Bab 45

17.9K 1.3K 121
                                    

Hai semuanya ada yang rindu work ini?

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian😍

Masih ada typo, tolong tandai ya...

Warning 21+ ya !

***

Tingkah Mas Althaf aneh, setelah menutup pintu bukannya masuk dan melanjutkan aktivitas yang sempat tertunda, Mas Althaf memilih berbalik, keluar. Aku mengedikkan bahu melihat tingkah dia. Bapak nya Ineu pokonya aneh banget. Nggak jelas.

Sambil menunggu kedatangan beliau. Aku mengambil air minum di atas nakas, lalu memilih bangkit menuju meja rias. Aku memakai skincare rutinku. Aku mulai menuangkan sedikit toner, lalu di lanjut serum wajah, kurang lebih seukuran kacang polong ke telapak tangan. Tahap selanjutnya mengoleskan serum tersebut ke seluruh permukaan wajah secara merata, lalu di lanjut dengan tahap-tahap selanjutnya.

"Selesai," ujarku sendirian, sambil menyimpan kembali pada tempat sebelumnya.

Aku hendak mengambil hair dryer rencananya aku akan mengeringkan rambutku yang basah itu.

Glep. Sebuah pelukan hangat mendekapku dari belakang. Aku melihat ke arah kaca besar di depan. Mas Althaf hanya tersenyum lebar, sambil memperhatikan wajah kami yang terpantul jelas di cermin.

"Kamu wangi banget, aku suka." ucap Mas Althaf sambil beralih menempatkan dagunya ke ceruk leherku.

Deg. Rasanya terdengar asing dan hangat, saat suami batunya itu, memanggil dirinya sendiri dengan 'Aku' bukan 'Saya' seperti biasanya. Apa aku salah mendengar barusan? Aku mengerutkan dahi dengan kentara.

"Coba ulangi lagi mas, mas bilang apa?" tanyaku dengan sialnya bibirku ikutan senyum-senyum nggak jelas.

"Kamu wangi." ucap Mas Althaf sambil mengendus-endus ceruk leher dan rambutku, yang sengaja tergerai dengan panjang.

Seperti ada kupu-kupu menggelitiki perut, saat Mas Althaf mengendus-endus ceruk leherku mirip seperti anjing pelacak. Astaga mulutku, semoga dia nggak mendengar suara hatiku barusan yang mengatainya mirip seperti anjing pelacak itu. Haha.

"Bukan itu mas, setelahnya itu..., mas bilang apa tadi?" ulangku dengan gregetnya. Greget banget liat wajah Mas Althaf yang masih berpikir dengan keras, terlihat dari kerutan dahinya, mirip seperti Ineu yang kadang suka lemot tapi encer banget kalau udah pinter.

"Oh..., kamu wangi, saya suka." jawab Mas Althaf berbeda seperti yang tadi. Fyuh ... Gengsi nya sulit sekali untuk aku runtuhkan.

Aku menghela nafas panjang. "Yayaya terserahlah." timpalku sambil mengerucutkan bibir dengan kesal. Aku berbalik, tiba-tiba aku jadi malas untuk mengeringkan rambut, lagian aku sudah sangat paham betul. Di lihat dari gerak-gerik Mas Althaf, pasti kami akan menghabiskan waktu malam ini dengan sangat panjang.

"Mas, kamu habis dari mana barusan, ko lama?" tanyaku, beralih dengan gerakan mengalungkan tangan ke leher Mas Althaf.

"Saya habis dari kamar Ineu, nyuruh Ineu tidur, karena sudah malam." ucap Mas Althaf dengan datar.

"Terus gimana? Ineu mau tidur nggak? masih jam 8 malam mas, anak kita, mana mau tidur jam segini." jelasku.

Mas Althaf hanya terkekeh sebentar.

"Buktinya Ineu sudah tidur tuh, " ucapnya dengan kondisi tangan yang sudah menelusuk masuk ke dalam bajuku, melepas ikatan Bra dengan cekatan, satu kali tarik langsung lepas, Mas Althaf menyeringai dengan puas. Wajahnya sedikit dengan sengaja, dicondongkan ke depan wajahku. Mata kami bertemu, sumpah aku jadi jantungan begini, kalau Mas Althaf deketan banget gini. Detik selanjutnya menyamping dan berbisik ngeri.

Kejar TargetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang