Semenyakitkan inikah kehilangan?
~Naesa Ardiana Putri~
Sampai di rumah sakit gue lihat suster itu mau menutup Mama dengan kain putih.
Nggk nggk mungkin. Gue langsung lari kesana."Maa bangun maaa. Jangan tinggalin Naesa maa." Tangis gue.
"Gimana dok?” Tanya Nathan kepada dokter yang sedang memeriksa Papa.
" Ibu anda meninggal saat di perjalanan ke rumah sakit. Dan Bapak Ardi sekarang kritis. Beliau kehilangan banyak darah. Dan stok darah di rumah sakit sedang kosong." Kata Dokter tersebut.
"Ambil Darah saya saja Dok." Kata Nathan.
Gue masih meluk jenazah Mama.
"Maa jangan tinggalin Sasa Maa. Sasa nggk bisa hidup sendiri Maa." Kata gue.
"Udaah Saa. Sabaar." Kak Faro berusaha nenangin gue.
"Ka mu ha rus ikhlas kan mama dan papa Sa." Gue dengar suara papa. Dan gue langsung mendekat ke arah Papa.
"Nggk papa. Papa jangan tinggalin Sasa jugaa. Nanti Sasa sama siapa paaa." Kata gue. Sambil memeluk tangan Papa.
"Paa. Papa pasti sembuh. Nathan bakal kasih darah Nathan untuk papa." Kata Bg Nathan.
"Jangan nak. Udah waktunya Papa dan Mama pergi. Maafkan kesalahan kami kepada kalian. Jaga adek kamu." Kata Papa terbata-bata karena menahan sakit di tubuhnya.
"Nggk Paa. Papa dan Mama nggk pernah salah sama kita." Jawab Bg Nathan.
Kemudian tatapan Papa beralih ke Kak Faro yang berada di samping gue. Papa tersenyum ke Kak Faro.
"Saya titip putri kecil saya sama kamu. Cintai dia seperti kamu mencintai diri kamu. Jaga dia. Jangan sakiti dia. Dia wanita Rapuh." Kata Papa.
"Pasti Om. Saya janji akan menjaga dan mencintai Naesa Seumur hidup saya." Jawab Kak Faro.
"Kalian baik-baik disini. Kirimkan doa untuk Mama dan Papa." Kata papa.
"Paa jangan ngomong gitu paa." Kata gue.
"Nathan Naesa. Bisikkan kalimat syahadat di telinga Papa." Pinta Papa.
Gue dan Bg Nathan pun membisikkan kalimat syahadat di telinga Papa. Papa mengikuti kita.
Asyhadu an laa ilaaha illallaah.
wa asyhaduanna muhammadar rasuulullah.
Setelah itu Papa menghembuskan Nafas terakhirnya.
innalillahi wainailaihi rojiun.
"Papaaa."
Perlahan gue mundur. Bagaimana bisa gue kehilangan kedua orang tua gue dalam sekejap mata.
Seolah Terhantam Batu Besar. Kerongkongan ku mulai tercekat. Dadaku sesak. Jantung ku berdebar kencang. Mata ku perih dan Fikiran ku hilang.
Ya Allah semenyakitkan inikah kehilangan?Gue nggk tau apa lagi yang terjadi. Tapi gue harap ini hanya mimpi yang akan berakhir saat gue bangun nanti.
~~~~~~~
Gue terbangun dari tidur. Pemandangan yang gue lihat adalah kamar gue. Kenapa gue disini? Gue berharap semuanya mimpi. Gue segera keluar dari kamar untuk memastikan semuanya.
Dari atas gue lihat semua orang sedang sibuk merapikan rumah dan menggelar tikar. Yaa Allah ternyata semuanya nyata.
Suara ambulan membuyarkan lamunan gue. Jenazah Mama dan Papa sudah datang. Gue langsung turun ke bawah.Gue masih berharap ini semua hanya mimpi belaka. Tapi itu semua nyata. Gue nggk sanggup menerima kenyataan pahit ini. Gue kehilangan orang tua gue tanpa gue di kasih firasat sedikitpun. Begitu cepatnya tuhan merenggut kebahagiaan gue.
Gue rasakan Ada seseorang yang mengelus bahu gue.
"Kamu nggk papa? Tadi kamu pingsan di rumah sakit. Dan aku bawa kamu pulang." Kata Kak Faro.
Bahkan untuk menjawab pertanyaan Kak Faro pun gue nggk mampu.
Jenazah Mama dan Papa akan di makamkan besok. Karena sekarang sudah magrib. Dan kita juga masih menunggu Mbak Nayla yang masih di perjalanan pulang ke sini.
"Lo yang Sabar Saa." Araa meluk gue.
Gue nggk tau entah sejak kapan Araa Chika dan Alika ada di sebelah gue.
"Om dan Tante udah tenang disana. Lo harus ikhlas yaa." Kata Chika.
"Allah lebih Sayang nyokap sama bokap lo Saa. Mereka pasti sedih disana melihat lo kayak gini. Lo harus tetap semangat yaa." Kata Alika.
Gue cuma bisa ngangguk aja menjawab perkataan mereka. Mulut gue nggk ingin mengeluarkan kata-kata.
Gue mencoba mengingat kembali kejadian yang gue alami hari ini.
Mulai dari Devan yang nembak gue tapi gue tolak. Setelah itu Kak Faro datang dan gue bahagia bangeett. Tapi sekarang kebahagiaan gue itu sirna karena Mama dan Papa ninggalin gue untuk selamanya.
Yaa Allah apa salah hamba?
Apakah hamba sanggup hidup tanpa orang tua hamba?
Berikanlah tempat terbaik untuk orang tua hamba disana Ya Allah. Amiiiinnn.Semoga Mama dan Papa disana bahagia yaa. Naesa akan mendoakan kalian dari sini.
Gimanaa??
Jangan lupa vote yaa teman teman online ku❤
KAMU SEDANG MEMBACA
SA FA ✔ (END)
Ficção AdolescenteBIASAKAN FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!!! . . . . . . . "Saa." - Alfaro Dirgantara. "Iyaa Kak?" - Naesa Ardiana Putri. "Aku sayang sama kamu Saa. Dan aku yakin kamu seseorang yang dikirim untuk aku. Boleh nggk aku ada di hati kamu?" - Alfaro Dirgantar...