Bab 44 - Make Decision

23.7K 1.5K 145
                                    

4600 words.

Jangan lupa follow dan vote ya.

----Enjoy Reading----

Aku bangun kesiangan, Mas Althaf sudah pergi entah kemana yang pasti sudah enggak ada di sisi ku. Aku melenguh, membuang nafas, rasanya badan ku remuk. Sekelibat ingat kejadian semalam, secara tidak langsung membuat pipiku merona merah. Apalagi semalam menghabiskan waktu beberapa ronde untuk kesekian kali nya, entah Mas Althaf atau aku yang tertidur duluan, aku engga ingat. Hanya yang aku ingat dengan jelas, wajah pasrah Mas Althaf penuh damba, mengecup, mengerang dan merapalkan kalimat sayang saat gelombang pelepasan datang.

"Bersama'' Aku ingat terus saat Mas Althaf berkata demikian, peluh keringat membuat kami sama-sama terbakar. Sial! ini masih pagi sekali untuk aku mengingat kejadian semalam, dan sedari tadi bibirku ikutan senyum-senyum sendiri mirip orang gila, untung saja di ruangan ini enggak ada siapa-siapa.

"Kenapa wajah kamu merah begitu?" aku terkesiap seperti terciduk, sejak kapan Mas Althaf berdiri di depan pintu? apa sedari tadi mas Althaf sudah berdiri, sejak aku bangun dan melihat aku, ah... lebih tepatnya memperhatikan aku yang sedang berpikiran mesum? Aku merapatkan selimut hingga ke atas, Mas Althaf melangkah mendekati ku dengan cepat.

"Sejak kapan mas berdiri di situ?" tanya ku dengan perasaan was-was. 

"Barusan,"

"Oh ..." Aku menghela nafas lega.

"Cium, Mas!" pinta ku dengan nggak tahu malu.

Mas Althaf hanya mengerutkan kening dengan kentara, menit selanjutnya mencium kening ku sebentar.

"Saya sudah siapkan air hangat di dalam, kamu bisa bangun kan?" tanya Mas Althaf dengan perhatian.

"E---mang kenapa sih? aku udah sehat ko." kata ku dengan gugup saat Mas Althaf yang kini beralih  duduk di atas ranjang juga. 

"Saya cuma nanya, ya sudah kalau enggak sakit, anak saya nunggu kamu di bawah habis nangis lagi tadi dia."

"Kamu yang usilin pasti, " omelku sambil melihat-lihat sekeliling.

Penglihatanku sedikit terganggu saat melihat noda merah di atas seprai, dan jelas ekor mata Mas Althaf juga ikut melihat. Aku bersemu merah, semalam aku sudah lepas jabatan.

"Saya sudah lihat, nanti biar bibi yang cuci." ujar Mas Althaf sambil mengacak rambut ku.

"Mulai sekarang pakaian Mas biar aku yang cuci, termasuk selimut ini juga. Malu tahu." ucap ku sambil merangkak ke samping mengambil air putih.

"Saya sudah beli sampo, sampo kamu kemarin sudah habis kan? saya simpan di rak. Saya keluar dulu, ineu sudah teriak-teriak lagi tuh di bawah." jawab Mas Althaf, sambil melangkah pelan menutup pintu dengan rapat.

Aku mengangguk, dan menatap punggung Mas Althaf yang mulai berjalan menemui putrinya di bawah. Aku melangkah dengan pelan. "Awh... " ringis ku dengan ngilu. Saat melangkah, rasanya seperti ada yang mengganjal. Pantas saja Mas Althaf menanyakan aku sakit atau tidak? mungkin ini yang di maksud suami ku tadi. Aku mana tahu akan jadi linu begini, Ah... aku baru ingat Mas Althaf kan memang berpengalaman, harusnya sudah paham bukan? kenapa, enggak inisiatif sendiri buat angkat tubuh ku ke kamar mandi sih?! gerutu ku dengan pelan, sambil berjalan dengan penuh kehati-hatian.

"Ah segar nya ..."ucap ku sambil berendam di dalam bath up dengan air hangat yang telah Mas Althaf sediakan. Tumben banget kan, Mas Althaf menyiapkan air hangat? sumpah Mas Althaf berubah dalam waktu semalam, pagi nya mendadak manis begini.

Kejar TargetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang