Ada yang rindu? Cung!
Tandai typo dan kawan-kawan nya ya
----Happy Reading----
Mereka bertiga masih menatap Seruni dan Anya dengan raut penasaran.
"Mami, kenapa? ada apa?" tanya Pratama sambil menatap istrinya, Sedangkan Althaf masih menarik nafas nya, mengontrol deru nafas nya.
Sedangkan Anya sudah menatap sengit putra pertama nya itu. "Papi tanya, sama anak papi satu ini, berani-berani nya kamu tinggal serumah dengan perempuan, mami nggak pernah ngajarin ...!" sambar Anya dengan menatap tajam Althaf, seperti akan melahap Althaf hidup-hidup.
Althaf membelalakan matanya dengan tercengang, lalu menelan saliva nya sendiri.
"Mami, Saya bisa jelaskan. Ayo mami duduk dulu, kasihan calon istri saya pucat pasi gini, mami gimana sih? Calon istri saya kaget liat mami seperti ini." Gerutu Althaf sambil mengajak Mami nya itu untuk duduk dengan tenang di sofa. Tetapi Anya masih tak bergeming. Bahkan Anya dengan terang-terangan memegang pisau bolu yang ada di atas meja.
"Mami ... duduk! saya jelaskan sekarang, Tapi turunkan pisau bolu itu mami bahaya ... " ucap nya dengan tenang.
Sedangkan Opa Pratama sudah menggendong cucunya, "Ih, Oma serem Opa" bisik ineu di telinga Opa nya, sontak membuat Pratama menahan gelak tawanya. Andai saja ketahuan menertawai, Pratama juga akan kena imbas nya.
Althaf melihat raut Seruni yang hampir pucat pasi seperti mayat hidup.
"Sayang, duduk nya sebelahan sama saya, Mami memang suka lebay." ajak Althaf, merangkul Seruni yang masih berdiri di samping Anya.
Sedangkan Anya memukul lengan Althaf dengan refleks, "Mami tidak pernah mengajarkan, kamu kurang ajar sama perempuan, kamu belum resmi menikah Althaf ...! Sudah tinggal satu rumah.
Apa jangan-jangan kamu udah hamilin calon mantu mami, makanya sekarang tiba-tiba ngenalin calon istri? Papi, astaga duda kita... !" jerit nya, sambil menatap Pratama dengan menutup mulut nya sendiri. Anya terhenyak dengan spekulasi nya sendiri.Anya angkat suara kembali, sambil menghela nafas nya, "Oh tuhan, Astaga anak kamu!" sambar Anya. Sontak membuat Pratama, Seruni dan Althaf terkejut bukan main, dengan pemikiran mami nya ini.
Althaf mengusap kepalanya dengan kasar, "Mami, ini semua tidak seperti yang mami bayangkan. Stop! berpikir yang macam-macam." kata Althaf, mencoba berusaha menjelaskan.
Sedangkan Seruni semakin ketakutan dengan keadaan sekarang, ingin rasanya kabur saja dari rumah ini.
Anya meletakan pisau bolu itu ke tempat semula, mereka semua duduk dengan tenang.
Bahkan Ineu masih tak paham, kebingungan dengan apa yang sebenarnya terjadi di sini. Sesekali, menguap di pangkuan Opa Pratama."Mami sebenarnya Seruni karyawan saya di hotel dan asisten saya di rumah ... "
Althaf berusaha menjelaskan semuanya, menjelaskan awal pertemuan mereka. Bahkan Althaf menjelaskan bahwa dirinya membantu Seruni membayar hutang, dan meminta perempuan ini mengasuh Ineu, mengurus putrinya di rumah.
Untuk pertama kali nya seruni mendengar calon suami nya itu secerewet ini. Bahkan biasanya jika berada di rumah, Mas Althaf hanya irit bicara meskipun sesekali ada waktunya lelaki ini sangat manis dan perhatian.
"Astaga mantu mami .... saya kira kamu hamil duluan, lagian kalian bikin saya jantungan!
Saya juga baru tahu anak saya nyimpen kamu di rumah nya. Pantas saja cucu saya semakin montok gitu, kamu ngurus Ineu dengan baik ya sayang.
Sayang ... pasti hidup kamu berat ya nak, sini peluk Mami. Anggap saja mami ini, ibu kandung kamu ya, sekaligus orang tua kamu sekarang.
Semoga Tante dan Om kamu mendapat ganjaran yang setimpal, dan hutang pada Mas mu itu, Lupakan saja. Uang itu tidak seberapa dengan pengorbanan kamu mengurus cucu saya.
Selamat datang ... selamat datang di keluarga kami, semoga kamu nyaman disini." ucap Anya yang kini beralih memeluk Seruni di samping nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kejar Target
ChickLitNasib Lembayung Seruni, Seorang lulusan S1 yang terlibat hutang dan harus di lunasi hari itu juga. Hutang mendiang paman dan bibinya yang tega melibatkan dirinya yang tak tahu apa-apa, dan akibatnya, Ia harus menanggung beban sendirian ketika oran...