Bab 47 - Missunderstand (2)

10.7K 1.1K 54
                                    

Aaaa Akhirnya bisa up dan ketemu Readers lagi..

---Happy Reading---

"Ineu. Ayo pulang sama papa!" itu suara Mas Althaf, terdengar dingin dan tajam. Jantungku rasanya akan copot. Aku tidak melakukan hal apapun, tapi dari sorot matanya menyiratkan bahwa aku seperti telah melakukan kesalahan. Kejadian ini terjadi cepat sekali.

Tidak, Mas Althaf telah salah paham. Aku melepaskan cekalan tangan Mas Radit dengan paksa, sebelum Mas Althaf semakin berpikiran yang tidak-tidak. Mas Radit terlihat sama pucatnya sepertiku, saat cekalan tanganya aku lepaskan dengan paksa.

"Maaf mas Radit, aku harus pulang." ucapku. Mata kami bertemu sebentar. Mas Radit menatapku tak percaya, raut wajah Mas Radit terbesit ada rasa bersalah dimatanya. Buru-buru aku mengangguk, seperti memberi kode padanya, bahwa semuanya tidak apa.

Mas Althaf berjalan dengan cepat kearahku dengan tatapan tak terbaca. Aku berusaha untuk tetap tenang dan tersenyum kearahnya. Aku berpikir Mas Althaf akan duduk bersama kami, tapi...

"Mas-"

"Ineu ayo pulang sama papa, kita makan di rumah saja!" ucap Mas Althaf sambil menggendong Ineu di sampingku dengan paksa-ia mengabaikan kehadiranku, dia marah?

Aku tercekat dengan nafas yang mulai hilang entah kemana, separuh oksigenku ikut menipis.

"Papa, Ice cream Ineu belum habis." protes Ineu sambil beralih memeluk papanya.
Sedangkan aku hanya memperhatikan interaksi mereka-dan di pikir-pikir Mas Althaf mengganggap aku seolah aku tidak ada di sini. Tercetak dengan jelas, raut wajahnya yang berbeda.

Aku harap Mas Althaf akan menuruti kemauan Ineu, untuk menghabiskan Ice cream nya di sini. Tidak ada maksud lain, hanya saja aku harus meluruskan apa yang membuat Mas Althaf terlihat marah sekarang.

"Kita bisa beli di lain tempat. Tidak di sini. Dan kita berdua saja." Jawab Mas Althaf dengan datar.

Aku bergeming, rasanya waktu seperkian detik mati, duniaku rasanya berputar. Hanya terdengar suara Mas Althaf yang terdengar tajam dan dingin. "Mas-" panggilku lagi.

"Lanjutkan saja, saya permisi." ucap Mas Althaf dengan rahang mengeras.

"Maaf Pak Althaf, bapak salah paham. Uni dan saya, tidak melakukan apapun, kami tidak bermaksud seperti itu, saya refleks, tidak ada maksud lain seperti yang bapak lihat. Bapak bisa memarahi saya, tapi tidak untuk marah pada Seruni." Jelas Mas Radit dengan wajah yakin. Aku hanya melihat interaksi mereka, kondisi sekarang terasa benar-benar membingungkan.

"Apa saya bertanya?" tanya Mas Althaf datar melihat ke arah Aku dan Mas Radit secara bergantian, dengan tatapan tajam.

"Tapi sikap bapak seperti ini, membuat saya salah paham. Saya yang mengajak istri bapak dan anak bapak minum, ada hal yang harus kami bicarakan. Saya minta maaf atas kejadian waktu itu pada istri bapak. Jangan memarahi Seruni, saya yang salah di sini." jelas Mas Radit dengan tegas.

Mas Althaf kini beralih menatapku dengan tatapan ingin membunuh, aku menunduk dengan tangan bergetar dan hati yang semakin tidak tenang. Aku pikir setelah Mas Radit mencoba untuk menjelaskan Mas Althaf akan baik-baik saja dan mencoba untuk mengerti, tetapi tidak, Mas Althaf menatap kami dengan tidak suka.

"Oke. Lanjutkan saja obrolan kalian, saya tidak tertarik sama sekali." jawab Mas Althaf lalu meliriku dengan tatapan malas.

Mas Althaf cemburu?

"Mas jangan seperti ini... " ucapku dengan lirih, entah aku ingin mengatakan apa. Mas Althaf terlihat marah, dan lidahku kelu untuk melanjutkan.

"Apa?" tanya Mas Althaf dengan menatap wajahku, rahang nya kini mengeras.

Kejar TargetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang