38) Kejutan Yang Tidak Terduga

751 91 7
                                    


"Apa Toni sudah sadar?"

Dika kembali memasuki ruangan yang sekarang tengah ditempati oleh Toni dan Tania. Karena semalam keduanya mengalami kecelakaan, Dika yang mengendarai mobil itu harus bertanggung jawab. Bukan berarti dia sengaja, Dia tidak tau kalau mereka keluar dari jalur dan akan terjadi tabrakan. Untung saja Toni dengan cepat membelokkan montornya kelain arah sehingga tidak terjadi tabrakan.

Tanpa membuang banyak waktu, ketua kelas langsung membawa mereka kerumah pamannya. Kebetulan sekali rumah paman Dika tidak jauh dari tempat mereka mengalami kecelakaan. Dengan bantuan dari Dika, Toni bisa mendapatkan penolongan pertama, tetapi sampai sekarang Toni belum sadarkan diri.

"Belum, setelah meminum obat yang dokter berikan dia belum sadar." Tania berbicara dengan masih menatap kearah Toni, tangannya masih setia memegang tangan Toni.

"Baiklah. Apakah kamu ingin istirahat? Sudah sangat larut, Masih ada kamar lain dirumah ini, atau kamu ingin disini untuk menemani Toni?"

Memang ada sofa yang berukuran cukup besar dikamar ini, lebih baik Tania menjaga Toni. Jika pria itu sadar, dia tidak akan merasa cemas.

"Aku akan tidur disini untuk menjaga Toni, kamu bisa tenang sekarang."

Dika menganggukkan kepalanya dua kali dan berkata. "Emm.. kamu bisa mengabari keluargamu, mereka pasti sangat menghawatirkan kalian."

Benar, Tania belum memberitahu kepada ibu Toni kalau mereka pergi. Sekarang sudah sangat larut, mereka pasti cemas sekarang.

"Terimakasih ketua kelas."

"Sama-sama, aku akan pergi kalau begitu."

Setelah pintu ditutup, Tania mengambil android milik Toni dan mengabari ibunya. Hanya sampai deringan pertama telfon itu langsung tersambung. Pasti ibu Toni menunggu kabar dari mereka. Suara sangat kacau terdengar dari arah lain, suara tangisan ibu Toni juga memenuhi pendengaran Tania. Ibu Toni terus mengucap syukur dan mengatakan kalau mereka akan menjemput Toni. Tania mengatakan kepada ibu Toni kalau mereka mengalami kecelakaan kecil dan tidak apa-apa, tetapi suara gaduh itu masih terdengar.

Tiba-tiba telfon diambil oleh Mahendra. ["Tania, sekarang kamu berada dilokasi mana? kakek akan segera pergi menjemput kalian."]

Tania menatap sekeliling ruangan dan segera mengatakan. "Kakek, Tania tidak tau betul lokasinya dimana, tetapi ketua kelas mengatakan kalau rumah pamanya berada didekat pantai. Kalau begitu Tania akan bertanya kepada Dika dulu."

Tania berdiri dan sedikit berlari untuk mencari ketua kelas, tetapi saat dia ingin membuka pintu itu, pintunya tidak ingin terbuka. Tania terus berusaha tetapi tetap saja tidak ingin terbuka. Sedikit kegelisahan Tania rasakan.

Suara dari telfon masih terdengar. ["Tania? Apa kamu baik-baik saja?"]

Dengan cepat dia menjawab. "Kakek, pintunya tidak bisa terbuka, sepertinya terkunci dari luar." Suara Tania sedikit bergetar karena takut.

["Kamu tenang, dan jangan matikan telfonya sekarang! Kakek akan melihat dimana lokasi kalian."]

Hati Tania sedikit merasa tenang, sambil menunggu kakek menemukan mereka, Tania berjalan menuju kearah Toni yang masih tidak sadarkan diri. Tania bertanya-tanya, kenapa ketua kelas melakukan ini kepada mereka. Tidak-tidak, mungkin ketua kelas tidak sengaja mengunci pintu itu, tetapi dia tau kalau keduanya ada didalam lalu mengapa dia mengunci pintunya. Selama ini ketua kelas selalu baik kepada Tania, dan terakhir kali ketua kelas juga menemani Tania saat dirumah sakit. Itu tidak mungkin karena ketua kelas memiliki alasan yang lain bukan.

["Tania, kenapa tidak ada lokasi kalian disini? Apa kamu baik-baik saja? Kakek tidak menemukan dimana sekarang kalian berada, seharusnya ada..."]

Unusual Abilities (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang