Dua hari ini Seruni benar benar sibuk menyiapkan acara Gathering Dari Pt Anugerah Jaya. Yang super mewah. Mereka mengadakan acara Gala dinner di Ballroom gedung Hotel milik Bapaknya Ineu.
Sudah dua hari Seruni pulang malam, Ia merindukan Ineu. Saat ia pulang, Ineu sudah tidur dengan memeluk guling yang biasa Seruni pakai saat di kamar nya. Seruni mencium pipi Ineu yang menggemaskan saat tidur. Dengan langkah gontai Ia mencuci muka dan segera mengganti pakaian kerjanya. Ia akan tidur di kamar Ineu, menemani gadis cilik itu tidur. Ia merindukannya sangat.
- Esok harinya di Ruang makan -
"Mama sibuk terus, Ineu sendirian terus sama Bibi. Papa juga pulang nya malem" gerutu Ineu sambil mengunyah makanan.
"Telen dulu, baru ngomong" ucap Mas Althaf dengan suara yang dingin.
Entahlah seruni berpikir begitu, ia juga tak bertegur sapa saat dirumah dan di kantor. Saking sibuk nya Seruni menyiapkan persiapan untuk acara klien nya.
"Maaf ya, Uni sibuk buat acara buat di kantor" ucap Seruni sambil menatap Bos nya itu.
"Bibi Um Masak nya keasinan, Ineu sampai harus minum beberapa kali" ucap Ineu sambil menatap Seruni dan Mas Althaf secara bergantian.
Ia tahu arah pembicaraan Ineu kemana. Ngode mau di masakin.
"Yaudah besok Uni masakin juga ya" ucap Serunu dengan yakin.
Makan malam mereka telah selesai, Seruni membereskan bekas makanan dan Bi Um yang mencuci nya. Seruni merasa gamang, bagaimanapun sekarang ia memiliki dua pekerjaan. Ia tahu resiko ini pasti terjadi saat dirinya benar-benar memiliki Jadwal dengan Klienya. Yang berarti waktu dengan Ineu sedikit berkurang.
Ia tidak enak pada Althaf. Buru buru ia ngacir ke depan. Terlihat bapak duda itu sedang memegang handphone entah sedang membaca laporan apa.
"Pak, saya mau bicara"
"Hem," ucap Althaf dengan dingin tanpa melihat Seruni.
"Bapak denger nggak saya ngomong?"
"Ya"
"Maafkan saya ya Pak, saya tau waktu saya berkurang sama Ineu. Jadwal saya akhir minggu ini padat pak. Kerjaan di kantor juga numpuk. Saya tau memang konsekuensi nya seperti ini. Mohon pengertiannya ya pak" ucap Seruni dengan rasa bersalah.
"Kamu lebih mementingkan kerjaan kamu dari pada anak saya"
"Saya tidak seperti itu pak, besok saya lebih adil membagi waktu saya ya pak"
"Kan kamu bisa minta tolong sama rekan kerja kamu, atau perlu saya bilang ke Bu siti?" ucap Althaf dengan menawarkan.
"Engga perlu ko pak, saya akan bersikap profesional. Kalau tidak begini hutang saya bagaimana? Saya nggak dapat uang insentifnya. Hutang ke bapak juga saya perlu bayar Pak"
"Baiklah itu pilihan kamu. Sudahkah tidak ada yang perlu kamu tanyakan lagi? Saya sibuk silahkan pergi, tolong ajarkan Ineu PR nya"
Seruni tidak menjawab, buru buru ia ke atas sambil menyeka air matanya agar tak tumpah. Hatinya seperti tersentil oleh kalimat Althaf barusan. Memang ia memiliki hutang, ia juga harus kerja extra, ya memang dirinya yang salah. Sejak orang tuanya meninggal pun Seruni Yang salah, apa dirinya yang memintanya menjadi seperti ini? Pikiran seruni akhirnya bercabang kemana mana. Ia sedih, ia menahan tangis nya agar tak tumpah di depan orang asing.
Andai dirinya tak mempunyai paman bibi yang jahat, mungkin dirinya tak akan berakhir memiliki hutang dan meminta bantuan. Kalau dirinya punya uang tak mungkin dirinya mau minta bantuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kejar Target
ChickLitNasib Lembayung Seruni, Seorang lulusan S1 yang terlibat hutang dan harus di lunasi hari itu juga. Hutang mendiang paman dan bibinya yang tega melibatkan dirinya yang tak tahu apa-apa, dan akibatnya, Ia harus menanggung beban sendirian ketika oran...