Bab 52 - Pregnant

20.3K 1.3K 163
                                    

Absen dulu yuk, yang baca cerita Mas Duda ini sebutkan Usia dan alamat dari mana ya!

Author datang kembali ke dunia orange, ada yang rindu?🤭

***

Pagi harinya suamiku beneran ngambek karena aku tak memberi kabar kehamilanku secepatnya. Padahal aku menanti momen yang tepat untuk memberikan informasi kepadanya.

"Aku kan nunggu mas pulang dan nunggu keliatan udah nggak capek." Ungkapku sambil melipatkan tangan di depan dada. Sambil memperhatikan suamiku yang sedang asik memilih jam tangan yang ada di depannya.

"Bagus yang di sebelah kanan mas." kataku dengan mengharapkan perhatian dari dia, sambil jariku ikut menunjuknya. Ya meskipun Mas Althaf enggak akan tahu kalau jariku ini ikut-ikutan berpartisipasi ikutan nunjuk.

Mas Althaf tak menggubrisku, pada akhirnya dia memilih jam tangan yang di tangan kiri akhirnya.

Oh yasudah, perkara jam tangan lupakan saja.

Detik selanjutnya, "Saya pulang malam, ada lembur. Kamu tidak usah masak. Kamu mau di bawakan makan apa?" Ungkapnya dengan tanpa melihat wajahku sama sekali.

Argh... menyebalkan.

Aku adalah wanita paling cerewet dengan overthinking yang cukup bagus nilainya. Apa katanya lembur? Di hari pertama dia mengetahui istrinya hamil?

"Lembur apa lagi sih mas? Takut sendirian ah, lagi musim ujan gini, anaku kan pergi sama Oma kalau kamu lupa. Ineu nginep 4 hari loh."

Mas Althaf menatapku sejenak dengan wajah datar, dengan melonggarkan dasinya. Seperti menahan kekesalannya.

"Jangan manja, biasanya sendiri juga kamu nggak protes!"

"Sampai jam berapa?" Tanyaku mulai emosi.

Mas Althat terlihat sesibuk itu, memainkam sisir. "Jam 9 atau 10 malam." Jawabnya enteng.

"Lama banget mas, aku sendirian loh mas." Ungkapku dengan penuh kecewa.

"Lemburnya saya engga selama kamu, ngasih informasi penting ke saya! Saya nggak pernah telat. Tolong di maklumi kalau saya pulang sedikit malam, kan baru sehari ini selama kita menikah saya jarang lembur." Ujarnya dengan menatapku, lalu beranjak melangkah sambil membenarkan dasinya.

Sesekali sih, ya boleh, cuma kenapa kebetulan banget hari ini?!

"Mas sayang, sini dong liat aku." Pintaku sambil berusaha membuat mood nya kembali baik.
Merajuk adalah keahlianku sekarang.

"Malas saya," katanya dengan sedikit ketus, dan aku sedikit terkejut dengan ucapannya.

Ah... masih kesal ternyata. Ucapku dalam hati. Aku hanya menunduk dengan perasaan salah tapi sebenarnya tidak sepenuhnya salah juga!

"Mas kayaknya aku hamil. Udah Telat 2 minggu. Belum di cek pastinya ke dokter maaf harusnya aku kasih tau informasi ini kemarin. Kemarin aku ketiduran dan enggak sempet kasih informasi ini. Maaf ya papa." Ucapku dengan perasaan lega dan senang juga. Sambil memberikan Testpack ke tangan kokohnya.

"Maksudnya kamu hamil beneran?" Ungkapnya terlihat senang dan bingung juga dengan Test pack yang sedang ia lihat.

"Hemm..." ungkapku.

Mas Althaf meraba perutku sambil mengecupnya. "Besok kita cek sama-sama ke Dokter. Agar lebih pasti."

"Nanti aja mas, nunggu mas ngga sibuk. Aku lihat mas masih sibuk kan?" Tanyaku sambil mengusap lengannya.

Mas Althaf mendesah, "Bisa saya atur."

Aku tersenyum, tapi ada yang aneh menurutku, atau hanya perasaanku saja. Mas Althaf terlihat senang tapi detik kemudian memasang wajah masamnya?

Kejar TargetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang