PART 26

469 17 0
                                    

Udah hampir 3 bulan gue koas di Dirgantara Hospital. Yaaps gue koas di rumah sakit papinya Kak Faro. Kebetulan banget yaa.

Selama disini gue merasakan gimana rasanya jadi dokter yang sesungguhnya. Kita harus menyelamatkan nyawa seseorang yang di ambang kematian, kita harus selalu siaga,bahkan kita juga harus mengorbankan waktu istirahat kita ketika ada pasien. Dan masih banyak hal lain yang gue lalui. Tapi gue nikmatin semuanya. Karena dokter pekerjaan yang mulia.

Seperti sekarang, baru saja gue ingin istirahat karena gue udah stay di rumah sakit sejak tengah malam tadi. Tiba-tiba ada pasien kecelakan yang datang. Mau tak mau gue harus langsung membantu.

"Dok, ada pasien kecelakan parah di UGD. Dokter Rani minta saya panggil Dokter Naesa." Kata suster tersebut.

Dokter Rani adalah pembimbing gue di rumah sakit ini.

Gue langsung menuju UGD.

"Gimana dok?" Tanya gue saat sudah sampai di UGD.

"Kita harus segera melakukan operasi karena ada pembuluh darah yang pecah. Kamu bantu saya di ruang operasi nanti." Kata Dokter Rani.

"Baik Dok." Jawab Gue.

Kemudian gue melihat ke arah pasien kecelakan tersebut. Alangkah kagetnya gue. Melihat seseorang yang sudah beberapa tahun nggk gue temui kini terbaring di hadapan gue dengan kondisi yang sangat sangat parah.

"Astaga Acha!." Kaget gue.

Dia Acha. Sahabat gue waktu SMP. Setelah lulus dia ikut orang tuanya pindah ke Australia. Selama dia disana gue masih komunikasi sama dia. Tapi yaa sekarang sudah lumayan jarang.

Perlahan dia membuka mata. Kemudian dia tersenyum.

"Naesa." Kata dia dengan suara yang sangat kecil.

"Lo tenang aja Cha gue bakal selamatin lo." Kata gue.

"Gue kangen Lo." Kata dia terbata-bata.

"Iyaa Cha gue juga." Jawab gue.

Setelah itu dia tak sadarkan diri lagi.

"Dok ruang operasi sudah siap." Kata suster.

"Yaudah bawa pasien nya ke ruang operasi sekarang." Suruh Dokter Rani.

Selama operasi keadaan Acha baik-baik saja. Tapi saat operasi hampir selesai tiba-tiba di drop.

"Dok, pasien kenapa?" Tanya gue panik.

"Sepertinya Allah berkehendak lain. Kita harus cepat selesaikan semuanya." Kata Dokter Rani.

Gue gagal menyelamatkan nyawa sahabat gue sendiri. Gue merasa gagal menjadi dokter. Selama melanjutkan operasi gue menangis. Sakit rasanya melihat sahabat sendiri terbaring tak bernyawa di hadapan kita.

Maafin gue Cha. Gue nggk bisa selamatin lo. Mungkin Allah lebih sayang lo. Yang tenang yaa disana.

"Kamu yang sabar Saa. Ini ujian kita sebagai Dokter. Kamu akan sering melewati ini kedepannya. Kamu harus kuat. Jika Allah berkehendak kita nggk bisa berbuat apa apa lagi." Kata Dokter Rani setelah kita selesai operasi.

"Iyaa Dok. Makasii." Jawab gue.

Kemudian kita keluar ruangan operasi untuk menemui keluarga Acha.

"Gimana Dok?" Tanya Bunda Acha.

"Maaf. Kami sudah berusaha tapi Tuhan berkehendak lain. Acha meninggal saat sedang operasi. Ibu harus ikhlas yaa." Kata Dokter Rani.

Setelah itu Dokter Rani pergi. Tapi gue masih disini. Nggk tega gue melihat Bunda nya Acha hancur kayak gini.

Gue langsung peluk Bunda Acha. Dan Bunda pun membalas pelukan gue.

"Maafin Sasa Bun. Sasa nggk bisa selamatkan Acha." Kata gue.

"Nggk papa Saa. Ini mungkin sudah takdir nya Acha." Jawab Bunda.

"Bunda harus sabar yaa. Acha udah tenang disana." Kata gue.

~~~~~~~

Sepanjang koridor rumah sakit gue jalan sambil melamun.
Gue merasa gagal banget nggk bisa selamatin nyawa Acha. Benar kata Dokter Rani. Kalau Allah sudah berkehendak. Kita sebagai manusia nggk bisa berbuat apa apa lagi. Yang tenang disana Cha. Maafin gue.

Tiba-tiba ada yang nepuk pundak gue.

"Kak Clara." Kaget gue.

Ternyata itu Kak Clara. Masih ingat kan? Dia orang yang gue kira pacar Kak Faro dulu.

"Lo kenapa? Dari tadi gue panggil-panggil lo diam aja." Kata dia.

"Aahh nggk papa kok. Lo ngapain disini Kak?" Tanya gue.

"Gue habis cek kandungan." Kata dia.

"Waah lo hamil? Selamat yaa. Suami lo mana?" Tanya gue.

"Suami gue lagi keluar kota. Jadi nggk bisa nemanin gue." Jawab dia.

"Oohh gituu." Jawab gue.

"Kebetulan gue ketemu sama lo Saa. Gue pengen makan sushi. Lo mau nggk temanin gua?" Tanya dia.

"Boleeh. Kebetulan jam jaga gue juga udah abis. Gue ambil tas dulu yaa Kak." Kata gue.

~~~~~~~

"Udah berapa bulan kandungan lo kak?" Tanya gue.

"Udah masuk 4 bulan." Jawab Kak Clara.

"Lo ngapain tadi ngelamun sambil nangis lagi. Cerita dong sama gue. Alfaro kecantol sama bule di Amerika?" Tanya Kak Clara.

"Eehh enak aja. Gue cuman ngerasa bersalah aja kak. Tadi pagi gue operasi sahabat gue. Tapi operasinya gagal. Gue nggk bisa selamatin dia." Jawab gue.

"Lo yang sabar yaa. Mungkin tuhan lebih sayang dia." Jawab Kak Clara.

"Iyaa kak." Jawab gue.

"Eehh Alfaro kapan balik sih? Lama amat dia disana. Atau jangan-jangan dia beneran kecantol sama bule yaa." Tuduh Kak Clara lagi. Ada ada aja deh bumil ini.

"Ihh nggk. Nggk mungkin dia kecantol bule. Palingan beberapa bulan lagi dia balik." Jawab gue.

"Baguss deeh. Gue takut nya dia kecantol bule. Dan lo udah setia nunggu dia disini. Kan sakiit" Kata Kak Clara lagi.

"Hahah nggk kok. Lo dari tadi bilang kecantol bule terus deh kak." Jawab gue.

"Bawaan anak gue mungkin." Jawab dia.

"Gimana sihh rasanya hamil di usia muda?" Tanya gue.

"Asik sihh. Lo coba rasain sendiri deh. Susah gue jelasin nya." Jawab Kak Clara.

"Masihh lama kak. Eehh jujur gue juga pengen jadi mama muda." Jawab gue.

"Pokoknya lo harus minta Faro nikahin lo waktu dia balik kesini. Jangan lupa undang gue." Kata dia.

"Hahaha pasti itu mahh." Jawab gue.













Gimana?
Jangan lupa vote yaa teman-teman online kuuhh

SA FA  ✔ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang