23) Mau Menjadi Hantu?!

1K 124 12
                                    


Montor yang mereka tumpangi sampai didepan pintu gerbang tepat pukul 12 malam. Setelah pintu gerbang dibuka, mereka memasuki rumah dengan hati-hati. Semoga saja ibu Toni sudah istirahat didalam kamarnya, dilihat lampu-lampu rumah yang sudah mulai padam itu menandakan kalau beliau pasti sudah tertidur. Tania membantu Toni memasuki rumah dengan perlahan, sebenarnya Toni tidak butuh bantuan itu, tetapi melihat raut wajah penuh khawatir milik Tania membuat Toni merasakan sesuatu yang terselip dihatinya. Toni merasakan kalau Tania sangat perhatian dengan dirinya.

Saat memasuki ruang tamu, lampu yang semula padam kini tiba-tiba menyala dan membuat keduanya terkejut. Ibu Toni yang berada di sebrang melipat kedua tangannya dan berjalan kearah Toni dan Tania dengan wajah gelapnya. "Kalian pulang terlambat lagi?! Dari mana saja kalian berdua? Apa kalian tidak tau sekarang sudah jam berapa?"

Ibu Toni langsung mengintrogasi mereka berdua di ruang Tamu. "Kenapa dengan lengan kamu Toni?!" Ibu Toni berucap dengan dingin dan hanya ada sedikit kelembutan disana, jika itu Tania ibunya tidak akan segan-segan untuk menjewer Toni karena membuat Tania terluka. Dan sekarang ibunya itu malah menatap mereka dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Emm.. ibu, bisakah aku membersihkan luka Toni terlebih dahulu?" Dengan takut, Tania bertanya kepada ibu Toni.

Terdengar suara hembusan nafas pasrah milik ibu Toni. "Ibu tidak tau apa yang sebenarnya kalian lakukan selama ini. Tetapi ibu minta untuk jangan lupa menjaga diri masing-masing. Ibu tidak ingin melihat kalian pulang dengan keadaan yang seperti ini, kalian mengerti? Baiklah.. ibu akan ke kamar, cepat obati luka kamu Toni, jangan sampai terinfeksi." Ibu Toni beranjak dari duduknya tetapi sebelum pergi dia sempat berkata. "Kalian jangan tidur terlalu malam." Dan pergi meninggalkan mereka setelah Tania menganggukkan kepala.

Tanpa menunggu lagi Tania bergerak dengan cepat untuk mengambil kotak obat juga ember air kecil yang sudah disiapkan. Dengan telaten Tania membersihkan luka itu. Toni hanya diam melihat perlakuan Tania, dia bahkan tidak merasakan sakit sama sekali, bahkan Tania sendiri yang merinding merasakan sakit itu. Tania memberikan obat merah dan membalut luka dengan perban, setelah selesai Tania mengelus-elus luka beberapa kali.

"Apa yang kau lakukan?" Toni menatap perbuatan Tania dengan satu alis yang terangkat karena tidak mengerti.

Tania menatap Toni dengan tatapan serius dan berkata. "Aku sedang mengucapkan mantra agar lukamu cepat sembuh." Dan beralih mengelus luka itu kembali.

Tanpa sadar Toni tertawa begitu kencang. Apa Toni adalah bocah ingusan yang sedang dihibur oleh ibunya sekarang? Tania adalah gadis terbodoh yang pernah ia temui di dunia ini. Dengan linglung Tania menatap Toni. Apakah dia salah? Ini adalah cara ibunya membuat lukanya akan merasa lebih baik. Tetapi yang ada dipikiran Tania adalah lain.

Sangat tampan

Tania menatap Toni yang sedang tertawa bebas. Ini adalah kali pertama Tania melihat Toni tertawa begitu lebar. Ini adalah hal yang sangat langka bagi Tania. Tanpa sadar Tania tersenyum dan ikut tertawa dengan keras dan membuat keduanya tertawa tanpa tau apa yang sedang mereka tertawakan.

Dari arah lain mereka tidak sadar kalau ibu Toni melihat interaksi mereka. Ibu Toni tersenyum dengan lega. Semenjak ayah Toni meninggal dunia, keceriaan anak itu sudah hilang entah kemana. Dan sekarang, sekarang ibu Toni melihat anaknya kembali tertawa dan itu gara-gara Tania. Ibu Toni sangat bersyukur dipertemukan oleh Tania. Ibu Toni merasa kalau dengan kehadiran Tania sekarang ini mampu membuat Toni kembali seperti dulu, Toni yang penuh keceriaan.

Pagi harinya mereka berdua mendapati kelas yang begitu riuh dengan diskusi-diskusi tentang kegiatan yang akan diadakan oleh sekolah mereka. Termasuk juga dobel-T yang sekarang ini dikelilingi oleh teman sekelas. Toni bosan dengan suara mereka yang saling sahut menyahut menunjukan ide mereka satu per satu. Toni sangat muak dan jengah karna ide yang mereka berikan begitu konyol pada akhirnya. Bagaimana tidak, mereka semua sepakat akan menghias ruang kelas mereka dengan tema horor. Lebih parahnya Toni dijadikan salah satu hantu penghuni kelas. Itu semua hanya ada satu orang yang berani mengusulkan dia, siapa lagi kalau bukan Tania.

Pemikiran macam apa itu? Toni sudah tidak tahan dengan semua ini. Dia berdiri dari duduknya dengan cepat sampai membuat suara kursi yang ia duduki terjatuh. Semua penghuni kelas terkejut dan menatap Toni yang berjalan keluar kelas. Tania-pun masih belum mencerna apa yang sedang terjadi.

"Apa yang terjadi?" Tanpa sadar Tania berucap.

"Sepertinya Toni sedang marah Tania, selama ini dia tidak pernah mengikuti kegiatan apapun di sekolah dan tiba-tiba kita menunjuknya untuk ikut bergabung." Salah satu siswi disebelah Tania berinisiatif untuk mengatakan yang sebenarnya dan diangguki oleh yang lain.

"Owhh.. kalian tenang saja, aku akan membujuknya untuk tetap ikut bergabung."

Semua terkejut. "Apa kamu yakin?"

Dengan percaya diri Tania menjawab. "Tentu saja, kita lihat nanti. Aku pergi dulu, bay." Setelah berpamitan Tania segera melesat cepat untuk mencari dimana Toni berada saat ini.

Tania menelusuri lorong dan menuju kearah atap sekolah. Toni pasti berada disana, dimana lagi dia mau nongkrong kalau tidak disana. Karena sedikit berlari saat sampai Tania ngos-ngosan. Mata cantiknya menatap Toni yang sedang tidur dengan satu tangan menutupi matanya. Yang benar saja, Toni tidur dibawah trik matahari yang sangat menyengat.

Astaga.. panasnya terasa diatas ubun-ubun dan dia malah memaparkan tubuhnya disana bak seekor ikan asin yang dijemur. Apakah dia tidak kepanasan? Bagaimana kalau kulit putihnya menjadi gelap? Ahh.. diakan laki-laki, kulit coklat tidak masalah. Tetapi ini terlalu panas.

Dengan cepat Tania menghampiri Toni dan menghalangi sinar itu langsung menuju tubuhnya. Bahkan Tania yang hanya sebentar disana sudah merasa sangat panas, kulitnya yang putih berubah menjadi sedikit kemerahan. Toni merasa ada yang menghalangi langsung menurunkan lengannya dan menatap orang diatasnya. Alangkah terkejutnya Toni melihat Tania yang berdiri disana dengan wajah yang penuh dengan keringat.

"Apa kau gila?!" Toni langsung berdiri dan menyeret Tania dari sana menuju kearea yang lebih sejuk.

Tania hanya pasrah dan mengelap keringatnya dengan kasar, tetapi belum sempat tangannya mendarat. Toni sudah mencengkram tangan itu, Toni mengeluarkan sapu tangan dari dalam sakunya dan mengelap keringat Tania dengan lembut.

Tania terprangah dan hanya diam dengan kaku.

"Apa kau gila?!" Yang semula dingin kini berubah menjadi panas dan gelap. Aura Toni sekarang berubah sedemikian rupa. "Kenapa kau mengikutiku hah?!"

Tania merubah raut wajahnya dan mendengus. "Huh.. memang kenapa? Seharusnya yang bertanya itu aku, kenapa kau menjemur tubuh disana, apa tidak panas?"

Toni mengalihkan pandangannya dan berkata. "Itu bukan urusanmu! Sekarang kembalilah, disini sangat panas."

"Tidak!" Tania menolak dengan mendudukkan dirinya di lantai atap dan melipat kedua tangan didada.

Toni sudah pasrah, disini sikap keras kepala Tania sudah keluar dan dia tidak bisa berbuat apa-apa. Toni menghembuskan nafasnya bersabar dan menghadap kearah Tania. "Baiklah, apa yang kau inginkan?" Tetapi masih dengan nada datarnya.

Tania dengan sumringah langsung berdiri dari duduknya dan berseru. "Benarkah??"

"Aku mulai berubah fikir..."

"Ok ok, apa kamu tidak keberatan jika mengikutinya? Ayolah Toni, ini hanya untuk kelas kita. Aku juga akan menjadi salah satu dari mereka. Ya ya.. kumohonn.. ikutlah." Tania menunjukan mata kucingnya agar Toni luluh.

Benar saja, Toni sudah terhipnotis dengan tatapan itu. Tanpa sadar Toni menganggukkan kepalanya yang membuat Tania tersenyum dengan lebar. Tania langsung memeluk Toni dengan kencang, membuat Toni harus mundur selangkah dan menjaga keseimbangannya. Toni sangat terkejut dengan perbuatan gadis itu dan sampai beberapa detik lamanya tangan yang semula menggantung kini bergerak dan membalas pelukan Tania.

Unusual Abilities (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang