Dengan detak jantung di dadaku yang berpacu kuat-kuat, kami melaju menuju Dongjak. Aku hanya menunduk atau sesekali melihat keluar jendela. Sama sekali enggan mencuri pandang ke arah Dokter Lee. Aku sungguh tak punya keberanian untuk melihat wajahnya. Ia pun sedang serius mengemudi.
"Kau tahu, Jinan-ah? Jika seorang pria melihat gadisnya mengenakan gaun putih, maka pria itu akan berpikir tentang pernikahan."
Aku memukuli kepala, berusaha menjernihkan pikiranku.
"Jinan-ah, kau baik-baik saja?" tanya Dokter Lee. Aku tak terlalu menghiraukan suaranya.
"Ah, apa aku terlihat seperti calon istri dari seorang politisi?"
"Tidak. Kau terlihat seperti calon istri dari seorang dokter spesialis."
Aku memukul dengan lebih keras lagi.
"Hei, Jinan-ah, kau sakit?" tanya Dokter Lee padaku. Wajahnya terlihat amat cemas.
"Ah? T-tidak. Bukan. Aku hanya berusaha mengingat sesuatu."
"Kau yakin?" tanya Dokter Lee.
Aku mengangguk.
"Kalau kau sakit, kita bisa berhenti sebentar untuk mengambil obat di koperku," sambung Dokter Lee.
Aku menggeleng, lalu tersenyum sedikit. "Terima kasih Dokter, tapi aku baik-baik saja."
Dokter Lee membalas senyuman itu sambil mengusap kepalaku saat wajahnya kembali fokus ke jalan. Sedang aku berusaha setenang mungkin meski jantungku sudah kacau sekali di dalam sana.
Kami kembali saling membisu. Sesekali aku memeriksa ponsel. Ada beberapa pesan yang masuk dari editorku di NHK. Syukurlah, mereka mengapresiasi laporanku dan beritanya akan disiarkan pada berita internasional sore ini.
Semangat, Jinan-san, tulis editorku pada pesannya. Aku tersenyum, lalu membaca ulang pesan itu dari atas ke bawah.
"Hei," panggil Dokter Lee.
"Ya, Dokter?" Aku menoleh sedikit, lalu kembali menatap layar ponselku.
"Boleh aku tanya sesuatu?"
Aku mengangguk meski sedikit bingung.
"Kau dan aku, apakah mungkin?"
"D-Dokter, Shin Yuna-ssi..." ujarku panik.
"Dia tertidur."
Aku langsung menoleh ke kursi belakang. Segera menemukan Shin Yuna yang sedang tertidur nyenyak di sana. Astaga, dia masih secantik itu meski tertidur.
"O-oh, ya. Syukurlah."
"Jadi?"
"Aku..."
Ponsel Dokter Lee berbunyi. Sambil berdecak dan memutar mata, pria itu mengambil ponselnya, melihatnya sebentar, lalu mengarahkannya padaku. "Bisa tolong angkat teleponnya untukku?"
Aku mengangguk, lalu mengambil ponsel Dokter Lee dan mengangkat panggilan itu. Nama Dokter Na tertulis di sana.
Aku menekan tombol hijau. Saat hampir mengarahkannya ke dekat telingaku, Dokter Lee berkata, "Nyalakan saja speaker-nya."
Aku menekan tombol speaker.
"Kapan kau ke sini, Sialan!"
Aku terkejut setengah mati. Berbeda dengan Dokter Lee yang justru terbahak-bahak.
"Santai saja, Jaemin-ah. Ini sudah hampir naik jembatan. Sudah di Ichon Il-Dong. Kau kenapa sih? Mana mungkin tak bisa mengatasinya," jawab Dokter Lee santai.
"Ichon? Tunggu dulu, kau ke Yongsan?" tanya Dokter Na dengan nada tinggi.
"Ya."
"Bertemu Jaehyun?"
"Aku menemani Jinan-ah, m-maksudku, Jinan-ssi, ya, aku menemaninya, kami ke Yongsan untuk mencari seseorang."
Dokter Na tertawa miring. "Astaga! Kau meninggalkan hasil tes lab di sembarang tempat demi menemani Jinan-ssi?"
Dokter Lee memejamkan matanya sebentar, lalu menepuk dahinya berkali-kali. "Iya, maaf... a-akan aku rapikan nanti."
"Kau juga meninggalkan Dokter Huang semalaman. Kau tak memberi tahu apapun padanya."
Dokter Lee mengembuskan napas sambil berdecak. Dari rautnya, aku dapat melihat seberapa ia menyesal. Atau barangkali merasa bodoh. "Maaf..."
"Astaga, kau seperti orang gila! Kau tahu kondisi Park Jisung dari Kamar 127 menurun drastis tadi pagi?"
"Apa?" Wajah Dokter Lee berubah tegang. Ia menatapku, memberiku kekuatan untuk tetap tenang. Mungkin ia dapat melihat jelas perubahan air wajahku saat Dokter Na menyebut nama Jisung.
"D-Dokter..." desisku.
"Tenanglah."
Aku menghirup napas dalam-dalam, membayangkan kata-kata Dokter Lee tadi terus bergaung di telingaku. Terus melakukannya dalam beberapa waktu, sambil mendengar samar-samar penjelasan menggebu dari Dokter Na. Ajaib, perasaan gugupku hilang seluruh.
"Lalu bagaimana sekarang?"
"Dia sudah membaik sekarang."
"Syukurlah..." desis kecil dari kursi belakang. Aku mengintip lewat spion, menyaksikan wajah lega Shin Yuna, sembari tangannya yang terkepal di depan dada kiri. Ah, ia sudah bangun rupanya.
"Ya! Lee Jeno! Lain kali kalau kau begini lagi, aku tak mau repot-repot membantumu. Bisa-bisanya kau meninggalkan banyak hal penting hanya demi Jinan-ssi," lanjut Dokter Na. Ia terdengar masih bersungut-sungut.
"Jangan menyebutnya 'hanya', Jaemin-ah." Dokter Lee mencuri pandang ke arahku dengan tatapan tajam yang juga hangat sekaligus.
"Huh?" Dokter Na pasti sangat kebingungan.
"Dia..."
"Dokter Na, nanti kita bertemu lagi!" Aku kontan mematikan sambungan. Panik. Takut Dokter Lee mengatakan hal macam-macam. Aku lalu menaruh ponsel Dokter Lee di dekat persneling, pun segera membuang muka.
Dokter Lee tertawa. "Kau kenapa sih?"
Aku menggeleng. "Jangan bicara yang macam-macam."
"Bicara kalau kau penting bagiku juga macam-macam?"
Aku panik. Mataku membola. Aku beberapa kali menoleh ke arah Shin Yuna untuk memastikan ekspresinya. Ah, dia tertawa!
"Shin Yuna-ssi, maaf, ini, kami, Dokter Lee sudah gila!"
"Oh, astaga." Dokter Lee menggeleng sambil terkekeh. Ia menatapku sebentar, dengan ekspresi yang tak dapat ku terjemahkan. Entah apa tujuannya.
"Ah, Shin Yuna-ssi..." ujarku panik. Aku melambaikan tangan, membuat gestur "tidak". Berusaha sebisa mungkin mencegah kesalahpahaman. Barangkali Shin Yuna juga memikirkan hal yang bukan-bukan.
"Tidak apa-apa, Jinan-ssi. Kalian memang sangat cocok, kok." Shin Yuna tersenyum lebar.
Tuh, kan.
Aku menatap Dokter Lee. Ia masih tersenyum dengan raut menggoda. "Semoga kau dengar."
"Apanya?"
"Tentang kita yang cocok, Jinan-ssi. Semoga kau dengar."
Tentang aku yang sekarang begitu hidup, Dokter Lee. Semoga kau tidak dengar.
---

KAMU SEDANG MEMBACA
Not A Platonic Love Story [NCT Jeno] ✔✔
FanfictionTidak ada perasaan yang benar-benar platonis. Setidaknya, itu yang Dokter Lee ajarkan padaku dalam semalam suntuk.