Two Broken Heart Outside the Room

77 18 0
                                    

"Seharusnya aku jangan ke sini," gumamku sambil memukuli dinding di sebelahku. Dari sudut jendela kamar, aku dapat melihat bagaimana Jisung segera akrab dengan Putri. Pria itu bahkan tertawa lagi, dengan tawa yang persis seperti tawanya di masa lalu.

Putri sibuk mengupas pir untuk Jisung. Entah dari mana ia mendapatkan pisau buah dan hati Jisung.

"Kau ingin marah sepertiku?"

"Astaga! Dokter Wong! Kau mengejutkanku saja!" Aku melompat sambil memukul lengan Dokter Wong kesal. Sejak kapan ia muncul dan berdiri di sana. Dengan tampang melas pula.

"Aku juga terkejut dengan pemandangan di depanku. Kesal sekali rasanya." Dokter Wong tertawa miris. "Bukankah mereka akan kembali bersama? Mereka tampak sangat bahagia."

"Mereka memang terlihat sangat bahagia. Selalu seperti itu. Sejak dulu."

Dokter Wong menatapku diam. "Kau ingin membunuh kepercayaan diriku, Jinan-ssi?"

"Kau merasa mati sekarang?"

"Hei!" Dokter Wong meninggikan nadanya. "Ah, hahaha kau ini, aku jadi gagal bersedih, kan."

"Dokter," panggilku tanpa perlu menatap Dokter Wong. Aku masih terpaku pada pemandangan di hadapan kami.

"Ya?"

"Saat wawancara tadi, kau kelihatan sangat keren. Kau benar-benar pintar, meski sangat sulit ditemui di hari-hari biasa."

Dokter Wong terdiam.

"Kau juga kaya raya. Kau punya rumah sakit ini dan sangat menguasainya."

Dokter Wong masih terdiam.

"Kau juga tampan, tubuhmu sangat tinggi, dan kau lahir dari keluarga baik-baik."

"Hahaha! Terima kasih pujiannya, Jinan-ssi. Kau membuat kepercayaan diriku bangkit kembali." Dokter Wong berdiri menegakkan kakinya. Sejak tadi kakinya terlipat demi menyamai tinggi jendela.

"Kau bisa memilih wanita mana pun yang kau mau."

"Aku tahu arah bicaramu, Jinan-ssi. Dan tidak, aku tidak akan merelakan Putri. Aku sudah sangat bekerja keras untuk memenangkannya."

"Ya, jika itu terjadi, bekerjalah lebih keras lagi. Aku akan membantumu sebisaku. Hanya saja, aku memang akan selalu ada di pihak Putri."

Dokter Wong mengangguk dengan senyum tipis.

"Dokter, aku harus ke kantor polisi sekarang, tolong sampaikan ucapan selamat ulang tahunku pada Jisung. Semoga ia selalu bahagia."

Aku berjalan meninggalkan Dokter Wong yang masih terdiam di depan pintu pasien. Masih mengintip kegiatan separuh romansa di hadapannya. Masih berusaha menguatkan hati.

"Kau tidak ingin diantar?"

"Tidak, aku naik bus saja."

---

Not A Platonic Love Story [NCT Jeno] ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang