Bab 13 - Beginning

21.4K 1.8K 12
                                    


Vote dan komen adalah sebuah keberuntungan, atau apresiasi kalian untuk cerita ini. Sekali lagi terimakasih 🙏🏻

***

Seruni mengerjapkan matanya. Ia melihat Ineu yang masih tertidur di hari liburnya. Ia bangun ia berpikir keras, apa mungkin Bi Um waktu malam menyelimbutin dirinya saat tidur di kamar Ineu. Atau jangan-jangan? Ah nanti kalau ketemu seruni harus mempertanyakan nya.

Ia bangkit dan turun ke bawah, mengisi tenggorokan nya yang haus. Ia melirik jam masih pukul 5 pagi. Seperti biasa Bi Um sudah bangun.

"Eh bibi udah bangun?" tanya Seruni saat menyimpan gelas lalu mencucinya di wastafel.

"Biasanya juga bangun jam segini mbak"

Seruni gatal ingin menanyakan hal itu, "bibi waktu malem dateng jam berapa?" tanya nya dengan penasaran.

"Bibi baru dateng, tadi ketemu bapak di jalan lagi lari pagi. Malem anak bibi demam. Mbak nyariin pasti ya?" jawabnya lagi.

Seruni mengangguk ternyata Mas Althaf yang memberi nya selimut. Seruni terus melamun, mengabaikan celotehan Bi Um yang terus bercerita.

Seruni membantu Bi Um ia memilih membersihkan halaman depan yang masih sedikit gelap namun cahaya matahari fajar sudah mulai naik.

"Kamu sudah bangun?" terdengar suara lelaki dewasa, di belakang tubuhnya.

Seruni melihat sepertinya benar apa yang dikatakan bi Um lelaki itu sepertinya baru selesai olahraga.

"Udah, Mas abis dari mana?" tanya Seruni dengan nada geli. Bagaimana tidak, pertama kalinya Seruni bertanya dengan embel-embel mas di depannya. Ia sekarang benar benar malu. Sial. Harusnya ia berlaga cuek saja tadi.

"Olahraga pagi sehat" jawab nya dengan senyum yang terduga.

Tuhan tenggelamkan ia sekarang juga di laut sekarang. Seruni tak menggubrisnya lagi ia buru buru membereskan pekerjaan nya. Lanjut ia akan membersihkan tubuhnya dan juga memandikan Ineu. Ya mungkin sekarang sudah bangun di atas.

Benar saja anak itu sudah bangun, dan subjek yang pertama kali ia tanyakan adalah keberadaan Seruni. Seruni pernah berpikir bagaimana jika dirinya Resign atau ada hal yang mendesak yang membuat dirinya tak pulang. Apa anak itu akan mengerti nantinya?

"Mbak, di cariin si neng" ujar bibi Um di depan pintu. Buru-buru ia pergi ke atas, Althaf juga seperti nya sedang berada di dapur. Dan menanyakan pada Bibi, lelaki itu penasaran.

"Udah bangun?" tanya seruni saat melihat Ineu yang sedang duduk di sisi ranjang nya.

"Udah mama mau gendong, " ujarnya dengan manja.

"Cuci muka dulu " perintah nya dengan anggukan anak itu. Seruni membereskan tempat tidurnya dengan cekatan. Bahkan biasanya Seruni bangun siang di hari libur nya. Tapi seolah dunia mengejek nya, ia tak pernah absen bangun siang sekarang. Dirinya selalu bangun pagi sekali. Seperti seorang isteri. Dirinya berdecak heran. Apa yang salah pada dirinya sekarang?

"Mama udah"

"Yaudah yuk turun kebawah mau sarapan?" tanya seruni sambil mengambil sisir ia menyisiri anak itu. Rambutnya benar benar indah lurus mungkin turun dari Papanya.

"Biasanya papa yang suka nyisirin rambut aku mama tiap bangun tidur"

"Oh yah? Terus papa ngapain lagi?

"Papa biasanya mandiin Ineu juga, terus kalau malem Ineu suka di bacain dongeng. Atau papa sibuk pulang malem, bibi yang jagain Ineu. Tau tau pagi paginya Papa tidur di samping Ineu" timpal nya lagi.

"Sekarang mama yang ngerjain tugas papa. Makasih mama. Ineu sayang mama Uni" cium Ineu dengan sambil memeluk nya lagi.

Seruni diam, ia tak tahu seperti apa dulu Bosnya itu. Sepertinya berbeda sekali dengan sifatnya di kantor. Yang ia tahu Bos nya itu sering jadi bahan perbincangan Anak-anak kantor yang lain. Karena suka bikin hal-hal yang tak terduga, yang seruni lihat  tiba-tiba Bu siti atau manajer Marketing kelabakan bikin laporan. Sebelumnya ia benar benar tidak mengenal Bos nya itu.

Ia tak tahu bahwa pria itu adalah pria yang hebat, la mengurus Ineu dan juga kantornya dengan baik.

"Sama-sama. Sekarang ada Uni kalau ada apa apa bilang sama Uni ya. Termasuk kalau mau mandi, Liat sendiri kan papa kalau mandiin Ineu kayak apa. Kasihan, mending minta sama Uni aja ya sayang" ucap seruni dengan perhatian. Terbesit rasa yang campur aduk. Ia sedih, Mendengar cerita yang Ineu katakan.

"Iya mama. Mama gendong" ucapnya dengan manja.

Seruni lupa bahwa anak itu sekarang meminta di gendong, ia menurut memangku tubuh kecil itu di dalam pelukannya. "Tapi di tangga turun ya, takut jatuh. Nanti minta gendong nya sama papa aja lebih kuat" Anak itu hanya mengangguk.

***

mereka bertiga sudah sampai di rumah lama seruni, Rumah itu terlihat sedikit berdebu karena sudah lama tak ditempati maklum saja.

"Ini rumah mama Uni?" Jawab Ineu sambil berlari kesana-kemari.

Anak itu berhenti saat Papanya mulai mengintrupsi anak itu untuk menghentikan tingkahnya.

"Jangan duduk dulu ya, debuan. dibersihin dulu" ucap seruni sambil membawa alat penyedot debu.  "Rumahnya enggak sebagus rumah bapak, maaf kalau sedikit enggak nyaman" timpal nya lagi.

"saya lapar, tadi saya belum sempat makan.  Saya beli dulu di luar ya, Ineu jangan ikut disini aja" Ucap Althaf sambil beranjak dari sofanya.

Seruni hanya mengangguk saja, ia mengajak Ineu untuk masuk ke kamar nya.  Ia memasukan bajunya, tak membutuhkan waktu yang lama. 30 Menit berlau Althaf datang menenteng plastik, Seruni menyiapkan piring yang sudah siap.

"Pa maaf ya saya ga punya apa-apa dirumah. Bapak sih ngotot nganter saya, padahal saya beneran nggak apa-apa berangkat sendirian" jawab nya sambil memasukan rendang ke piring.

"Bawel. kamu enggak ngehargain saya, di jalan tadi macet" Gerutu nya dengan sebal.

seruni hanya menyengir lebar, buru-buru ia menuangkan makanan ke piring Duda itu. Sedangkan Ineu hanya menonton mereka berdua, "Mama sama Papa, Kaya Tom sama si Jerry" ucap Ineu sambil menerima piring yang sudah diisi nasi.

Di sela sela perbincangan makan mereka, Seruni samar-samar mendengar suara lelaki yang Ia memanggil namanya. Seperti memanggil dirinya.

"Paket" perasaan dirinya tak memesan apapun. Ah mungkin kurir yang menanyakan alamat tetangganya.

Seruni bangkit, ia membuka pintu rumah nya. Dan ternyata Mas Radit yang sengaja mengerjainya. Aduh, gawat.

"Mas Radit sejak kapan disini? Ngapain bilang paket paket kaya Kurir aja"

"Dari tadi Ayung. Lagian kamu nggak dengar sih. Lagi ada siapa?" selidik Radit sambil melirik mobil berwarna hitam itu.

"Ah itu" jawabnya sambil berpikir. Alasan apa yang ia berikan pada Mas Radit.

"Oh ada tamu ya, silahkan masuk" terdengar suara lelaki memecahkan keheningan antara Seruni dan juga Mas Radit.

Mampus ! Gerutu seruni dalam hatinya

Kejar TargetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang