Kamar yang sekarang Tania tempati sangat luas dan mewah, warna ruangan yang senada dengan lampu terang yang indah melengkapi satu sama lain. Tania melempar tas ransel miliknya sembarang disofa yang berukuran sedang dikamar ini dan merabahkan dirinya diatas kasur super lembut serta empuk, ini adalah pertama kalinya Tania merasakan sensasi paling nyaman saat rebahan.Ketika menikmati kasur mewah barunya, suara deheman seseorang membuat Tania menoleh, dia lupa kalau masih ada satu pelayan yang mengikutinya sampai masuk kedalam.
"Nona, saya akan tunjukkan pakaian yang akan anda kenakan, mari saya tunjukan." Pelayan itu berjalan menuju sisi kanan ruangan dan menunjukkan sebuah lemari berukuran cukup besar. Setelah membuka lemari itu, beberapa macam pakaian ada disana, mulai dari pakaian lengan panjang, lengan pendek, pakaian musim dingin, musim panas, dan lain-lain, semuanya ada.
Dengan sumringah Tania berdiri dan melihat lebih jelas isi lemari itu. Banyak sekali model baju yang ada bahkan ukuran seluruh pakaiannya tepat sekali, bagaimana bisa kakek tau ukuran pakaiannya? Entah, yang terpenting Tania mendapat pakaian ganti.
Pelayan yang ternyata bernama Elsa itu berpamitan undur diri setelah menjelaskan seluruh tugasnya. Elsa ditugaskan untuk melayani Tania dan menerima papun perintah dari Tania. Dia ditunjuk langsung oleh kepala pelayan yang sebelumnya bersama mereka, Elsa telah bekerja dikediaman Mahendra sejak dia masih kecil, umurnya bahkan sepantaran dengan Tania dan itu membuat sang ketua pelayan memerintahkannya untuk membantu semua keperluan dari Tania, yaa walaupun Tania sedikit tidak suka dengan cara wanita itu menatapnya.
Setelah menikmati berendam dibak mandi yang cukup hangat, Tania keluar untuk memilih pakaian apa yang akan digunakannya. Cuaca hari ini terasa sangat panas, Tania memilih menggunakan pakaian yang simpel dan menguncir kuda rambutnya, terkesan sangat manis, tanpa sadar Tania tersenyum menatap wajahnya dicermin yang mirip sekali dengan mendiang ibunya. Tetapi senyuman itu perlahan hilang, senyum yang sebelumnya merkah kini tergantikan dengan raut wajah bersedih. Tania teringat kedua orang tuanya, mereka selalu memuji kecantikan Tania yang tidak ada duanya, dan sekarang tidak akan ada orang yang mengatakan itu dengan tulus.
Tania tidak boleh menujukkan raut wajah miliknya ini, sebisa mungkin dia harus terlihat bahagia. Bagaimana jika dia pergi malah melihat semua orang bersedih, Tania tidak akan sanggub untuk itu.
Pintu kamar diketuk dari luar, Elsa mengatakan akan ada makan siang dan seluruh keluarga sudah berkumpul di ruang makan. Setelah menghilangkan raut wajah sedihnya, Tania dengan cepat turun menuju dimana semua orang berkumpul. Ada kakek yang duduk di kursi paling pojok, ada Toni yang duduk disebelah ibunya juga ada paman dan bibik Toni yang sebelumnya pernah Tania temui, walaupun hanya paman Roy saja.
"Wah, ini yang namanya Tania ya. Kemarilah, duduk dengan bibi!" Perempuan dengan rambut hitam panjang miliknya itu tersenyum senang melihat Tania yang sudah datang. Tangannya terulur untuk menarik salah satu kursi di sampingnya agar memudahkan Tania untuk duduk.
Dengan senyuman Tania menuruti untuk duduk. Dia menyapa semua orang yang ada dengan sopan. Istri dari Roy ini adalah perempuan yang sangat cantik dan ramah, dia juga merupakan seorang model yang cukup terkenal di negara ini bahkan kecantikannya mengundang beberapa merek terkenal untuk mengontraknya. Perempuan yang bernama Nayla itu adalah istri sekaligus ibu yang didamba-dambakan semua orang, walaupun dia seorang model, kewajibannya terhadap keluarga selalu dia jalankan.
Keluarga kecil Roy tiggal di kota ini setelah pindah dari Jerman saat anak mereka menginjak umur tujuh tahun. Tinggal bersama dengan tuan Mahendra dikediaman Mahendra membuat anggota keluarga akan semakin dekat untuk menjalin persaudaraan. Tetapi karena putra mereka yang bernama Rafa itu sedang menjalani bisnisnya, dia akan sedikit terlambat untuk pulang dan makan siang.
Acara makan siang berjalan dengan lancar, saat sedang menyantap maknan mereka tidak boleh mengeluarkan suara dan harus menghabiskan makanannya. Itu semua sudah menjadi sebuah kewajiban yang harus dijalankan oleh setiap orang yang ada di meja makan termasuk juga Tania.
Setelah acara makan bersama, semuanya beralih menuju ruang keluarga untuk sekedar mengobrol. Tania yang merasa masih asing diantara keluarga itu hanya diam untuk menyimak. Sesekali dia akan menganggukkan kepala atau berkata 'iya' jika tiba-tiba semua memandang kearahnya, walaupun dia tidak tau apa yang sedang dibicarakan.
Ketika semua tertawa, seorang pria berkemeja putih dengan dasi hitam berjalan menuju kearah mereka. Satu tangan dia gunakan untuk membawa jas hitamnya dan satunya lagi dia masukan kedalam saku celana. Pria itu adalah Rafa, putra dari Roy juga Nayla yang merupakan sepupu dari Toni. Rafa memulai bisnisnya tiga bulan yang lalu, dia memulai semuanya tanpa bantuan dari kedua orang tuanya, lebih tepat karena sejak remaja Rafa sudah diajarkan untuk mandiri oleh orang tuanya.
"Rafa, perkenalkan ini Tania, teman Toni." Nayla memperkenalkan Tania setelah Rafa memberi salam kepada semua orang.
Rafa menganggukkan kepala dan berkata. "Tania yang sering kalian ceritakan?" Pertanyaan itu sedikit membuat Tania kaget, jadi selama ini dia sering dibicarakan oleh keluarga Toni. Entah mengapa Tania merasa sedikit bahagia!
"Ya, Tania yang itu. Tidak ada yang lain selain Tania ini bukan? kamu tau sendiri kalau Toni tidak mudah bergaul dengan orang lain dan temannya yang selama ini dia sebutkan ya hanya Tania." Nayla menekan kata teman saat bercerita.
Mendengar alur cerita yang akan menjerumus kepada masalah pribadinya, Toni segera beranjak pergi dari sana dengan raut wajah datar. Tania yang melihat tingkah laku kurang sopan milik Toni ingin mengingatkan pria itu tetapi segera ditahan setelah paman Roy mengatakan kalau itu sudah biasa, Toni sudah biasa pergi tanpa mengatakan apapun bahkan tuan Mahendra sudah hafal tingakh dari cucunya.
"Emm, kalau begitu apakah Tania boleh pergi menyusul Toni?" Tania memelankan suaranya takut jika dia berbicara kurang sopan."Tentu saja." Untung ada ibu Toni yang menjawab. "Kamu bisa meminta Toni untuk berkeliling, kamu pasti akan suka."
"Baiklah, Tania pergi, terimakasih bu."
Setelah berpamitan, Tania mencari dimana Toni berada saat ini. Pria itu tiba-tiba saja menghilang setelah keluar dari ruang tamu. Langkah kakinya terlalu cepat untuk Tania kejar. Tetapi Tania menikmati saat menyusuri rumah milik keluarga Toni, banyak sekali lukisan-lukisan besar didinding setiap ruangan, semua gambar itu seperti menceritakan sebuah kisah, namun yang membuat Tania sedikit aneh yaitu isi dari lukisan-lukisan itu yang berkaitan dengan kemampuan indra keenam dan juga beberapa ilmu sihir. Lukisannya memang indah tetapi jika diteliti lebih dalam, seperti terdapat misteri disetiap lukisan. Tania termasuk murid yang pintar, mudah baginya untuk mengetahui apa yang dilukis disana.
Berjalan lebih jauh, Tania melihat dari balik kaca besar ada Toni yang duduk ditaman dengan membawa gitar. Pohon yang menjulang menutupi sinar matahari yang ingin menggapai tubuh Toni, angin yang berhembus membuat rambutnya berayun juga bunga-bunga yang berjatuhan menambah kesan yang mendalam. Jantung Tania seketika berdetak lebih kencang, wajahnya bersemu merah tanpa dia sadari. Apakah itu pria yang mengaku mencintainya? Tania sangat beruntung mendapatkan itu!
Tanpa sadar langkah kakinya menuntun Tania untuk lebih dekat kearah Toni. Toni sendiri yang melihat Tania menghampirinya menoleh sekilas dan kembali memetik beberapa senar gitar. Tania sudah mengambil duduk disebelah Toni dan menatap lekat wajah pria itu.
"Kau pintar bermain gitar!" Seru Tania setelah mendengar Toni bermain. Selain tampan, pintar, kaya, Toni juga bisa bermain gitar. Itu paket lengkap bukan?
"Enn."
"Boleh mainkan satu lagu untukku?" Tania sedikit menimbang-nimbang pertanyaan miliknya itu, dia takut kalau Toni tidak akan mengabulkan permintaannya.
"Lagu apa?"
Tania tersenyum mendengar Toni setuju, dengan cepat Tania berkata. "I Love You 3000."
KAMU SEDANG MEMBACA
Unusual Abilities (Tamat)
Horrordibalik sikap ceria dan penuh kebahagiaan siapa sangka ada kesedihan yang mendalam. ditinggal oleh sang ibu untuk selama-lamanya dan dicaci maki juga di pukuli ayah kandungnya, bagaimana bisa ia bertahan hidup?? bahkan di hari pertama ia pindah seko...