kon.fron.ta.si
(n) perihal berhadap-hadapan langsung (antara saksi dan terdakwa dan sebagainya); (n) permusuhan; pertentangan; (n Pol) cara menentang musuh atau kesulitan dengan berhadapan langsung dan terang-terangan."Kak Taeyong itu cuma mau ngasih undangan nikahnya sama Kak Seulgi. Nggak perlu berlebihan ginilah, Kak. Kalau capek ya capek aja. Jangan bikin orang lain bete."
Jaehyun menatap tajam mobil yang baru saja meninggalkan pekarangan rumahnya tanpa menghiraukan Yerim yang melakukan pembelaan sejak tadi.
"Orang cuma kasih undangan. Malah diusir kayak gitu. Nggak sopan. Maksudnya itu baik. Dia juga bawain es krim buat aku," sungut Yeri kemudian beralih ke arah dapur untuk menyimpan es krimnya di lemari pendingin.
"Cih, cuma karena es krim kamu langsung tunduk," decih Jaehyun. "Sejak kapan kamu jadi mudah dibujuk seperti ini? Sepertinya dia memasukkan sesuatu di es krimmu, sehingga kamu jadi membelanya dibanding membela suamimu ini."
Yerim menautkan alisnya tak percaya dengan ucapan Jaehyun yang baru saja ia dengar, "Hei tuan Jung Jaehyun. Kalau ada masalah itu jangan disimpan sendiri. Memangnya kalau sudah marah-marah begini, masalah kamu jadi langsung selesai? Masalah dengan siapa, marahnya ke aku." Perempuan itu melipat tangannya di depan dada.
"Sekali lagi aku bilang ya, Kak Taeyong itu datang cuma mau kasih ini." Yerim melemparkan amplop undangan ke atas pantri. "Es krim ini cuma bonus. Selain itu aku juga nggak ada pikiran lain. Katanya percaya sama aku. Mana? Dari sini aja kelihatan, Jung Jaehyun tidak percaya dengan Kim Yerim."
"Kenapa sih perlakuan baik orang lain selalu dikira ada maksud jelek?" Yerim menatap Jaehyun kesal.
"Bagaimana saya tidak berpikir jelek? Saya baru saja pulang, lalu apa? Yang saya lihat, istri saya sedang berduaan dengan laki-laki lain dengan jarak sedekat itu. Ditambah laki-laki itu mantan kekasihnya. Apa salah kalau saya seperti ini?" tekan Jaehyun tak kalah kesal.
"Udah mantan. Apa yang perlu Kakak takutin, sih? Takut aku balik sama Kak Taeyong? Aku ini udah jadi istri Kakak. Ya nggak mungkinlah," desah Yerim mulai melunak.
"Iya. Saya takut kamu pergi dari saya dan kembali sama mantan kamu itu," jawab Jaehyun sebelum mengalihkan pandangannya untuk menghindari tatapan Yerim.
"Saya nggak mau melanggar janji saya buat lalai jagain kamu. Saya nggak mau kamu lepas dari pandangan saya. Saya takut perasaan kamu ke saya itu hanya delusi saja," lirih Jaehyun yang diam-diam mengatur nafasnya yang sebelumnya memburu karena emosinya memuncak.
"Jangan takut. Adek disini, Kak." Bukan sebuah pekikan lain yang Jaehyun dengar sekarang, melainkan sebuah pelukan. Menyebabkan perasaan hangat dari perempuan mungil itu menjalar pada tubuhnya. Tangan dan pelukan Yerim selalu hangat, karena itu Jaehyun senang memeluk dan dipeluk Yerim.
"Tolong percaya aku. Kakak sendiri yang bilang kalau kita harus salig percaya," lirih Yerim sambil terus mengeratkan pelukannya. Membuat sang lelaki mulai melunak dan membalas pelukan hangat sang perempuan.
"Maaf aku kelewatan. Tadi aku bentak kamu," sesal Jaehyun setelah mengecup kepala Yerim lembut.
"Besok-besok kalau kamu dirumah dan hanya sendiri, jangan terima tamu laki-laki. Mereka itu laki-laki, sekalipun maksudnya baik ya tetap saja. Mereka laki-laki seperti saya," tukas Jaehyun selepas membenamkan wajahnya di bahu Yerim. Menghirup aroma cologne dari sang istri yang memiliki wangi floral.
Yerim terdiam. Perlahan ia mendongakkan kepalanya menatap sang lelaki tepat di sepasang netranya. Ada rasa khawatir terpancar di sana. "Iya, maaf, Kak."
Jaehyun tersenyum dan mengeratkan pelukannya pada sang istri. "Kakak sayang adek," ucap Jaehyun.
"Jadi ada apa? Kenapa pulang-pulang kesulut emosi?" tanya Yerim selidik. Jaehyun mengerjap pelan kemudian kemudian membenamkan wajahnya di bahu Yerim.
"Penelitian buat gelar doktor kakak ditolak. Kuotanya sudah penuh untuk tahun ini," jawab Jaehyun sendu.
"Hm, yaudah berusaha lagi tahun depan biar bisa lebih maksimal. Kalau bisa bantu, nanti adek bantuin, ya?" usul Yerim. Jaehyun tak menjawab dan hanya mengangguk pelan.
"Kuota terakhir diambil sama mantan kamu itu," ujar Jaehyun sebelum menjauhkan wajahnya dari bahu Yerim.
"Kak Taeyong maksudnya?" Jaehyun mengangguk menanggapi pertanyaan Yerim.
"Iya. Dia sudah dapat gelar doktor kedua kalinya, sedangkan kakak belum sama sekali," ujar Jaehyun pelan. Yerim dapat melihat rasa kesal dari raut wajah suaminya itu.
"Karena itu kakak jadi semarah tadi sama Kak Taeyong?" Jaehyun mengangguk.
"Gelar doktor udah dapet, kakak nggak mau dia dapetin kamu juga," jawab Jaehyun polos. Yerim terkekeh pelan mendengar penturan Jaehyun yang sudah seperti anak kecil sedang mengadu karena tidak kebagian mendapat jajanan.
"Nggak mungkinlah. Aku inikan punya Kak Jaehyun. Akan selalu jadi punya Kak Jaehyun. Aku nggak akan kemana-mana, kok." Jaehyun tersenyum lega saat mendengar ucapan itu dari Yerim. Mungkin tidak akan menghilang semua rasa kesalnya, tapi paling tidak sedikit membuatnya tenang.
"Sudah makan?" celetuk Jaehyun.
"Belum. Kakak sudah? Mau aku masakin?" tawar Yerim. Jaehyun menggeleng.
"Daripada kamu masak sendiri, ayo masak bareng."
"Jadi seperti ini ya kalau orang tempramen, bertemu dengan tempramen lainnya?"
- Jung Jaehyun
KAMU SEDANG MEMBACA
GOOD WIFE [✔]
Fiksi Penggemar"Jadi ibu rumah tangga ternyata nggak segampang nyalin tugas temen," keluh Yerim pada sang suami. "Nggak apa-apa. Belajar pelan-pelan saja. Practice make perfect," sahut Jaehyun pada sang istri. Jadi istri? Jadi ibu rumah tangga? Kata siapa gampang...