suami.
"Adek ke bawah, ya. Bunda pasti udah bangun. Mau bantuin bunda. Nanti mandi dulu baru sarapan, Kak," pamit Yerim yang disahuti dengan dehaman dari laki-laki itu.
Yerim melangkahkan sepasang kakinya menuruni tangga kediaman Jung. Saat ini pukul enam pagi dan tumben sekali Yerim berhasil untuk bangun, bahkan lebih pagi dari biasanya. Mungkin efek ada mertua, pikirnya.
"Bunda, sini Yerim bantuin," ucap Yerim begitu dirinya mendekati sang mertua yang kini sibuk menuangkan teh ke gelas.
Boah yang mendengar sapaan menantunya itu menoleh dan tersenyum, "Eh, menantu bunda sudah bangun ternyata."
Yerim terkekeh kemudian mengambil alih teko yang dipegang Boah dan membiarkan ibu mertuanya kini bergelut dengan daging panggangnya di atas penggorengan.
"Bunda, ayah suka banget teh, ya? Sukanya teh apa, Bunda?" tanya Yerim mencoba mencari bahan obrolan. Boah tampak berdeham sambil membalik daging panggangnya.
"Iya, lumayan. Apa saja si ayah suka, selagi itu teh. Benar-benar maniak teh, deh," sahut Boah membuat Yerim terkekeh, "Oh, iya. Ngomong-ngomong kemarin kamu masak samgyetang, ya? Bunda ikut mencicip, lho," lanjutnya membuat Yerim mengerjapkan pelan dan menoleh ke arah sang mertua.
"Gimana, Bunda? Enak, nggak? Pasti aneh, ya? Yerim masih belajar masak, jadi mungkin rasanya masih kurang pas. Kurang apa, Bunda? Kurang apa?" Boah terkekeh mendengar ucapan Yerim.
"Enak, kok. Untuk ukuran yang masih belajar masak, rasanya sudah cukup. Nanti juga semakin enak kalau kamu terus masak dan berlatih," jawab Boah sambil tersenyum dan beralih untuk memindahkan daging ke atas piring.
"Hehe iya, Bunda. Ternyata masak itu seru banget, ya," seru Yerim dengan senyuman lebar sambil meletakkan cangkir berisi teh ke meja makan.
"Biasanya kalau udah suka masak, sebentar lagi kamu isi, nih," celetuk Boah yang membuat Yerim mengerutkan dahi bingung.
"Isi?" gumam Yerim. Sementara Boah meletakkan piring berisi daging di meja makan.
"Kapan mau bawa cucu baru buat ayah sama bunda, nih? Sooin sebentar lagi masuk SD, udah susah buat bunda uyelin," kekeh Boah selepas duduk di meja makan dan mengoleskan roti dengan selai stroberi. Yerim terkekeh canggung kemudian duduk di sebelah sang ibu mertua.
"Hm, cucu, ya? Hehe, belum tahu, Bunda. Yerim ... belum siap," jawab Yerim ragu. Sementara Boah terkekeh.
"Jangan lama-lama, dong. Bunda pengin gendong cucu lagi," kekeh Boah yang disahuti kekehan kecil dari Yerim.
"Selamat pagi, Bunda." Suara Jaehyun terdengar, membuat Yerim menoleh dan menatap sang suami.
"Selamat pagi juga, Sayang." Sebuah kecupan mendarat di kepala Yerim kala Jaehyun melewatinya. Membuat sang istri tersenyum.
"Yerim aja yang dicium? Bunda nggak, nih?" sindir Boah membuat Jaehyun terkekeh dan menghampiri sang bunda.
"Iya, ini bunda juga Jaehyun cium," sahut Jaehyun sebelum mengecup pipi sang bunda lembut dan mengusap bahunya. Yerim yang melihatnya tampak terkekeh geli. Jaehyun terlihat seperti bayi jika sedang bersama bundanya, pikir Yerim.
"Sedang bicara apa, sih? Seru banget kayaknya," tanya Jaehyun sebelum duduk di kursi meja makan dan meraih selembar roti dengan selain stroberi.
"Bahas kamu yang susah makan," sahut Boah cepat kemudian terkekeh. Jaehyun mengerutkan dahinya sambil melirik ke arah Yerim yang hanya terkekeh.
"Jaehyun makan kok, Bunda. Yerim selalu buatin sarapan buat Jaehyun. Enak," seru Jaehyun bersungut-sungut membuat kedua perempuan di depannya terkekeh.
"Iya-iya. Bercanda aja kok. Yerim pasti bisa ngurusin kamu yang suka lupa makan kalau udah sibuk sama belajar," kekeh Boah membuat Jaehyun tersenyum kecil.
"Kak Jaehyun nggak gitu kok, Bunda. Sekarang makannya teratur," sahut Yerim membuat Jaehyun tersenyum senang.
"Hm, emang, ya. Sama Yerim jadi rajin makan kamu ini. Ya baguslah kalau begitu," ucap Boah sambil tersenyum.
"Soalnya kalau Jaehyun nggak makan, nanti Yerim bisa mode galak, Bunda. Serem," ujar Jaehyun bergidik ngeri yang sukses membuat Yerim mendelik kesal ke arahnya. Boah tertawa mendengar ucapan Jaehyun.
"Bagus, dong. Yang penting kamu nggak berantakan pola makannya." Jaehyun tersenyum sambil mengangguk pelan mendengar ucapan sang bunda.
"Ngomong-ngomong kalian sudah cek ke dokter belum?" Jaehyun dan Yerim mengerutkan dahinya mendengar ucapan Boah dan membuatnya saling berpandangan.
"Cek apa, Bunda?" tanya Jaehyun. Boah tertawa kecil kemudian meletakkan pisau rotinya dan menyesap teh miliknya.
"Cek untuk program kehamilan, dong. Kalian paling nggak harus ke dokter dan konsultasi. Masa nggak pengin kasih ayah sama bunda cucu?" Jaehyun mengerutkan dahinya kemudian berdeham pelan.
"Hm, itu. Belum, Bunda. Lagi pula Jaehyun sama Yerim nggak ingin buru-buru, nunggu nanti aja kalau sudah waktunya," sahut Jaehyun kemudian menghabiskan rotinya.
"Ih, jangan gitu, dong. Bunda pengin uyelin cucu, nih. Sooin udah mulai besar, dia udah nggak mau di peluk-peluk neneknya," desah Boah dengan raut sedih.
"Eh, iya. Bunda ada kenalan dokter yang ahli masalah begini, mau bunda kenalkan? Itu, lho, Kim Taeyeon teman SMA bunda. Sebentar, ya. Bunda ambilkan dulu kontaknya," seru Boah bersemangat kemudian beranjak untuk mengambil ponselnya di ruang tengah. Meninggalkan Jaehyun dan Yerim yang saling bertatapan dengan senyuman kecil.
"Kalau bisa, ayah sama bunda mau cucu laki-laki, dong."
- Kwon Boah
KAMU SEDANG MEMBACA
GOOD WIFE [✔]
Fanfiction"Jadi ibu rumah tangga ternyata nggak segampang nyalin tugas temen," keluh Yerim pada sang suami. "Nggak apa-apa. Belajar pelan-pelan saja. Practice make perfect," sahut Jaehyun pada sang istri. Jadi istri? Jadi ibu rumah tangga? Kata siapa gampang...