Akibat dari lari pagi yang berdampak buruk untuk Tania, perempuan itu sekarang harus meluruskan kedua kakinya diatas kasur dan sesekali memijat kecil betisnya. Sebelumnya Tania memang sempat marah tetapi sekarang dia terlihat senang. Bagaimana tidak, setelah kakinya mengalamai mati rasa, Toni merasa sangat bersalah, pria itu mau melakukan apapun untuknya bahkan Tania suruh-suruhpun dia mau.
Dan lihatlah sekarang, Toni berjalan menghampiri dengan membawa nampan yang isinya satu porsi makanan serta satu gelas air putih. Tania merasa kalau Toni sekarang sering membawakannya makanan, sudah beberapa kali Tania mendapatkan pelayanan yang sepesial dari Toni.
"Aku membawakanmu makan siang, Makanlah selagi masih hangat!"
"Kenapa ada air putih? Aku ingin jus jeruk To~!"
Kedua alis Toni saling merajut tetapi dia segera berdiri dan berjalan pergi meninggalkan kamar. Tania mendongak dan melihat pria itu sudah tidak terlihat lagi dan seketika suara tawa miliknya lepas, memenuhi keheningan yang ada didalam kamar. Kenapa pria itu sangat mudah dibohongi.
Tania tidak tau kalau suara tawa menggelegar itu masih terdengar walau Toni sudah pergi beberapa langkah jauhnya. Dia sudah tau kalau gadis itu memiliki niatan untuk mengerjainya tetapi dia mengabaikan itu dan tetap menjalankan perintah dari Tania, toh ini memang salahnya.
Saat Toni ingin menuruni anak tangga terakhir, suara beberapa orang terdengar sedang berdiskusi. Toni berhenti dari jalannya dan ingin memutar balik tubuhnya namun langkahnya tertahan setelah mendengar namanya disebut beberapa kali.
"Lalu bagaimana ini ayah, Toni sudah menginjak umur 17 tahun maka mereka akan segera datang." Suara itu terdengar seperti suara ibunya.
"Kamu tenanglah, mereka belum pernah melihat Toni semenjak dia kecil. Dan saat satu minggu itu datang, jangan biarkan mereka berdua keluar dari rumah ini apapun yang terjadi. Disaat bulan purnama merah itu muncul, mereka akan langsung mencari keberadaan Toni ataupun Tania. Maka dari itu kita harus membuat keduanya selalu ada disekitar sini." Suara tuan Mahendra terdengar sangat dalam dan sedikit ada kegelisahan disana. Toni belum pernah mendengar kakeknya berbicara seperti itu.
"Tetapi kenapa Tania juga terlibat ayah?" Toni menajamkan pendengarannya setelah mendengar nama Tania dari mulut pamanya. "Kenapa gadis itu juga ikut mereka incar. Apakah ada yang belum aku ketahui?"
"Hal itu ada kaitannya dengan ayah Tania."
Sebuah tepukan Toni rasakan dipundaknya, Tania menatap dengan tatapan bertanya. Tania yang menunggu Toni dikamar merasa kalau pria itu terlalu lama untuk mengambilkannya jus. Dia berusaha untuk berjalan, setelah mendapat gosokan minyak dikakinya oleh Toni, Tania sudah bisa berjalan walaupun masih sedikit ngilu. Dan sekarang dia melihat Toni sedang mengintip sesuatu yang terlihat penting. Sejak kapan pria itu memiliki rasa kepo.
"Apa yang sedang kamu lakukan Toni?"
"Kau.. kenapa kau kemari? Bagaimana dengan kakimu?" Toni menatap Tania dengan tatapan yang penuh kekawatiran. Sebelumnya gadis itu menunjukkan kalau kakinya sangat sakit tetapi sekarang dia bahkan bisa menuruni anak tangga yang menjulang ini.
"Kau belum menjawab pertanyaanku Toni, kenapa kamu disini? Apakah ada sesuatu yang menarik? Aku ingin tau juga!"
Tania memajukkan tubuhnya dan melihat anggota keluarga yang tengah berkumpul diruang tamu. Setiap wajah dari mereka menunjukkan keseriusan yang membuat penasaran, Tania ingin bergabung namun kerah belakang bajunya ditarik tanpa perasaan oleh Toni.
Tania tau, mungkin Toni tidak ingin mereka mencampuri urusan orang dewasa. Ada disaat dia tidak harus tau apa yang sedang mereka bicarakan.
Dua hari berlalu semenjak Tania berdiam diri dikamarnya. Kini kedua kakinya sudah membaik dan tidak merasa linu lagi. Betapa kerasnya Toni membuat Tania harus beristirahat sampai dua hari dua malam ini. Tania melihat Toni yang sedang berjalan menuju tangga, belum sempat pria itu menaiki satu anak tangga, Tania sudah lebih dulu menggandeng lengannya dan menyeret Toni keluar dari rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unusual Abilities (Tamat)
Terrordibalik sikap ceria dan penuh kebahagiaan siapa sangka ada kesedihan yang mendalam. ditinggal oleh sang ibu untuk selama-lamanya dan dicaci maki juga di pukuli ayah kandungnya, bagaimana bisa ia bertahan hidup?? bahkan di hari pertama ia pindah seko...